BAGIAN DUA BELAS

9.2K 677 36
                                    

Pernikahan Haga hari ini, dilaksanakan di Indonesia. Sebenarnya Ayah sudah meminta untuk dilaksanakan di Belanda saja tapi otang tua Rose tidak setuju.

Ah Haga tidak peduli mau dilaksanakan di mana saja yang penting menikah. Perasaannya senang sekali.

Tapi rasa senangnya tadi tergantikan dengan rasa amarah yang tinggi.

"Datang ke SMA kita dulu, Haga. Aku di atap. Temui aku sekarang, jika tidak? Ya calonmu yang akan jadi korbannya."

Kenapa Filemon harus muncul lagi di hidup Haga? Haga sudah bahagia, Haga tidak perlu lagi kehadiran Filemon. Filemon hanya membawa rasa sakit juga rasa benci.

Haga mengamuk di acara pernikahannya sendiri, menghajar penjaga yang ditugaskan untuk menjada Rose. Ayah mencoba menenangkan, tapi Haga juga tidak tenang.

Ingatan demi ingatan saat Filemon berlaku kasar kepadanya muncul. Bagaimana jika Filemon berlaku kasar juga kepada Rose? Ingat? Filemon itu pembunuh!

Lalu dengan perasaan gelisah juga amarah Haga mendatangi tempat yang dimaksud oleh Filemon.

Sesampainya di tujuan dengan nafas terengah-engah, Haga menatap tajam penuh kebencian ke Filemon.

Filemon tersenyum bahagia melihat Haga yang tumbuh dengan baik. Badan yang semakin membentuk otot, terlihat lucu di mata Filemon mengingat wajah Haga yang sangat manis. Kemudian tatapannya turun ke arah tangan Haga. Tatapannya menjadi sendu.

"Akhirnya kita bertemu, Haga," ucap Filemon sembari merentangkan tangannya bermaksud untuk memeluk Haga. Tapi justru Haga malah menonjok wajahnya. Filemon terhuyung. Matanya berkunang-kunang. Kekehan kecil terdengar dari bibirnya.

"Kamu nggak merindukanku, Haga?" Filemon menatap Haga penuh cinta tapi Haga sebaliknya.

"Gue nggak mungkin merindukan orang yang udah buat hidup gue menderita!"

Nafas Haga terdengar kasar, dadanya naik turun dengan cepat. Ia menatap nyalang Filemon.

"Haga menderita?"

"Lo masih bertanya setelah apa yang lo lakuin ke gue? Lo masih bertanya?!"

Filemon menggeleng pelan lalu mengulurkan tangannya ke Haga, "ayo ikut aku, Haga. Kalau kamu menderita, ikut aku ngelepas penderitaan kamu, setelah itu kita akan selamanya bersama. Ayo, Hag–"

Bugh

Haga membogem wajah Filemon. Filemon tidak melawan. Ia setia menatap wajah Haga.

"Kenapa nggak mau? Apa Haga sekarang udah bahagia?"

"Ya! Gue bahagia! Jadi gue minta buat lo enyah dari hidup gue!"

Filemon tertawa pelan namun pedih, "Haga bahagia nggak ada aku di hidup, Haga?!"

Haga tersentak melihat mata Filemon yang memerah. Ia juga baru sadar akan wajah Filemon yang penuh memar. Tubuh yang begitu kurus dan penuh memar luka, rambut yang panjang tapi berantakan. Sangat berbanding terbalik dengan terakhir kali mereka bertemu.

"Jawab, Haga... kamu bahagia nggak ada aku? Kamu bahagia nggak bersamaku? Kamu senang?"

"Ya..." Haga mengalihkan pandangannya dari Filemon yang terlihat menyedihkan.

Tiba-tiba Filemon tertawa, Haga menatapnya heran.

"Padahal aku berpikir kalo Haga sangat merindukanku, sangat ingin berjumpa denganku seperti aku yang selalu membayangkan Haga di sisiku. Saling mengutarakan cinta, saling berpelukan, saling berciuman..." tawa Filemon mengencang. Ia mengacak rambutnya salah tingkah.

Just Friend? [end] [republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang