Tentang kita [ End ]

169 21 4
                                    

1424 kata! Baca pelan-pelan dan pahami

•••••

Bandung, 29 November 2029

Suara mesin keramik sangat mengganggu pendengaran Lulut. Ia sudah lama tidak mendengar suara bising seperti itu apalagi pagi-pagi seperti ini. Berbeda dengan kedua kakaknya yang sudah terbiasa rupanya, Rajendra duduk di meja makan seraya memakan sarapan sedangkan Renjana berbincang dengan Ayah.

Jika Lulut sedang berada di Yogyakarta mana mungkin ada yang menyiapkan segelas susu hangat seperti ini, mengoleskan mentega untuk sarapannya. Ah rupanya Ia sudah terlalu lama pergi, tapi alasannya pergi memang untuk menuntut ilmu bukan hanya menyembuhkan traumanya saja.

Untung saja seluruh anggota keluarga mendukung apa yang Lulut inginkan. Terlebih Ayah, beliau tidak mau didikannya membuat anak-anaknya terasa terkekang oleh sebab itu Andromeda mengizinkan Lulut kuliah di Jogja dengan syarat memberikan kabar Setiap hari dan pulang setiap libur semester.

Tidak ada sajian sayur di meja makan, Bunda jarang memasak Sayur sekarang, bukan tidak pernah hanya secukupnya dan sesuai permintaan anak-anaknya.

Sakuntala sangat memanjakan Lulut dengan berbagi macam makanan yang anak bungsunya suka, Rajendra mengejek Lulut sebagai anak manja, jelas saja sang adik murka dan mengadu kepada Ayahnya, padahal jika di Jogja Lulut selalu mengejek Argus anak mami karena dari nada berbicaranya saat bertelepon sangat terdengar seperti anak penurut dan takut.

Lulut di kenal sebagai senior dan juga mahasiswa berdarah dingin, wajahnya memang imut tapi ucapannya bisa saja menjadi ladang sakit hati selama berbulan-bulan, Lulut Hiranya adalah perpaduan antara Rajendra dan Renjana. Jelas bukan? Wong dia adek—nya.

“Utututu anak manja ini mau minum cucu.”Masih saja meledek adiknya, Sakuntala tidak bisa berbuat apa-apa melihat suaminya dia malah menikmati pertengkaran ini.

Jarang-jarang Lulut ada di rumah dan sekalinya pulang selalu meramaikan suasana.

“Ayah! Kak Jana! Kak Jendra—nya nih. Nganggu Mulu!”

“Emang benerkan manja? Semalam aja minta tidur ditemani.” timpal Rejanan melancarkan rencana Kembarannya untuk meledek adik mereka. Ekspresi Lulut sekarang sudah tidak enak di pandang, wajahnya di tekuk, bibirnya di majukan.

“Udah, udah jangan di ganggu Lulut—nya lagi makan. Kamu juga dek, jangan imut-imut kaya gitu lah, kakak-kakak mu itu kan bucin akut sama kamu.”

Rajendra dan Renjana semakin tergelak melihat adiknya yang sungguh sangat menggemaskan dimata mereka, pertengkaran itu tidak dilanjutkan, Rajendra dan Renjana serta Lulut melanjutkan sarapan dengan tenang.

“Ayah masih gak nyangka Tuhan memberikan kesempatan kedua, untuk menjadi orang tua yang lebih baik lagi untuk kalian, khususnya untuk Jendra.”

“Itu mah tim penyelamatnya aja yang asal menyimpulkan, denyut nadi Kak Jana dan kak Jendra masih ada walaupun lemah.” Lulut rupanya masih tidak terima dengan kesalahan itu atau mungkin sebuah keajaiban.

Kejadian tujuh tahun silam menjadi pukulan telak untuk Andromeda dan Sakuntala mereka sangat berterimakasih kepada Tuhan karena sudah mengembalikan Rajendra dan Renjana. Tidak apa tidak utuh mereka akan membuat kedua anaknya sempurna dengan kasih sayang yang Andromeda dan Sakuntala curahkan.

Photograph✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang