Sedikit kisah di tahun, 2O19

908 78 35
                                    

Juni 2O19

Rajendra Sajora memiliki kembaran bernama Renjana Arutula, keduanya memiliki wajah yang jauh berbeda walaupun di lahirkan dari rahim yang sama, ia tidak pernah di anggap oleh keluarganya sendiri. Sedangkan Renjana menjadi pusat dunia untuk keluarga mereka, bagaimana ulang tahun mereka di rayakan bersama namun hanya Renjana yang menjadi pemeran utama. Rajendra tidak pernah mendapat kado ulang tahun dari Ayah dan Bunda. Karena bagi mereka untuk apa anak tidak berguna seperti Rajendra di beri hadiah, naik kelas saja dia tidak mampu.

Ayahnya harus menanggung malu hari ini, saat pembagian raport Tidak naik kelas terpanggang jelas di dalam rapot Rajendra, sepanjang perjalanan Ayah mendiamkannya, Jendra pun bingung harus memulai dari mana?

"Ayah Maaf." Cicitnya. Takut membuat sang Ayah lebih marah.

Sesampainya di rumah Andromeda menyeret Anak itu dengan kasar, membawa anaknya masuk ke sebuah gudang penyimpanan, Jendra memohon ampun kepada Ayah, ia takut di cambuk lagi seperti dulu, namun sepertinya itu percuma, Jendra terus bersimpuh di kaki sang Ayah. Bukannya kasihan Andromeda malah menjambak rambut Jendra dengan kasar.

Satu cambukan satu jeritan memilukan keluar dari mulut Jendra, Jana meremas piagamnya, itu piagam penghargaan Juara umum yang akan Jana berikan kepada Ayah. Niatnya urung saat teman-teman lain bilang jika kembarannya tidak naik kelas, mereka juga sempat membanding-bandingkan Jendra dengan Jana, hatinya ikut sakit saat mendengar erangan kesakitan dari dalam sana, tubuhnya lemas hampir ambruk jika saja Bunda tidak menahannya.

"Kak Jana ayo ikut Lulut dan Bunda ke meja makan, tadi aku sama bunda udah buat kue kesukaan kakak." Lulut menarik baju seragam Jana. Ia tidak mau kakaknya melindungi anak tidak berguna itu seharusnya keluarga ini hanya memiliki dua orang putra, Renjana Arutula dan Lulut Hiranya, Rajendra hanya bisa membuat keluarga nya malu.

Bunda menuntun kedua anaknya ke meja makan, disana banyak sekali makanan yang tersajikan, semua nya makan kesukaan Renjana. Tidak ada makana kesukaan Rajendra disana, setiap tahun Bunda akan memasak banyak, merayakan hasil kerja keras anak-anaknya, Jana yang langganan juara umum dan Lulut yang bertahan di peringkat pertama di kelasnya.

"Huh aku iri sama kakak, kenapa aku nggak bisa mendapatkan juara umum juga? Padahal aku udah belajar sungguh-sungguh." Lulut memajukan bibir nya kesal. Ia juga ingin mendapat Juara umum seperti Renjana.

"Lulut kan bisa belajar bareng kakak nanti, kakak ajarkan materi yang Lulut nggak bisa. Kemarin juga kan Lulut menang lomba pidato di sekolah." Bunda berusaha menghibur anak bungsunya agar tidak sedih. Kedua anaknya hebat, ia bangga dengan mereka.

Lulut mengambil kue kesukaan Renjana, sebelum kue itu masuk ke sela-sela tenggorokannya kue yang ada di tangan Jana jatuh ke atas lantai itu membuat adik bungsunya tergelak bukan main.

Sayup-sayup Jana bisa mendengar tapak kaki seseorang mengarah ke meja makan. Disana berdiri kembarannya dengan luka lebam-lebam di seluruh wajah dan juga badannya. Ia ingin mengejar Rajendra ke dalam kamar namun Bunda melarang.

Karena saat Jendra menangis di kamar, keluarganya bersuka cita dibawah sana merayakan kemenangan kedua anak mereka. Jana tersenyum saat Ayah mengusap puncak kepala, menawari ingin di belikan hadiah apa. Bukan Jana yang heboh tapi adik bungsunya, dia ingin di belikan laptop baru katanya padahal setau Jana laptop Jendra rusak dan Ayah acuh dengan itu sedangkan laptop Lulut yang tahun kemarin baru berganti kini ingin di belikan lagi.

Photograph✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang