BAGIAN ENAM

10.2K 857 43
                                    

SMA 15 sudah terasa sesak, penuh dengan manusia yang bergerak ke sana ke sini. Lebih sesak lagi di area lapangan futsal. Meskipun pertandingan belum mulai namun penonton sudah banyak. Kalau ditanya alasannya; nanti keburu penuh, nggak dapat tempat jadi nggak bisa lihat cogan!

Dasar anak muda!

Kini setiap anak futsal mulai mencari perhatian, memanfaatkan keadaan untuk menebar pesona dimana selalu gagal saat mereka latihan. Mereka tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Mereka semangat!

Tapi lain bagi Filemon seorang. Sedari tadi ia gelisah meskipun dengan raut wajah datar. Ia menunggu kehadiran Haga, lama sekali. Pikiran negatif mulai merasuki otaknya. Bagaimana jika dalam perjalanan Haga kena begal? Bagaimana jika dalam perjalanan Haga kecelakaan? Bagaimana jika dalam perjalanan Haga dicuri om-om pedo? Dan lebih parahnya bagaimana jika ternyata Haga lupa?!

Sabar dong Filemon jangan negatif gitu pikirannya. Lagi pula pertandingan masih lama mulainya, Haga pasti datang kok untuk berteriak menyuarakan namamu di baris penonton lainnya. Kamu tenang saja.

Haga bukan terlambat bangun, bukan lupa, bukan kecelakaan, bukan kena begal, ataupun dicuri om pedo! Tapi ia ditahan oleh teman SMP nya di gerbang sekolah.

Saat tiba tadi tidak sengaja Haga bertemu dengan Tio, mereka berbincang sedikit, iya sedikit lama yang menurut Filemon itu sangat lama pasti. Dan Tio juga mengenalkan Haga dengan pacarnya, pacar Tio ini sangat cantik, sangat manis, sangat sopan, dan namanya ialah Tiar.

Haga jadi kesal, Tio yang menurut Haga tidak keren sama sekali bisa mendapatkan Tiar. Sedangkan ia? Pacaran saja belum pernah. Ugh, Haga rasanya ingin menjadi orang ketiga. Tapi ia urungkan, ia masih ingin hidup!

HP Haga bergetar untuk yang kesekian kalinya dan Haga baru tersadar, ternyata ia keasikan berbincang. Aih Haga bikin Filemon tidak tenang saja.

"Ha–"

"Haga, kamu di mana?"

Filemon langsung menyela begitu panggilan diangkat, dasar tidak sopan!

"Di gerbang."

"Kenapa lama? Cepat datang ke sini."

"Iya bentar."

Haga menatap Tio dan Tiar sembari tersenyum kecil.

"Yoklah kita masuk ke dalam, Emon udah nunggu."

Mereka mulai melangkah menuju lapangan futsal tidak lupa sambil bercakap-cakap kecil. Sebenarnya niat awal hanya Haga saja, tapi Tio jadi ikut-ikutan, padahal tadi ia janji ke Tiar bakal melihat-lihat bazar. Tio kamu ingkar janji. Untung Tiar sayang!

"Ah iya, Filemon tanding ya?"

"Iya dia tanding, fansnya bakal nambah banyak pasti."

Tio tertawa pelan, "emang kenapa kalo banyak? Kan bagus biar Filemon semakin terkenal."

"Nggak ada bagus-bagusnya anjir, nyusahin gue doang."

Tio kembali tertawa pelan, "kalian nggak berubah sama sekali ya? Masih saling posesif ternyata."

"Dih enak aja! Gue kagak, Emon aja noh emang gila. Untung temen gue tuh anak."

"Temen apa temen?"

"Babu!"

Tio tertawa lagi, Tiar juga ikutan. Ini pasangan emang suka saling ikut mengikut ya...

Akhirnya mereka sampai, Haga mengedarkan pandangannya dan menemukan Filemon di lapangan sedang melakukan pemanasan.

"Apa udah mau mulai ya? Keknya belum deh."

"Yo, gue ke Emon dulu ya, lo cari tempat duduk aja entar gue nyusul."

"Oke sip, tenang aja."

Tio dan Tiar mencari tempat duduk sedangkan Haga berlari kecil menuju Filemon. Ketika sudah dekat ia meneriaki nama Filemon dan melompat. Mengulangi kebiasaannya saat Filemon latihan.

Filemon sempat terkejut, untung saja refleksnya bagus untuk menangkap Haga.

Haga tertawa kecil di gendongan Filemon, karena Filemon yang menatapnya kesal.

"Kalo jatuh gimana?"

"Nggak bakal jatuh, Emon. Gue kan percaya sama lo," jawab Haga sembari tersenyum manis, ia sengaja begitu melihat banyak yang memperhatikan mereka terlebih para perempuan. Ia ingin sombong sedikit.

Jawaban Haga membuat Filemon terdiam menatap Haga dalam. Haga jadi salah tingkah ditatap begitu. Wajahnya memerah. Haga bagaimana sih, ia yang menjawab ia sendiri yang memerah.

"Jangan liatin gue kek gitu anjing."

Haga cemberut kesal dan berontak ingin turun dari gendongan Filemon, sebenarnya itu hanya tindakan demi menutupi rasa gugupnya. Tapi Filemon tidak juga menurunkannya malah justru memeluk Haga yang tetap dalam gendongan.

Haga semakin memerah!

"Makasih, Haga."

"Hah?"

"Makasih udah percaya aku."

"Ah elah anjir, dari dulu juga gue udah percaya kali." Haga merotasikan kedua bola matanya.

Filemon terkekeh pelan, rasanya menyenangkan. Mendapatkan kepercayaan Haga? Ah luar biasa.

Mengecup gemas tengkuk belakang Haga. Hal itu membuat teriakan para fujo dan fudan terdengar kencang. Lalu Filemon menurunkan Haga dari gendongannya.

Aih, wajah Haga merah, kok bisa?

"Emon monyet, sembarangan ngecup-ngecup! Ihh setan."

"Kamu kenapa?" tanya Filemon sembari mengecek suhu badan Haga. Tidak panas.

"Nggak kenapa-kenapa anjir, emang kenapa coba ha?"

Filemon mengernyit heran.

Aish...

Haga berjinjit lalu mengacak asal rambut Filemon kemudian menepuknya pelan, dan mengusapnya dengan sayang. Filemon membeku di tempat, fujo dan fudan menahan gemas mereka.

"Semangat, Emon!" Haga berucap lantang sembari mengepalkan jarinya penuh semangat, menunjukkan ke Filemon kalau ia begitu antusias mendukungnya. "Lo harus menang oke? Awas aja kalo lo nggak menang, gue nggak mau bicara lagi sama lo!"

Filemon masih terdiam, bahkan tidak menyadari Haga sudah berbalik. Ia masih terkejut dengan tindakan Haga barusan. Rasanya begitu mendebarkan, hangat, dan menggelitik manja. Tanpa sadar tangannya terangkat menyentuh rambutnya yang barusan, barusan... aih ia tidak sanggup!

"Argkhhh..."

Filemon berteriak gemas di tepi lapangan itu, lalu menjatuhkan tubuhnya hingga kini ia terlentang di lapangan, tidak lupa dengan masih menggeliat geli-geli manja, disertai tawa-tawa kecil bahagia.

Semua terkejut dan tertegun tidak menyangka melihat Filemon. Ini, ini terlalu WAH! Dengan segera mereka mengabadikan momen tersebut sembari menggigit kuku.

Haga yang tadi juga sempat terkejut dan tertegun, kini menyembunyikan wajahnya yang sangat-sangat merah di balik punggung Tio. Entah mengapa ia jadi malu, sangat-sangat malu dan penuh debaran di dadanya.

Teman se-futsal Filemon segera menghambur menindih Filemon yang masih seperti semula. Mereka tertawa bersama di sana. Entah menertawai apa yang penting tertawa saja. Sangat jarang momen begini.

Yang melihat mereka jadi ikut tertawa juga, bahkan lawan mereka nantinya, juga ikut tertawa.

Tertawalah dulu sebelum tidak bisa lagi tertawa. HAHAHA.

Just Friend? [end] [republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang