Pernyataan Karin

8.6K 894 34
                                    

"Kok pak Samir udah di kampus aja, kan kemarin lagi sakit. Emang kalau jodoh tuh gak kemana ya, ada aja jalan ketemunya." batin Karin ketika melihat Samir disana tak terlintas dipikirannya bahwa sebenarnya Samir adalah orang yang harus dia foto, karena saat melihat Samir dia lupa dengan semuanya. Karin melangkah ke arah kursi taman.

"Assalamualaikum Pak Samir," sapa Karin membuat Samir berbalik melihat siapa yang menyapanya.

"Waalaimumssalam," jawa Samir.

"Pak Samir sudah sembuh?" tanya Karin mencoba basa basi.

"Seperti yang kamu lihat," ucap Samir sambil melihat kiri kanan mencari sosok Farhan yang tak muncul juga.

"Apa karena 15 menit menunggu dia langsung pergi? pengecut banget, padahal aku sudah siap sekali untuk bertemu dengannya." batin Samir.

"Lagi nyari orang ya pak?" tanya Karin.

"Oh ngga, saya duluan ya." ucap Samir yang risih dengan Karin.

"Pak Samir membenci saya ya?" tanya Karin menghentikan langkah Samir, dia langsung berdiri dihadapan Samir.

"Saya jujur saja ya pak, mungkin ini lancang tapi saya memang ingin dekat dengan pak Samir, tolong jangan menghindar seperti ini." ucapan Karin ini ternyata membangkitkan ingatan Samir sama persis seperti 7 tahun lalu Aira menyatakan perasaanya kepada Samir, membuat kepalanya sedikit merasa sakit. Dia pun memegangi kepalanya, melihat itu membuat Karin panik, dan dia melihat ada yang berkilau dijari Samir yang sebelumnya tak pernah dia lihat, ya Karin melihat cincin pernikahan Samir.

"Kok ada cincin ya," batin Karin.

"Pak ada apa? pak Samir?" tanya Karin dengan beraninya menyentuh lengan Samir, walaupun sedang sakit kepala namun Samir sadar apa yang Karin lakukan dan langsung menepis tangan Karin yang menyentuhnya.

"Astaghfirullahaladzim," ucap Samir.

"Eh maaf pak," ucap Karin sadar akan perlakuannya.

Dengan keadaan kepala yang sakit dan emosi yang kacau, Samir masih sempat untuk memperingati Karin.

"Mungkin kebaikan saya sudah kamu anggap salah arti, tapi niat saya memang hanya menolong sebagai sesama muslim, karena saya merasa berdosa ketika tau orang akan berbuat tidak baik tapi saya mengabaikannya, karena itu saya menghentikanmu tidak ada niatan lain, tolong hentikan rasa sukamu." ucap Samir langsung meninggalkan Karin dan bergegas menuju ke mobilnya dengan kepala yang sakit karena ingatannya kembali berputar saat dia bersama Aira dan emosinya yang kacau, namun Samir kali ini berusaha untuk menahan emosinya agar tidak sampai meledak. Sampai di mobil ternyata ada Una yang sudah menunggu, begitu melihat Samir  dia langsung tersenyum dengan manisnya kepada Samir, membuat hati Samir perlahan tenang. Dia melangkah ke arah Una dan tak terduganya Samir memeluk Una, membuat mata Una membulat terkejut.

"Mas?" ucap Una sambil melihat sekitar takut ada yang melihat.

"Sebentar saja," ucap Samir menetralisir pikirannya, mengontrol emosinya yang kacau menjadi lebih tenang karena kehadiran Una membuat tekadnya kuat agar penyakitnya tidak kambuh dan membahayakan Una.

Una yang merasa suaminya sedang tidak baik-baik saja, dia memberikan tepukan perlahan dipundak Samir.

"Gapapa, mas sudah melakukan yang terbaik. Terimakasih sudah berusaha untuk membaik," ucapan Una ini membuat Samir membuka matanya dan benar-benar merasa sangat tenang, untuk kedua kalinya dia berhasil mengendalikan emosinya bersama Una tanpa obat. Samir melepaskan pelukannya dan menatap Una.

"Kayanya emosinya sudah stabil deh, aku harus nanya atau ngga ya mas kenapa, tapi takut nanti salah bicara malah membangkitkan emosinya." batin Una.

Dringgg dringg

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 20, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

 Badai Mantan Dalam Rumahtanggaku(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang