16. Kesedihan Di Dalam Negara Jamur

37 7 0
                                    

"Kamu Leshy?" tanyaku spontan, mundur beberapa langkah.

Katakan padaku, bagaimana dia bisa duduk saat tubuhnya setengah-setengah seperti itu?! Benar, ini mirip Centaur. Aku baru ingat, dia adalah Leshy, ras peri juga. Aku pernah tak sengaja baca dari buku yang ayahku simpan di atas meja sebulan lalu sebagai alas gelas kopi. Tapi tidak disangka sosoknya cukup mengerikan. Warna kulitnya gelap meski bermata biru yang cantik.

"Aku melihat sosok sepertimu beberapa tahun lalu, dia Erland dan membawa kunci portal." Leshy, sosok aneh itu tersenyum lebar hingga matanya menyipit. "Aku adalah penyihir yang bergerak sesuai kehedakku."

Aku diam, menatap tajam padanya. Sejujurnya aku takut, tapi aku tak tahu harus berkata apa. Di situasi seperti ini, dapat ditebak kalau dia bisa melakukan segalanya. Bisa jadi ini wilayah yang dia kuasai, jadi aku seperti dikurung tak dapat melakukan apa-apa.

Sekarang, istilah diam adalah emas sangat tepat.

"Tidakkah kamu menginginkan pemberianku ini?" Leshy itu mengangkat tangannya yang berisi sebilah pedang. "Setiap entitas di dunia ini sangat ingin bertemu denganku dan menginginkan hadiah dariku."

"Aku gak butuh." Akhirnya kata-kata itu keluar. Ah, sial! Sial! Bagaimana jika salah bicara? Bagaimana jika dia tersinggung? Ayah menolak pancake buatanku saja rasanya sudah ingin menangis.

Senyumnya surut. "Selama berabad-abad, tak pernah ada satu pun yang menolak hadiah dariku. Tapi kamu dengan sombongnya menolak?"

"Kalau kamu ngerasa kuat, lebih baik tunjukkan diri kamu terus bantu orang lain. Bukan kayak gini." Aku bersikap waspada.

"Tapi aku memang tidak mau ikut campur. Aku lebih suka menonton, mengamati. Firasatku mengatakan kalau kamu akan memberikan pertunjukkan paling menarik dari dunia ini. Aku tidak sabar menantikannya." Dia kembali tersenyum. "Jadi apa pun alasannya, kamu harus menerima pemberianku. Aku tidak menerima orang yang menolak. Aku tidak akan membiarkan mereka pergi."

Duh, sial! Apa pula, ada hal aneh seperti ini di sini? Keringat dingin sudah membasahi tubuhku seperti hujan. Aku ketakutan bukan main karena sosoknya tampak mengerikan. Terkejut sekali, aku ingin pergi dari sini. Lalu apa maksudnya, menonton?

Hey, bukankah itu egois?

"Kamu egois." Aku refleks menyuarakan isi hati. Tampaknya kewarasanku sudah hilang total. "Maksudnya, kamu egois. Kamu tutup mata dan lepas tangan sama orang-orang yang butuh kamu, tapi kamu main datang ke orang yang gak butuh apa pun dari kamu."

"Aku tidak menerima komplain."

"Dasar egois." Mulutku tidak mau berhenti. Apakah ruangan ini disertai sihir kejujuran?

"Terima ini, Bocah," katanya, melotot padaku. Kakiku sekarang seperti jeli. Aku takut. Mata birunya seolah akan keluar dari kelopak mata.

"Bakal aku terima tapi dengan satu syarat, Leshy." Akhirnya, aku memutuskan sesuatu yang bijak.

Kenapa aku menyimpulkan dia kuat? Entahlah, auranya lebih mengerikan daripada para Orc. Aku yakin dia jauh lebih kuat dari Orc dan bisa mengalahkan mereka, aku yakin dia bisa membantu kami kalau-kalau kami membutuhkannya.

"Bantu aku saat aku butuh kamu, dan berjuang sama aku dengan mengerahkan seluruh kekuatan kamu," kataku, berjalan mendekat dan mengambil sebilah pisau itu. "Aku udah ambil pedangnya, aku anggap kamu setuju. Sekarang balikin aku ke tempat tadi."

Leshy tidak berkata apa-apa, dia hanya tersenyum lebar dengan mata yang menyipit. Aku menghela napas berkali-kali agar dapat lega, dan ketika mengedipkan mata, pemandangan sekitar berubah lagi.

[END] MellifluousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang