Butterfly? Who Created That?!

152 42 0
                                    

"I know I can treat you better, then she can! ... Kenapa lo matiin musiknya?" protes Ai pada Bintang. Cowok itu baru saja meletakkan ponselnya di lantai panggung.

"Daripada lo yang gue matiin," cetus Bintang, kembali duduk di kursi plastik untuk meneruskan gambar rumput pada dinding.

"Ihhh ..." Ai menaruh palet dan kuas ke lantai dan meraih ponselnya. Kembali mencari beberapa lagu yang bisa dinyanyikan tanpa harus mengusik Mr. Star yang sedang serius.

Hari ini mereka punya pekerjaan baru. Pak Lurah meminta mereka untuk ikut merenovasi taman kompleks yang sudah dua tahun tidak diperbaiki. Di taman tersebut dibangun sebuah panggung kecil, biasanya digunakan untuk perlombaan usia anak, tapi akhir-akhir ini beralih fungsi menjadi tempat nongkrong ABG kompleks, karena banyak cowok-cowok ganteng bermain basket dan futsal.

Ai dan Bintang diminta untuk menggambar karakter di panggung tersebut. Di belakang panggung berdiri dinding besar, yang bertujuan melindungi dari paparan sinar matahari sore. Di bagian itu Bintang menggambar beberapa karakter pahlawan super.

Di sisi kanan kiri panggung ada dinding setinggi paha orang dewasa. Ai bertugas mengisi bagian itu dengan gambar Finding Nemo di sisi kiri dan Finding Dory di sisi kanan. Ia yakin anak-anak pasti suka, saking seringnya diputar di TV.

Teng ... teng. Musik kembali terdengar saat Ai menekan tombol mulai pada lagu pilihannya.

"Mianhae mianhae hajima. Naega chorahaejijanha. Ppalgan yeppeun ipsullo. Eoseo nareul jugigo ga. Naneun gwaenchanha. Majimageuro nareul barabwajwo...."

Ai bernyanyi mengikuti suara lembut Taeyang dengan lagu Eyes, Nose, Lips, milik penyanyi asal Korea selatan itu. Ia melirik Bintang untuk mengetahui reaksinya "Jadi, lo suka Taeyang, Bi?"

"Taeyang siapa?" tanya Bintang tanpa menoleh.

"Ini yang lagi nyanyi. Lo nggak marah pas gue nyanyiin lagunya."

Bintang akhirnya balik badan. "Gue nggak masalah sama musik. Masalah tuh ada pada suara lo. Yang gue heran kenapa otak lo bisa nangkep bahasa ribet gitu sedangkan pelajaran yang notabene bahasa indonesia susah banget masuk ke otak lo."

Ai mengerenyotkan mulut lantas memunggungi Bintang dan kembali pada angsa kecilnya.

"Gue rasa nggak ada angsa di film Finding Nemo. Kok lo gambar angsa?"

"Yang penting anak-anak tahu ini angsa. Angsa, kan, lucu, kayak gue, kayak ...." Ai memutar tubuh, memainkan hiasan angsa kecil yang berdiri pada bandonya. "Bando gue."

Bintang berdecak, sadar kalau sejak kecil Ai belum bisa melepaskan kecanduannya akan angsa. Lucunya kalau melihat angsa asli, cewek itu lebih memilih menghindar karena bokongnya pernah sekali disosor saat SMP, tapi malunya berkali-kali. "Lo ingat nggak waktu lo disosor-"

"Gue nggak dengar." Ai kembali fokus pada angsa dan pura-pura tuli, kendatipun bisa mendengar tawa geli Bintang di belakangnya.

"So, gimana rasanya gabung di klub Yaka sehari?"

"Menurut lo apa itu strategi yang baik buat jadi pintar?"

"Apa hanya lima menit dan langsung merasa bosan itu strategi yang baik?"

Ai menghentikan gerak kuasnya, berpikir sejenak. "Kalo cuci otak gue bisa pintar nggak, sih?"

Bintang tergelak. Kepalanya sampai terangkat untuk tertawa. "Ai ... Ai. Jadi lo merasa lo bego karena otak lo kotor?"

The Stupid Duckling ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang