11 ― [ bukan salahku! ]

324 56 31
                                    

    Inupi melangkahkan kakinya pelan memasuki rumahnya agar tidak membangunkan Yuzuha yang saat ini tertidur disofa dengan laptop yang masih menyala dan televisi yang bergumam tak jelas tanpa ada yang menontonnya. Matanya melihat ke arah bocah yang tertidur dilantai tanpa alas, dia memandangnya dengan tatapan sendu. Inupi sangat menyayanginya seperti anaknya sendiri tapi semenjak Koko melarangnya untuk dekat-dekat dengan anak Yuzuha, dia jadi tidak bisa bermain-main dengannya lagi.

Konsentrasi penuhnya gagal setelah tiba-tiba Koko muncul dari belakang dan langsung menggendongnya dan membawanya pergi kekamar melakukan ini-itu. "Gak usah ngendap-endap kayak kucing abis nyolong ikan asin deh sayang!!!" ujar Koko memanjakannya.

...

"Aku jadi mandi lagi" kata Inupi yang berendam dalam bathtub, dia harus membersihkan sisa-sisa nya. Setelah selesai membersihkan tubuhnya, dia keluar dan sudah tidak melihat adanya Koko dalam kamarnya, meninggalkan selimut yang basah di kasurnya, Inupi segera merendam selimut itu kemudian dia berpakaian dan mencari Koko namun suaminya itu tidak ada di manapun. Ternyata Koko hanya datang untuk mencoloknya.

Dihalaman depan rumah, Inupi melihat anak Yuzuha yang bermain seorang diri tanpa pengawasan, Yuzuha tadi tertidur disofa dan anaknya berada diluar begitu. Dia segera mengejarnya karena bocah itu berjalan kearah jalanan dimana banyak mobil berlalu lalang. "Jangan kesana!!" teriaknya sambil berlari.

Tin tiiinnnn...

Brak...

"- - - SHIBAAAA!!!" Inupi berteriak bergitu keras membuat semua penghuni rumah ini pun keluar dan mendatanginya namun orang yang dipanggilnya malah tidak muncul. Emma yang baru sampai dengan mobilnya itu juga langsung keluar saat melihat rumunan mereka, dia sangat terkejut saat melihat anak Yuzuha yang tak sadarkan diri dipangkuan Inupi dengan kepalanya yang mengeluarkan darah. "Ada apa Inupi?"

"Dia bermain seorang diri dihalaman tanpa pengawasan, aku memanggil dan mengejarnya tapi mobil menjangkaunya lebih dulu dan kabur" ujar Inupi memberi penerangan tentang kejadiannya.

Emma menatap kearah semua pekerjaan secara bergantian, mendapat tatapan menyeramkan dari Emma itu mereka hanya bisa menunduk. "Kenapa gerbangnya tidak ditutup? Kemana penjaga pintu pergi?!" Emma bertanya dengan emosi yang meluap-luap, ada hampir 50+ pekerja disini dan kenapa tidak sanggup mengawasi satu anak saja.

Semuanya menunduk kepada Emma. "Maaf Emma-sama, tadi Tuan Besar sempat pulang dan dia bilang akan pergi lagi dalam waktu singkat jadi kami tidak menutup gerbangnya" sahut salah satu pekerja sebagai perwakilan dari yang lain, dia sampai bersujud begitu.

Entah didunia mana namun Yuzuha tengah tertidur pulas tanpa gangguan sedikitpun. "Emma-san!! " panggil Inupi membuat Emma berhenti berceramah dan ikut memeriksa kondisi anak yuzuha itu.

"Dia masih bernafas. Inupi, bersihkan tangan juga ganti pakaianmu yang penuh darah itu dan tolong hubungi Koko" kata Emma memberi perintah. Dia menggendong bocah itu dan membantu menghentikan pendarahan pada kepalanya, meski Emma bukanlah seorang dokter tapi dia benar-benar berjuang keras agar pendarahannya berhenti. Emma memiliki sedikit kemampuan untuk menangani hal ini karena dulunya dia sempat mengikuti sekolah kedokteran namun berhenti ditengah jalan karena mendapat larangan dari kakaknya.

"Aku sudah memberitahu Koko jadi... bagaimana kondisinya, Emma-san?" tanya Inupi setelah berganti pakaian. Emma terlihat sangat risau bahkan dia sampai menggigiti jari kukunya sendiri. "Pendarahan di kepalanya cukup parah tapi aku yakin dia masih sanggup bertahan. Sepertinya tangan dan kakinya patah, usianya masih 7 bulan, tengkorak dan semua tulangnya pasti masih sangat empuk karena belum terbentuk sepenuhnya. Cepat siapkan mobil, kita bawa dia ke rumah sakit saja" jelasnya.

Just Me and YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang