Happy reading
Sebelum baca cubit dulu bintangnya!Mohon bantuannya jika ada typo tandai dulu, ya. Makasih.
.
Beberapa menit lagi surya akan menampakan dirinya. Kutata kembali rambutku. Udara pagi ini sangat terasa dingin dikulit, kesejukan di pagi hari membuatku mengembangkan senyum. Kulahap sepotong roti digenggamanku, sambil menunggu seseorang— Dito.
Siapa Dito? Dia adalah pacarku. Aku sangat suka padanya, menyayangi dia.
Dito adalah lelaki yang mampu mengambil hatiku. Pada awal Dito menembakku, aku sempat menolaknya. Namun, untuk ke lima kalinya Dito menembakku aku menjadi sedikit tak tega untuk menolaknya kembali, hingga pada saat itulah aku mengiyakan ajakannya.Tanggal delapan Juni adalah hari aku resmi menjadi pacarnya. Sudah tiga bulan kita menjalin hubungan ini, dan tak ada sedikitpun konflik diantara kita, walaupun Dito sering mengeluh karena aku sangat dekat dengan Ari, tapi bagaimanapun juga Ari adalah sahabatku dan aku tak mungkin jauhi Ari —aku nyaman berada di dekatnya.
Suara klakson motor membuatku menoleh, ternyata Dito sudah sampai. Aku dengan semangat menghampirinya. “Maaf lama,” ucapnya. Suara Dito yang dulu terdengar menyebalkan Karena ajakan-ajakannya sekarang menjadi candu untukku.
Aku menggelengkan kepala. “Gak lama kok.”
"Sini aku pakein helmnya." aku sedikit mendekatkan kepalaku pada Dito. Dito memasangkan helm berwarna merah muda itu kepadaku.
“Makasih sayang,” ucapku. Aku naik keboncengan motor Dito, memeluk pinggang Dito.
Dito sengaja membeli helm ini untuku, warna helm ini sangat pas denganku. Aku menyukai helm ini. "Jangan ada yang memakai helm ini selain aku, oke?!" pintaku waktu itu.
"Iya, lagian aku beli helmnya emang khusus buat kamu aja yang pake kok."
Dito sangat perhatian, tapi tak jarang iapun begitu protektif. Kadang aku tak suka sikapnya yang berlebihan itu.
Sebentar lagi sampai disekolah, aku pandangi jalanan, mataku tertuju pada motor sport didepan. Itu seperti motor milik Ari, tapi siapa perempuan yang Ari bonceng itu? Ah lagi-lagi perempuan baru. Kadang aku suka bertanya-tanya, kenapa Ari suka sekali mengganti-ganti perempuan?
Kesal, kenapa dia selalu saja mempermainkan perempuan? Ingin sekali aku mencekik dia. Namun, ya sudahlah mau bagaimanapun juga Ari adalah sahabatku. Namun, lain kali aku akan meperingatinya untuk tak lagi mengganti-ganti perempuan, bagaimanapun juga perempuan bukanlah baju yang setiap saat harus diganti.
"Sayang, betah banget ya peluk pacarnya?" tanya Dito tiba-tiba yang membuatku langsung melepaskan peganganku pada pinggangnya. Aku turun dari motor dan melepaskan helm. Dito juga melepaskan helmnya yang ia pakai, ia merapihkan rambutnya yang sedikit agak berantakan. Aku tersenyum, entah kenapa Dito menjadi tambah tampan jika sedang menyugar rambutnya seperti itu.
"Rambut kamu berantakan tuh, kaya singa," ucap Dito membuatku langsung memelototkan mata.
"Sini aku rapihin rambutnya." Tangan Dito terulur menyentuh helayan rambutkurambutku dan menyelipkannya di belakang telungaku.
"Makasih, sayang." Aku memegang tangan Dito. Dito pun turun dari motornya. Mataku kembali melirik kearah lain, lebih tepatnya kearah Ari. Dia sedang berjalan beriringan dengan perempuan yang ia bonceng tadi, perempuan itu menggandeng tangan Ari. Aku tanpa sadar berdecak kesal.
"Sayang," panggil Dito. Aku langsung memgokuskan kembali oandanganku padanya.
"Liatin siapa sih?" tanyanya penasaran, Dito menengokan kepalanya kearah pandanganku tadi. "Ari lagi?" Dito mengangkat satu alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Him or Him?
Teen FictionDisetiap pelukannya memberikan ketenangan, menyalurkan rasa hangat. Terbiasa dengan kehadirannya membuatku tak bisa untuk kehilangannya. "Gak bisa kaya gini, Riri. Ingat, kita sahabatan! Riri gak boleh punya obsesi buat bisa pacaran sama Ari, apala...