Modus

14.5K 1.1K 15
                                    

Una mencoba menelepon ibunya untuk mengobrol.

"Assalamualaikum ibu, lagi ngapain?"

"Ini nemenin, Syauda beli perlengkapan sekolahnya ibu lagi di luar ini Una, ada apa sayang?"

"Oh lagi di luar ya bu, nanti aja Una telepon lagi kalau ibu udah di rumah,"

"Iya maaf ya nak ibu lagi di luar, nanti di telepon lagi, Assalamualaikum," ucap ibu mengakhiri telepon.

"Waalaikumssalam," jawab Una.

"Syauda enak ya bisa sama ibu terus," gumam Una lalu membuka laptopnya.

Syauda Fanira adalah adik tiri Una, ibu Una bercerai dengan Ayah Una saat Una berusia empat tahun, lalu ibu Una menikah lagi di usia Una enam tahun, semenjak itu Una tinggal bersama dengan ayah sambungnya, Ayah sambung Una adalah sosok suami dan Ayah sambung yang sangat baik untuk Una, Syauda adalah anak dari ayah sambung dan ibunya, ayahnya sama sekali tidak membedakan kasih sayangnya kepana Una dan Syauda, makanya Una juga sangat sayang kepada Ayah sambung dan adik tirinya.

"Besok ternyata langsung  orentasi, cuma satu hari ya, ini pengalaman pertamaku ikut orientasi seperti ini deh, jadi deg deg an seru ngga ya?tapi pasti di gabung perempuan dan laki-laki, malah tidak ada teman sama sekali, aku kenapa susah sekali ya beradaptasi, waduh ini pagi banget jam 07.00 pagi apa taxi online jam segitu udah ada ya?" guma Una sambil mempersiapkan perlengkapan besok.

kruyuk

Perut Una berbunyi yang mengartikan dia lapar.

"Aduh udah malam gini kok laper, nanti makin lebar dong nih pipi, tapi kata ibu kalau laper ya makan ngga baik dzholim dengan diri sendiri, yaudah deh makan aja," ucap Una keluar, sebelum membuka pintu dia berbalik lagi, untuk mengambil hijab nya, hampir saja dia lupa keluar tanpa menggunakan hijab, saat Una keluar ternyata Samir juga lagi makan Una tetap melangkah keluar kamar karena tidak mungkin dia masuk lagi ke kamar hanya karena menghindari Samir, menurut Una terlihat aneh kalau harus balik ke kamar, sementara Samir fokus kepada makananya saja, terlihat Samir tidak menyentuh sedikit pun masakan Una, bahkan Samir membeli makanan dari luar. Una duduk di meja makan dan makan masakan yang dia masak. tidak ada pembicaraan di antara mereka, hanya suara dentingan sendok dan garpu yang terdengar.Saat Samir selesai makan, Una langsung bersuara.

"Apa catatan larangannya sudah di tulis?" tanya Una.

"Lupakan saja, saya yang tidak teliti terlebih dahulu, padahal kamu sudah meminta izin," jawab Samir lalu masuk ke kamar, dan keluar lagi membawa kertas yang di berikan ibu RT.

"Ini dari ibu RT, kemarin ibu RT datang ke rumah, kamu di mana sampai tidak membuka kan pintu?" tanya Samir.

"Una ada di rumah, tapi Una tidak berani membuka pintu, kata ibu tidak boleh menerima sembarangan tamu saat suami tidak ada di rumah," jawab Unaza lalu membaca kertas yang Samir berikan.

"Apa Una harus ikut pengajian ibu-ibu ini?" tanya Una.

"Untuk silahturahmi dengan warga di sini, tidak ada salah nya kamu ikut,"

'Pengajian ibu-ibu, isinya pasti ibu-ibu semua ya?aku kan takut untuk beradaptasi, takut tidak cocok, mau menolak tapi bingung gimana ngomongnya ke mas Samir,'

"Kenapa?kamu tidak mau?" tanya Samir melihat Una terlihat memikirkannya.

"Nanti Una pikirkan lagi," jawab Una.

"Besok orientasi?" tanya Samir.

"Iya," jawab Una.

"Jangan sampai terlambat, Una kalau di kampus coba ajak orang di sekitarmu bicara, mulai dari pembicaraan kecil seperti menanyakan nama atau asal sekolah dari mana, belajar berani bicara," ucap Samir memberi nasehat kepada Una karena dia melihat Una tadi saat di kampus benar-benar diam tak bicara dengan siapa pun, ibu Una juga bilang kalau Una sangat susah berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan baru, dan ibu Una meminta Samir untuk membantu Una agar lebih berani lagi, lalu memaklumi Una yang susah mengutarakan pendapatnya.

 Badai Mantan Dalam Rumahtanggaku(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang