01. Berubah dan Perubahan

135 28 16
                                    

Aku memasukkan buku-buku yang berada di atas meja ke dalam kardus, malam ini aku ingin berbenah agar ketika akan pindah nanti tidak lagi terburu-buru. Sebenarnya, tidak terlalu banyak hal yang harus aku bereskan, karena barang-barang punyaku masih terkemas rapi di dalam kotak kardus, tas, juga koper. Sedari aku pindah kemari, aku hanya mengambil beberapa yang penting dan diperlukan saja.

Tadi selepas selesai mandi, aku mendapat kabar dari Ayah bahwa pertandingan akan kembali dilaksanakan pekan depan, dan perpindahan kami akan dilaksanakan tiga hari lagi. Entah kenapa aku merasa lega, mungkin karena pindah aku berhasil menghindar? Ada rasa cemas untuk pergi ke sekolah esok. Kakiku juga masih sedikit sakit, belum sembuh sepenuhnya. Jika aku bertemu Chantal atau Keith, apa yang harus kukatakan pada mereka? Lalu, jika aku bertemu dengan teman-teman ekskul yang mendukungku, ekspresi apa yang harus aku tunjukkan pada mereka?

Aku tidak tahu.

Selama aku berpindah-pindah sekolah, aku bertemu dengan banyak orang jahat dan baik. Orang seperti Chantal yang ditemui dan perundungan yang dirasakan bukanlah yang pertama kali buatku. Terlalu banyak, dan aku selalu menghindari mereka dengan pindah sekolah, membuat masalah dan status sosialku yang buruk menggantung begitu saja. Aku memang payah. Apa kali ini aku juga menghindar saja?

Lari seperti biasanya.

Ketika aku mulai menutup kardus dengan lem perekat, ketukan pintu kamar terdengar. Lantas aku menoleh ke arah suara dan mendapati Ayah melongok dari balik pintu. Beliau tersenyum dan bertanya, "Boleh Ayah masuk, Rin?"

Aku mengangguk dan Ayah segera masuk. Ternyata beliau membawa dua kaset film DVD.

"Ayah menemukan ini saat sedang berbenah di ruang tamu. Sepertinya kamu belum pernah menontonnya," kata Ayah, duduk di sebelahku dan memperlihatkan dua kaset itu. "Ini film yang seru. Mau nonton bersama?"

"Arrival?" Aku mengerutkan dahi. "Aku pernah menonton ini, tentang alien yang memberikan hadiah itu, kan?"

"Loh, ternyata sudah?"

Aku mengangguk. "Filmnya bagus, Yah. Plusnya banyak, tapi minusnya film ini berakhir sebentar. Enggak ada sekuel sama sekali yang menjelaskan kelanjutan Bumi dan planet tempat tinggal Castello. Pesan Castello dan Abbott itu, kan, mereka akan kembali suatu saat untuk meminta bantuan manusia yang sudah diberikan hadiah sama mereka. Tapi film ini berakhir begitu saja."

"Menurut Ayah, film ini mengajarkan kita untuk tidak terlalu gegabah dalam mengambil keputusan."

"Kayak, gimana caranya Louise Banks sabar sebagai penerjemah bahasa antara manusia dan alien ... kemudian gimana caranya Louise berhasil mencegah negara lain untuk bom kapal Castello dan Abbott? Dia sabar dan enggak gegabah. Dia juga pintar." Aku tersenyum. "Kalau Heptapod itu betul-betul ada di planet lain, berarti dunia ini sangat menakjubkan."

Ayah mengangguk. "Mungkin saja, memang betul-betul ada. Jangankan luar angkasa, di Bumi pun manusia belum dapat meneliti seluruhnya. Masih banyak misteri yang bahkan para peneliti belum menjawabnya."

Aku menoleh antusias. "Berarti, bisa saja, dong, makhluk-makhluk fantasi betulan ada, Yah? Kayak peri, para troll, atau manusia raksasa? Makhluk-makhluk mitologi juga, bisa saja ada, kan? Hydra, Phoenix, Siren."

"Kalau Rin bertemu dengan mereka, apa yang akan Rin lakukan?"

Aku menggeleng. "Enggak tahu. Mungkin panik, tapi penasaran."

Ayah tergelak. "Kalau Ayah yang bertemu mereka, sudah pasti akan Ayah ajak kerjasama. Makhluk-makhluk fantasi itu penuh dengan magis. Mereka ajaib."

"Ayah yakin enggak akan ketakutan?"

[END] MellifluousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang