06. Melarikan Diri

76 17 0
                                    

Aku melirik dua sosok penjaga peri yang berdiri di bawah sana, dekat dengan dua pintu raksasa dari kayu ebony gelap, berukir macam-macam bunga dan tulisan-tulisan yang tidak dapat aku mengerti. Mereka membawa tombak yang ujungnya terdapat kristal tajam berwarna hijau, dilingkari dua tanaman merambat yang berputar-putar. Mereka tidak memakai baju besi seperti prajurit-pakaian mereka terbuat dari daun yang hanya membungkus bagian dada hingga paha dengan asal. Sayap mereka sewarna gelap malam, tubuhnya pendek dengan wajah rupawan tapi menyeramkan-kedua mata mereka hitam seluruhnya, hanya ada titik hijau yang sangat kecil di tengah-tengah lingkup hitam itu.

Aku pernah membaca beberapa artikel tentang mitologi peri, mereka biasanya digambarkan sebagai makhluk mengerikan yang tidak pernah berbohong. Namun, ada juga yang berbohong-seperti manusia, Peri juga ada yang baik dan ada yang jahat. Berbeda di beberapa film yang aku tonton, peri adalah sosok makhluk kecil bersayap yang menjaga keseimbangan alam, mengatur mimpi-mimpi anak kecil yang tertidur dengan lelap, menukar gigi yang copot dengan hadiah, pengabul keinginan, dan mengumpulkan sebelah sepatu yang hilang. Tapi, sepertinya ada banyak versi-termasuk versi yang sekarang aku lihat.

Ada tiga jenis peri yang tinggal di negara Faegufler; peri dari anggota keluarga kerajaan, peri murni dari Faegufler (rakyat tetap) dan peri kecil yang tinggal di pepohonan. Peri murni dari Faegufler yang memang sejak dulu sudah menetap di sini disebut dengan Elfam, mereka tidak memiliki sayap, tapi memiliki kekuatan mengendalikan alam sesuai dengan tingkatnya. Sedangkan peri-peri kecil yang tinggal di pepohonan, mereka disebut Faega. Seperti Tinkerbell, tubuhnya amat mini, tapi tidak berbentuk manusia. Mereka lebih seperti ranting kayu bersayap-tidak memiliki ekspresi wajah, tidak terlihat mana hidung dan matanya. Para Faega sangat rapuh, mereka tinggal berdampingan dengan Elfam.

Aku sempat terpana dengan hal-hal yang diceritakan oleh Qion, tentang tempat tinggal mereka yang sangat fantastis; dari jamur raksasa, rumah pohon yang tumpang-tindih, permukiman yang dilingkupi cahaya alam. Aku tidak begitu mengerti dan membayangkan, hanya saja mendengarnya membuatku girang.

Sekarang, saatnya melakukan rencana yang sudah kami sepakati. Aku memang harus membatu melepaskan Qion lebih dulu, karena kekuatan yang dia berikan padaku tidak cukup besar untuk mengeluarkan diriku terlebih dulu dari sini. Jadi, dengan susah payah aku berkonsentrasi untuk mengalirkan cahaya hijau yang redup ke arahnya, berusaha berkonsentrasi untuk membayangkan rantainya putus.

Suara rantai yang bergoyang-goyang jelas terdengar, karena aku juga masih pemula dengan hal-hal kekuatan seperti ini. Para penjaga yang merupakan Elfam mendelik sinis padaku, tapi cepat-cepat Qion mengalihkan perhatian dengan menanyakan beberapa pertanyaan.

Sayangnya, salah satu dari mereka curiga karena aku bersikap aneh. Penjaga itu mendekat sangkar ini, lalu mengetukkan sekali tombaknya ke tanah. Sejurus kemudian sangkar ini seolah terlepas dari ranting yang menghubungkannya ke langit-langit ruangan agar menggantung. Jelas aku panik dan berteriak-teriak, yang malah membuat gema dan para Elfam itu menutup kencang kedua telinganya.

Faktanya, aku lebih terkejut pada diriku sendiri ketimbang aku akan jatuh dari sini. Efek kekuatan yang diberikan Qion sungguh luar biasa juga mengerikan.

"Hentikan!" Salah satu dari mereka berteriak. "Apa yang kalian lakukan?!"

Aku menutup mulut dengan tegang, sekujur tubuhku gemetaran.

Teruslah berteriak, Rin.

Aku menoleh ke arah Qion, dia mengangguk dua kali. Apa yang barusan aku dengar? Telepati? Suaranya benar-benar terdengar jelas di kepalaku! Peri itu sungguh makhluk yang ajaib.

Rantainya sudah putus karena kamu berteriak. Sekarang kamu terus berteriak agar aku bisa mengikat mereka, dan kita dapat keluar dari sini.

Sambil mengerutkan dahi, aku kembali melirik padanya, lalu mengangguk. Dia benar-benar memerintah, dan bagaimana bisa aku sangat patuh? Ya ampun, rasanya kalau sudah bebas dari sini, aku ingin memarahinya sekalipun dia seorang pangeran.

[END] MellifluousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang