Bagian Tujuh

138 17 0
                                    

Hai...Hello...👋👋👋

Author hadir lagi nih bawa part baru....

Ada yang gantung kah???

Hehe, boleh disampaikan 😊

Langsung aja dibaca ya,

Semoga dapat menghibur,,

Bye...byeee....

.
.
.
.

"Author pov"

Sabtu pagi yang cerah ini, jena dan shua beserta ketiga anaknya akan liburan bersama. Momen yang selalu ditunggu jena karena hampir 2 tahun mereka tidak pernah liburan bersama, seperti yang dilakukan oleh keluarga pada umumnya.

Kebahagiaan yang ia rasa tetap terselip oleh rasa sakit dihatinya, karena di hari sabtu juga menandakan hari dimana ia akan meninggalkan ketiga anaknya ke L.A untuk melupakan perasaannya pada shua.

"Mah..." Panggil rendi menghampiri jena yang melamun

"Mama..." Panggil rendi sekali lagi sambil memegang tangan jena

"Rendi, kenapa nak?" Tanya jena memegang dadanya terkejut

"Gapapa mah, papa kemana mah?" Tanya rendi yang tidak melihat keberadan shua di kamar

"Papa lagi di ruang kerja, katanya ada pekerjaan yang harus diselesaikan." Ucap jena mendapat anggukan dari rendi

"Kamu kok udah bangun?" Tanya jena

"Hehe, rendi terlalu senang kita sekeluarga mama, papa, bang yoyo, bang jidan, dan rendi akan berlibur." Ucap rendi tersenyum membuat jena ikut tersenyum hangat

"Harus dong sayang" Ucap jena mengelus sayang rambut rendi

"Oh iya, mama kenapa kok tadi melamun?" Tanya rendi yang duduk disamping jena

"Mama hanya senang kita akan berlibur." Ucap jena tidak sepenuhnya berbohong

"Mama yakin? Kok mama kaya sedih gitu?" Tanya rendi menatap jena

"Yakin kok sayang... Mama hanya sedih aja mba liana ga bisa ikut kita berlibur, katanya ia ada urusan penting." Ucap jena jujur

Memang saat pagi tadi, jena sempat menghubungi liana untuk ikut berlibur dengannya. Tapi liana menolak, karena ia sudah ada janji

"Bagus dong mah, mba liana itu ga ikut. Kan ini liburan keluarga kita mah. Ga boleh ada orang lain yang ganggu liburan spesial kita." Ucap rendi membuat jena geleng-geleng

"Sayang ga boleh gitu, biar gimanapun mba liana kan yang bakal jaga kalian nanti. Mba liana udah mama anggap adik sendiri, jadi otomatis mba liana juga termasuk keluarga kita." Ucap jena memberi pengertian kepada rendi

"Tetep aja mah, dia tetep orang asing yang masuk ke keluarga kita." Ucap rendi kesal

"Rendi, mama ga pernah ngajarin kamu untuk berkata seperti itu. Perkataan mu bisa saja menyakiti perasaan mba liana, mama ga suka ya anak-anak mama menyakiti hati perempuan." Ucap jena membuat rendi terdiam

"Maafin rendi mah." Ucap rendi menunduk

"Mama maafkan, tapi ga boleh diulang. Ingat ya nak, kamu harus menghormati perempuan. Karena perempuan itu spesial, bahkan kamu terlahir dari perjuangan seorang ibu." Nasehat jena dengan rendi yang hanya terdiam

"Jangan seperti papa kamu nak, menutup hatinya untuk mama." Ucap jena dalam hati

"Sekarang rendi siap-siap gih, sekalian bangunin kedua abang kamu. Sebentar lagi kan kita mau berangkat. Mama juga mau nyiapin sarapan buat kita." Ucap jena mengelus kepala rendi

RuMiTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang