-/ Saya sedikit berbagi cerita dulu.
Jadi di suatu pagi, disaat saya membantu Mamak saya memasak saya terlibat percakapan dengan beliau. Tentang kehidupan kedua. Kehidupan selanjutnya. Kehidupan di kayangan.
"Mak, bisa nggak itu cinta sejati ketemu lagi di kehidupan selanjutnya?" tanya saya. Mamak saya dengan santainya mengangguk sembari tetap mengupas bawang merah dari kulitnya.
"Bisa. Kenapa emang? Kau mau kayak gitu?"
Saya tertawa pelan sebagai respon. Tapi sebenarnya saya juga mengharapkan demikian jika memang hal tersebut benar bisa terjadi.
"Kalo memang bisa, orang itu jumpa di mana?" Saya bertanya lagi. Karena sejujurnya saya bingung. Kalau memang bisa bertemu, kapan bisanya? Dan di mana? Sedangkan mereka saja meskipun cinta sejati tentunya tanggal kematian jelas berbeda.
"Di kayangan. Ketemu nanti orang itu kan, terus sama-sama lagilah orang itu," jawab Mamak saya. Beliau sudah berganti dari mengupas bawang merah menjadi mengupas bawang putih. Melepaskan setiap baju yang menutupi mulusnya permukaan bawang tersebut.
"Mana ada kayangan," sahut saya. Karena memang sepertinya tidak ada. Kayangan itu hanya ada di dongeng.
"Nggak percaya kau nggak-nggak."
Dan percakapan kami berhenti bersamaan dengan Mamak saya yang memasukkan segala bahan masakan ke dalam belender. Kemudian meminta saya untuk menyalakan mesin tersebut.
"Halus apa kasar?" tanya saya.
"Halus kalo bisa."
"Oke."
Setelahnya kami melanjutkan percakapan kami. Tapi yang pasti dengan tema yang lain. Yaitu tentang saya yang tidak juga bisa memasak. Rasanya saya ingin kabur saja saat itu.
Saya diceramahi, "kalo nggak bisa kau masak dipulangkan mertuamu kau nanti," kata Mamak saya.
"Aku nanti mau nyari suami yang jadi koki. Biar dia yang masak."
Hasil akhirnya saya dilempar dengan sendok nasi. Untungnya sendok nasi tersebut terbuat dari plastik bukan besi. Jidat saya jadi aman.
Setelah memikirkan kembali percakapan saya dengan beliau, saya juga membuka komentar-komentar kalian tentang akhir yang sebaiknya diubah. Misalnya dengan membuat Filemon dan Haga bertemu di kehidupan yang lain.
Jadi saya memutuskan untuk membuatnya. Tapi jelas tidak mengubah alur dari cerita Just Friend?. Saya lebih memilih membuat cerita lain dengan alur yang berbeda. Sehingga tidak akan merusak cerita saya yang ini.
Lalu, latar belakang kisah selanjutnya di mana? Di kayangan? Tidak guys. Saya masih belum bisa menerima adanya kayangan. Jadi saya membuat latar tetap dengan latar pada umumnya. Di dunia ini. Bukan di dunia mimpi atau pun di dunia kekaisaran.
Anggap saja ini season dua dari Just Friend?.
Temui ceritanya di profil saya.
IN ANOTHER LIFE
PROLOG :
Katanya cinta sedalam samudra
Bohong, nyata kita berakhir juga"Muaaakkk ....."
"Bunda yang muak, Haga! Kamu nyanyi mulu! Cepatan mandinya!"
Haga meringis mendengar teriakan dari Bundanya. Ya salahnya juga sih, pagi-pagi malah nyanyi dengan suara yang keras. Memuakkan telinga yang mendengar!
"Tapi lagunya seru banget gila!"
"Kamu ngatain Bunda gila?!"
"Nggak, Bund!"
Menghela napas. Haga kembali memikirkan seorang pemuda yang entah kenapa selalu menggetarkan hatinya setiap kali mereka saling tatap.
Haga merasakan sebuah kedekatan dengan pemuda itu. Perasaannya menjadi tidak karuan. Ada senang, ada sedih, ada marah. Aneh! Padahal mereka tidak saling kenal. Bahkan pertemuan mereka masih bisa dihitung dengan jari.
"Mana ganteng lagi." Tapi setelahnya dia menggelengkan kepalanya. "Ini gue yang udah kelamaan jomblo apa emang gue yang homo ya?"
Haga memilih mengangkat bahunya, pertanda dia tidak peduli lagi. Dia melanjutkan menggosok rambutnya yang penuh dengan busa tidak lupa sembari kembali menyanyikan sebuah lagu.
"Tak mau kehilangan ... tapi lelah berjuang ... bukankah rumah tempatku bersandar? ... sendiri ku tak bisa ... bersama ku tersiks—"
"Haga! Cepatan mandinya!"
Haga menghela napas. Dan kali ini benar-benar menuntaskan mandinya tanpa bernyanyi lagi. Tanpa meyadari sedari dia melangkah masuk ke kamar mandi, ada benda kecil di sudut ruangan yang selalu menyala. Mengantarkan visual dari setiap kegiatan Haga di kamar mandi kepada seseorang.
-/ Well ... posesif dan obsesi Filemon tidak bisa dilepas begitu saja. Kalau dilepas, bukan Filemon namanya. Tapi saya bisa jamin, di kehidupan kali ini Haga akan meraih kebahagiaan yang lebih. Diingat-ingat, di Just Friend?, Haga itu tidak ada salah tapi menderita. Udah sakit fisik, mentalnya juga ikutan sakit. Mana keduanya sama-sama permanen.
Itu saja yang ingin saya sampaikan. Tetap nantikan perjalanan hidup mereka yang baru. Sampai jumpa!
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Friend? [end] [republish]
Jugendliteratur"Mana ada teman tapi mesra-mesraan anjir." "Ada. Tuh buktinya." - 03/10/21 19/12/21 note: 'konten dewasa' untuk kekerasan dan bahasa kasar, mohon untuk tidak ditiru.