Bagian Enam

163 19 5
                                    

Hai...Hello..👋👋👋

Author hadir lagi nih, bawa part baru...

Siapa yang makin greget sama sikap shua ke jena???

Enaknya diapain orang kaya shua???

.

Ini part double up yang aku janjikan tadi ya, hehe...

Langsung aja dibaca ya,,

Semoga dapat menghibur,,

Bye..bye...

.
.
.
.
.

"Author pov"

Jena menatap sedih bingkai foto pernikahan mereka yang terpajang di dinding kamar mereka. Terlihat seperti pasangan yang harmonis dan bahagia, tapi kenyataan pahitnya yang jena terima adalah bahwa itu semua hanya kepalsuan.

Jena jadi teringat kembali dengan luka baru yang telah ditorehkan oleh orang yang sangat ia cintai.

Flashback on...

"Akhirnya kelar juga masakan aku." Ucap jena tersenyum bangga melihat semua masakannya telah selesai dibuat

"Saya pulang.." Ucap shua dari arah belakang jena

"Eh kak, kamu udah dari tadi di situ?" Tanya jena kaget melihat shua yang sudah berdiri didekat pintu masuk dapur

"Baru aja, ada yang mau saya omongin." Ucap shua menghampiri jena, membuat jena merasakan hati yang berdebar

"Kak shua mau bilang apa?" Tanya jena berusaha senormal mungkin

"Saya mau bilang, lain kali kalau mau ambil keputusan tanyakan dulu ke saya, baru kamu bilang ke anak-anak." Ucap shua tanpa menatap jena

"Terlalu berharap banget si jena bodoh, ternyata kak shua hanya menyampaikan ke tidak sukaannya atas sikap ku tadi." Ucap jena dalam hati

"Maafin aku ya kak, aku ga bermaksud buat kak shua jadi tidak nyaman." Ucap jena berusaha menahan air mata dengan tersenyum

"Lain kali jangan diulang ya, saya ga suka." Ucap shua mengelus kepala jena

"Iya kak.." Ucap jena tersenyum dengan hati berdenyut nyeri

"Perlakuan kamu kaya gini makin buat aku jadi orang bodoh kak, yang selalu nunggu kepastian yang ga akan bisa aku dapetin." Ucap jena dalam hati

"Oh iya, diluar ada orang yang katanya kesini karena di undang sama kamu." Ucap shua memberi tahu keberadaan liana

"Kayanya itu liana kak." Jawab jena setenang mungkin menatap shua

"Iya dia juga ngaku namanya liana." Ucap shua seadanya

"Liananya udah disuruh masuk kak?" Tanya jena

"Udah, lagi ditemani oleh rendi juga." Jawab shua

"Iya udah kalau gitu, ayo kak kita kedepan. Masakan aku juga udah selesai." Ucap jena membawa piring yang berisikan lauk

"Sini saya bantu." Ucap shua langsung membantu jena, membuat jena tersenyum sendu

"Kapan kita bisa jadi keluarga yang benar-benar harmonis kak tanpa sandiwara kaya gini? Aku nungguin itu dan masih berharap kak?" Tanya jena dalam hati menatap punggung shua

"Ayo.." Ajak shua dibalas anggukan jena

Flashback off...

Jena tersenyum miris akan nasib yang ia dapatkan, kenapa seolah-olah semesta tidak menginginkan jena untuk bahagia.

"Hiks... kenapa sakit sekali." Ucap jena lirih sambil menyentuh dadanya yang terasa sakit sekali

"Kapan kak shua melihat jena sebagai orang yang kakak cintai?" Tanya jena pada bingkai foto yang menunjukkan foto dirinya dengan shua diatas pelaminan

"Apa ini karma untukku ya Tuhan?" Tanya jena sekali lagi entah pada siapa

Cklekkk...

Jena yang melihat pintu kamar mandi terbuka, segera menghapus air mata yang megalir dipipi berisinya. Dan segera memasang topeng tersenyum menatap shua

"Kamu belum tidur?" Tanya shua sambil berjalan keluar dari kamar mandi

"Eh kak shua, aku belum ngantuk kak." Ucap jena mendapat anggukan dari shua

"Bahkan kak shua ga nanyain kenapa aku ga bisa tidur?" Ucap jena dalam hati

"Kak shua.." Panggil jena setelah hening beberapa saat

"Kenapa?" Tanya shua menatap sekilas jena dan fokus lagi terhadap laptop dihadapannya

"Aku ingin membicarakan mengenai liburan kami besok kak, kak shua bisa kan untuk ikut?" Tanya jena berhati-hati

"Saya ikut, saya tidak ingin mengecewakan anak-anak. Makanya saya mau lebur malam ini, menyelesaikan tugas kantor." Ucap shua tanpa menatap jena dan perkataan shua membuat jena sangat mengerti, bahwa shua tengah menyindirnya

"Terimakasih kak, maaf aku buat repot kak shua." Ucap jena tersenyum kecut

"Udah resiko saya, lebih baik kamu tidur sudah malam." Ucap shua santai, tapi tidak dengan jena yang menggap kalimat shua seperti tidak mau diganggu olehnya

"Baik kak, aku tidur duluan ya. Maaf ga bisa nemani kak shua. Kak shua jangan lupa tidur ya, aku ga mau liat kak shua besok sakit." Ucap jena hanya dibalas anggukan kepala oleh shua

"Kuat jen, udah biasa kan diginiin..." Ucap jena dalam hatinya sambil tersenyum untuk menutupi rasa sakitnya

Jena segera mengambil posisi tidur membelakangi shua, karena jena tidak kuat kalau shua harus melihat muka sedihnya.

"Maaf jen, saya selalu nyakitin hati kamu. Jujur saya masih tidak bisa membuka hati untuk kamu, karena saya ngerasa seperti ada tembok yang menghalangi saya untuk mencintai kamu. Bahkan untuk berkata suka pun saya tak bisa. Saya terlalu jahat dan brengsek buat kamu." Ucap shua dalam hati menatap jena sekilas

Shua tau betul perlakukan dan sikapnya kepada jena yang notabenenya sebagai istrinya, selalu ia sakiti. Shua ingin sekali melihat jena memarahi atau memaki dirinya atas luka yang selalu ia berikan kepadanya.

"Author pov end"


.
.
.
.
.

TBC
Lanjut atau engga???

Gimana sama ceritanya???

Ada pesan yang ingin disampaikan???

Kasian ya sama jena??

Maaf jika typo bertebaran...
Jangan lupa untuk vote and komen biar authornya semangat ngelanjutin ceritanya...

RuMiTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang