Meet The Donkey Again

123 42 1
                                    

Ai menyandarkan kepala di atas meja saat bel istirahat berbunyi. Semalam ia tidur sekitar jam tiga pagi, dan setelah melewati malam panjang dengan melukis, surprise! Pak Tara berhalangan hadir, urusan keluarga katanya. Entah ia harus senang atau sedih menerima fakta itu.

"Lo nggak ke kantin?" tanya Lila. "Masih masalah kemarin, kah?"

Ai menggeleng lemas. "Gue begadang karena melukis. Nitip roti sama teh botol. Gue ngantuk banget," rengeknya sambil menutup mata.

"Oke, deh."

Tidur di jam istirahat cukup mengisi energi sebelum menghadapi pelajaran Sejarah. Suara Bu Nining yang kecil kadang menghadirkan kantuk yang luar biasa, bisa-bisa justru tertidur kalau begini kondisinya. Ai tidak ingin ditertawakan karena jadi objek lemparan spidolnya.

"Aisha! Lo di panggil Bu Tati di kantor!"

Baru saja menemukan posisi enak untuk tidur, teriakan Dadang membuat Ai harus kembali meluruskan punggung. Ia membuang napas lalu memukul-mukul wajahnya pelan agar kantuknya hilang. Dengan langkah berat, berjalan keluar kelas menuju kantor.

Ai langsung mencari meja Bu Tati sesampainya di ruangan tersebut. Beliau sedang menikmati segelas teh ketika ia mencapai meja.

Bu Tati menggeser teh dan piring alas ke meja print tepat di sampingnya. "Kamu baik-baik aja?"

Ai mengangguk. Mungkin wajah mengantuknya masih bisa terbaca, meskipun sudah berusaha menutupinya dengan senyuman lebar.

Wanita itu menarik laci meja dan mengeluarkan beberapa kertas dari sana. Ai melihat namanya dengan jelas, itu tugas esai kromosomnya. Kemudian, Beliau meletakkan kertas bernama Deski Raisa Putri di samping tugasnya.

Perasaan Ai langsung tidak enak saat melihat esai itu disusun bersebelahan. Kantuknya seketika menguar, hilang terbawa angin. Sinar mata yang awalnya meredup, kini terang benderang.

Tadi pagi Aura datang untuk menyerahkan tugas tersebut. Ai langsung mengumpulkan tanpa mengeceknya terlebih dahulu. Bu Tati belum mengatakan apa-apa, tapi ia sadar, beliau pasti menemukan beberapa kesamaan. Oh tidak ... bisa jadi Aura hanya mengganti identitas di tugas Deski dengan mengubah menjadi miliknya.

Ai membuang napas perlahan, jantungnya terasa membengkak. Ia jelas sudah membuat Bu Tati kecewa. Apa ini bisa mengeluarkan surat pemanggilan orang tua? Mama pasti sangat sedih kalau sampai tahu anak baiknya melakukan tindakan plagiarisme. Parahnya lagi, ia meminta orang lain untuk mengerjakan tugasnya. Tamat sudah riawayatmu!

"Ibu nggak perlu jelasin, karena Ibu yakin kamu udah ngerti."

Takut-takut Ai memandang Bu Tati. "Maaf, Bu. Saya memang salah," gagapnya.

Bu Tati tertawa kecil, menatap Ai bingung. "Selama ini tugas-tugas kamu lumayan baik. Itu kamu kerja sendiri, lho." Beliau menggaruk ujung hidung lantas berkata, "Ibu kaget pas lihat tugas kamu."

Kekakuan di bahu Ai sedikit mencair mendengar tawa itu. "Saya bakal perbaiki, Bu." Namun, kalimat enteng itu tak akan meghilangkan kekecewaan yang sudah ditorehkan.

"Nggak perlu. Ibu kasih tugas tambahan aja nanti. Kamu bisa ambil tugas kamu, Ibu nggak tahu juga mau periksa apa." Bu Tati menyerahkan kertas itu kepada Ai. "Lain kali jangan seperti ini. Nilai Biologi kamu lumayan. Nilai sikap kamu juga baik. Ibu nggak mau tahu alasan kenapa kamu kayak gini. Tapi, Ibu hanya mau kamu menghargai usaha kamu sendiri. Seperti yang kamu lakukan selama ini."

The Stupid Duckling ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang