Wait for me somewhere between reality and all we've ever dreamed.
—Peter PanSetelah hari itu, aku banyak menangis dan tertidur lelap hampir seharian di kasurku yang empuk, di kamarku yang paling aku rindukan.
Ternyata waktu di dunia peri dan di sini mempengaruhi. Di dunia peri aku pergi selama empat bulan, di sini sudah berjalan hampir tiga bulan. Aku tidak mengerti bagaimana perbandingannya, kalau Vin yang cerdas itu pasti paham. Lalu, selama kami pergi, Bunda melapor pada polisi dan investigasi pun dilakukan. Sekitar sebulan, tapi mereka tak menemukan jejak apa pun selain ruang bawah tanah yang sudah tertutup. Itu artinya, Ayah dan Vin datang tepat saat portalnya masih terbuka. Lalu Bunda yang menjaga rumah ini, beliau ke sini setiap hari berharap kami dapat pulang tiba-tiba.
Bunda juga menemaniku untuk tidur. Sudah lama kami tidak tidur bersama. Kesalahpahaman pun selesai. Bunda menceritakan semuanya—alasan Bunda bercerai, kenapa menikah lagi, dan juga Chantal—cewek itu menyesal. Dia meminta maaf. Lalu pria tua yang dipeluk Vin adalah ayahnya.
Tepat hari itu juga, Ayah membuat laporan pada polisi bahwa kami tersesat di hutan dan baru kembali. Ayah meminta untuk kasus kami ditutup.
Meski segala kesalahpahaman sudah diluruskan, Bunda dan Ayah tetap tak dapat kembali bersama. Aku mengerti dan aku juga tidak mau memaksa. Bedanya, sekarang aku sudah tidak marah. Bahkan pada Chantal. Entah kenapa, aku merasa mengerti dirinya. Dia juga mulai sering berkunjung bersama Bunda.
Suaraku tidak kembali, jadinya selama rehabilitasi, aku belajar menggunakan bahasa isyarat.
Seminggu kemudian, aku pun kembali masuk sekolah seperti biasanya. Vin juga belajar bahasa isyarat cepat sekali. Jadi kami sudah lancar berkomunikasi lewat bahasa isyarat ataupun melalui coretan kertas dan kirim pesan di ponsel.
Suatu hari datang juga seorang kakek tua, dia adalah pemilik rumahku sebelumnya. Erland. Manusia yang pernah disebutkan oleh para Elfam di Faegufler. Dia datang dan meminta maaf, lalu banyak berbincang dengan kami mengenai para peri, dan mengenai portal mana pun yang sudah tak dapat dibuka sama sekali.
Kehidupan sekolahku pun damai. Aku tidak merasakan dirundung lagi, lalu aku kembali menjadi atlit lari cepat. Arvin juga mengenalkan aku pada teman-temannya yang asik. Meski aku tidak berbicara, mereka tetap mau memahamiku. Kami juga bahkan bermain ke kota sesekali, ke mall, makan di restoran, berlibur, mengerjakan PR bersama..., semuanya terasa menyenangkan.
Kini aku mengerti, bahwa sampai kapan pun petualangan ajaib itu takkan pernah selesai. Aku memulai petualangan baru di sini dengan banyak pelajaran baru.
Terima kasih, Qion, Ael, Emile, Bibi Magred, semua yang telah bersamaku di dunia peri.
Lalu, setahun setengah tahun berlalu. Hubunganku dengan Bunda dan Chantal semakin baik, usaha Ayah sebagai juragan sayur-mayur juga sukses. Akhirnya, aku memberanikan diri untuk menulis di buku yang diberikan Emile menggunakan bolpoin yang tintanya takkan pernah habis.
***
Suatu hari, ada seorang anak perempuan yang tinggal di rumah berjalan di negeri entah-berantah. Rumah anak perempuan itu tak pernah menetap di satu tempat, selalu berpindah-pindah.
Karena banyak bergerak dan tempat menetap selanjutnya selalu menyeramkan, ibu sang anak perempuan itu pun pergi untuk mendapatkan rumah yang lebih baik. Tinggal tersisa sang anak perempuan dan ayahnya. Namun, si anak perempuan belum mengerti kenapa dia ditinggalkan oleh ibunya, lalu marah dan meninggalkan rumah, pergi ke hutan, ke dunia para peri.
Dunia ajaib yang belum pernah dikunjunginya.
Sang anak perempuan tidak sendirian, dia ditemani oleh seorang anak laki-laki yang membawa pedang kayu. Dia suka menjelajah, lalu sampailah di dunia para peri ini.
"Apa kamu datang untuk bertualang?" tanya si anak laki-laki.
"Aku akan pergi menemukan rumah yang nyaman," jawab si anak perempuan.
"Itu akan sulit," kata si anak laki-laki, dia tersenyum dan mengulurkan tangan. "Mari bertualang denganku, aku akan mencarikannya untukmu."
Bersamanya, sang anak perempuan mengalami petualangan yang menyenangkan. Dikejar raksasa, menyembuhkan putri duyung, dan menjadi putri karena hatinya yang bijaksana. Namun, dia tidak puas, dia merasa tempatnya bukan di sini. Lantas, dia pun meminta untuk pulang. Sang anak laki-laki tak bisa membantunya, karena perjalanan mereka sudah sangat jauh.
Anak perempuan itu sangat sedih mendengar bahwa dia tak bisa kembali. Apalagi ketika berpikir kalau ayah dan ibunya tidak peduli.
Namun, suatu hari, datang ayahnya dari kejauhan menunggangi kuda putih dengan banyak luka di sekujur tubuhnya. Ayahnya datang dan berkata susah payah menemukan putrinya. Lalu sang anak perempuan menyambut, dan mereka pun pulang bersama. Sang anak perempuan meninggalkan kekuasaannya, teman-temannya, kesenangannya, untuk kembali ke rumah yang berpindah-pindah itu.
Ternyata, rumahnya tidak lagi berjalan.
"Jangan pergi, rumahmu di sini," kata ayahnya.
"Tapi bagaimana jika rumah ini berjalan ke tempat yang menyeramkan lagi? Bagaimana jika kali ini ayah yang pergi?" Si anak perempuan bertanya dengan sedih.
Ayahnya tersenyum. "Rumah yang sebenarnya bukanlah bangunan. Tapi mereka yang berharga, itulah rumah kita. Makanya, kamu adalah rumah untuk Ayah."
Si anak perempuan itu terdiam sejenak sebelum membalas, "Dan ayah adalah rumahku."
Akhirnya, si anak perempuan itu mengerti alasannya ingin kembali sudah melewati banyak kesenangan, itu karena rumahnya bukan di sana. Rumahnya ada di sini, meski tanpa ibu, tetap ada ayahnya yang menerima dia apa adanya.
Ada ayahnya yang berharga, yang takkan pergi ke mana pun, lalu mereka menjalani hidup dengan sebaik-baiknya ....,
...., dan mereka hidup bahagia selama-lamanya.
***
Selesai.[]
Pesan dari Hira:
Aiya, mellon! Akhirnya Erina-Arvin ini sudah selesai. Tinggal revisi dan aku akan lanjut ke dongeng berikutnya—apa? Lail's Dragon! Hehe. Mari berpindah ke Lail-Lean, si manusia dan naga jadi-jadian wkwkwk
Yah, mereka dah beres. Apa perlu aku bikin sequel ya? Erina-Arvin hidup normal gitu?, wkwkkw pokoknya, makasihhh banyak yang udah menyempatkan diri baca cerita ini. Semoga kalian menyukainya ya!
(Btw cerita ini lolos seleksi untuk diterbitkan, sebenarnya. Tapi aku belum juga kirim naskah ke penerbit udah hampir enam bulan /nangis/ semoga masih diterima ya!)
Cee u!
Regards,
Hira
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Mellifluous
FantasyBerawal dari aku yang menemukan tempat misterius di dalam rumah baru karena mendengar suara-suara indah, membawaku menuju dunia peri yang mengerikan, tapi menakjubkan. Di sana aku terjebak, dibawa masuk ke dalam Ruang Penjara karena dianggap sebagai...