Bagian Satu

595 44 21
                                    

Haiii...Hellooo....👋👋👋

Aku bawa cerita baru nih, semoga cerita baru ku dapat menghibur kalian semua.

Bagi yang penasaran ayo mampir...

Author mau mengucapkan terimakasih buat kalian yang udah mau mampir, membaca, memberikan vote, dan komen dicerita ku ini.

Salam dari author,,

Bye...byee...

.
.
.
.
.

"Author pov"

Sepasang suami istri sedang berada didalam kamar tanpa adanya pembicaraan yang keluar dari mulut mereka. Hanya ada keheningan yang memenuhi ruang kamar mereka, sampai sang istri memulai percakapannya terlebih dahulu.

"Kak shua, masih belum bisa buat mencintai jena ya?" Tanya Jena sebagai awal pembicaraan yang menaruh sedikit harapan

"Maaf jen, kak..." Ucap shua terpotong oleh jena

"Jangan dilanjut kak, aku udah tau ujungnya gimana." Ucap jena tetap tersenyum, tapi tidak dengan hatinya yang berdenyut nyeri

"Sakit sekali rasanya." Ucap jena dalam hati

"Kamu jadi ke L.A?" Tanya shua mengalihkan pembicaraan

"Jadi kak, aku mau urus masalah kantor papa yang ada disana. Sekalian mau jaga papa yang sedang sakit kak. Kasian mama kalau sendirian ngurus papa disana." Ucap jena menatap shua

"Kapan kamu akan berangkatnya jen?" Tanya shua lagi

"Setelah aku selesai ngurus kontrak kerja sama orang yang mau mengurus yoyo, jidan, dan rendi. Mungkin minggu ini aku bakal berangkatnya." Ucap jena tersenyum

"Kenapa harus cari orang? Anak-anak biar sama saya saja." Ucap shua memberi saran

"Biar bisa mengurus mereka kak, mereka kan anak-anak yang manja hehe... Kakak juga jarang dirumah, karena urusan pekerjaan. Jadi biar ga nambah pikiran kakak." Jawab jena kembali tersenyum

"Anak-anak udah tau kalau kamu mau ke L.A?" Tanya shua

"Mereka belum tau kak, niatnya pas besok aku udah ketemu sama orangnya dan dia setuju, aku baru bakal kasih tau ke anak-anak. Sekalian aku bakal undang dia makan malam besok, aku mau ngenalin dia ke mereka kak. Biar cepat akrabnya." Jawab jena menatap shua

"Kamu bakal lama disana?" Tanya shua lagi dan lagi

"Tergantung kak, tergantung rasa cinta dan rasa bersalah ku hilang atau setidaknya berkurang kak." Ucap jena diakhir kalimat ia sematkan dalam hati

"Kamu disana baik-baik ya, salam buat papa dan mama kamu dari saya. Saat kamu berangkat nanti, saya dan anak-anak akan mengantar kamu." Ucap shua membuat jena tersenyum kecut

"Iya kak, makasih ya. Kakak dengan anak-anak juga baik-baik ya, kalau disana senggang aku usahain buat pulang kesini nengok anak-anak." Ucap jena tersenyum kepada shua

"Aku pikir kamu bakal nahan aku buat aku ga pergi ke L.A kak, tapi nyatanya... akunya aja yang bodoh, terlalu berharap ya kak?." Ucap jena dalam hati menahan sakit

"Maafin saya ga bisa nemenin kamu, karena saya juga ada pekerjaan disini yang ga bisa ditinggal. Kamu ke L.A sendirian gapapa kan?" Tanya shua merasa bersalah

"Iya gapapa kak, aku ngerti kok keadaan kak shua." Ucap jena membuat shua mengangguk

Tokkk...tokkk...

"Mama, Papa... rendi masuk ya." Ucap rendi dari luar kamar orangtuanya

"Masuk aja nak, ga dikunci kok." Jawab shua dari dalam

"Mama sama papa lagi apa? Apa rendi mengganggu?" Tanya rendi setelah berada dikamar kedua orangtuanya

"Ngobrol biasa aja kok sayang, kenapa kamu kesini?" Ucap jena mengelus rambut anaknya

"Ayo kita makan malam bersama mah, pah. Kak yoyo dan kak jidan udah nungguin di meja makan." Ucap rendi tersenyum

"Astaga mama lupa udah waktunya makan malam, iya udah rendi kebawah dulu ya. Nanti mama sama papa nyusul." Ucap jena dibalas anggukan semangat oleh rendi, setelahnya rendi meninggalkan kamar kedua orangtuanya

"Kakak mau ikut makan malam?" Tanya jena setelah rendi keluar

"Saya ikut, udah lama juga kita ga makan malam bersama." Ajak shua menarik tangan jena

"Seandainya perlakuan manis kamu ga sandiwara kak, mungkin aku akan sedikit lebih bahagia kak." Ucap jena tersenyum sendu menatap tangannya yang digenggam oleh shua

.

"Cieeee.... romantis banget sih mama sama papa." Ucap rendi saat melihat kedua orangtuanya menuruni tangga dengan bergandengan tangan

"Mama gabakal ilang kali pah, sampe segitunya." Ucap jidan menyindir

"Sirik aja kamu sih, kan mama istri papa jadi bebas dong mau papa gandeng." Ucap shua setelah menarik kursi untuk jena

"Kan jidan cuman ngomong doang pah." Ucap jidan kesal

"Udah-udah kok jadi ribut, ayo kita makan dulu. Kasian noh abang kamu udah kelaparan." Ucap jena menengahi

"Kok jadi abang dibawa-bawa sih mah, kan yoyo daritadi diem aja." Ucap yoyo protes

"Aduh ada yang kesel nih, liat mama sama papa romantis-romantisan." Sindir rendi melirik abang tertuanya

"Mah, aku mau ayam kecapnya dong." Ucap yoyo sambil menyerahkan piringnya

"Ish manja banget, padahal bisa ambil sendiri." Sindri jidan

"Biarin, mama aja ga keberatan. Ya kan mah?" Ucap yoyo menatap jena

"Engga kok sayang, sini mama siapin semuanya buat kalian." Ucap jena tersenyum

"Tuh denger apa kata mama." Ucap yoyo meledek

"Aku juga mah mau ayamnya." Ucap jidan menghiraukan yoyo

"Papa dulu dong, aku mau pakai daging semur aja." Ucap shua menyelak

"Papa juga sama aja, aturannya aku dulu. Rendi kan paling muda disini." Ucap rendi ga mau kalah

"Sini semua mama siapin, tapi dari papa dulu ya." Ucap jena membuat senyum shua mengembang, mengejek ketiga anaknya yang cemberut

"Rendi mau mimpin doa makan?" Tanya jena setelah menyerahkan piring berisi makanan untuk rendi

"Mau dong mah." Jawab rendi semangat sambil mengambil sikap doa yang benar dan kemudian memimpin doa dengan benar

"Amin... Selamat makan semuanya...." Ucap rendi langsung menyantap masakan jena yang selalu enak bagi rendi

Mereka yang melihat anggota keluarga terakhir mereka makan dengan lahap, ikut memakan dengan lahap dam tenang. Tidak dengan shua yang memikirkan sesuatu dan jena yang tersenyum menatap ketiga anaknya yang makan dengan lahap

"Author pov end"

.
.
.
.
.

TBC
Lanjut atau engga???

Gimana sama ceritanya???

Ada pesan yang ingin disampaikan???

Maaf jika typo bertebaran...
Jangan lupa untuk vote and komen biar authornya semangat ngelanjutin ceritanya...

RuMiTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang