Kenyataan

112 21 1
                                    

Warning: harsh word

Kunang-kunang menguasai malam ketika gadis itu membuka gorden kamar, kehampaan serta kegelapan Bumantara terisi oleh cahaya gemerlap gemintang. November bukan hanya membawa hujan untuk kesuburan tanaman bukan juga sebuah berkah untuk para petani di ladang, tetapi duka serta air mata.

Dinding kamar ini menjadi saksi bagaimana seorang Naradipha hancur sebagai seorang perempuan, sebagai seorang anak serta manusia. Rintihan permohonan ampun terasa nyata jika malam telah tiba, air mata di peluk turun deras membasahi wajah.

Bukan keinginan hati untuk menjerumuskan temannya sendiri kedalam genangan nestapa, lebih dari genangan Naradipha mendorong Rajendra ke dalam dasar jurang sampai Rajendra tidak tahu jalan keluar, tidak ada jalan hanya ada kata pasrah untuk mereka.

"Maafkan aku Jendra, aku nggak punya pilihan. Aku selalu nggak punya pilihan." Ia menenggelamkan kepalanya diantara kedua kaki.

Tidak ada yang baik-baik saja setelah kejadian kemarin, kedua belah keluarga sama hancur dan kecewanya. Andromeda juga Sadewa seorang Ayah, orang tua mana yang baik-baik saja ketika anak mereka dilukai orang lain? Sadewa bahkan pernah datang ke sekolah untuk menghukum anak yang menaruh cacing di ransel Naradipha.

Sekalipun hal itu tidak pernah di permasalahkan oleh Naradipha tapi Sadewa tidak terima anak semata wayangnya di ganggu orang lain.

"Saya akan melaporkan peristiwa ini kepada pihak yang berwajib jika anak anda tidak mau meminta maaf kepada anak saya!"Semua orang tentu gentar saat mendengar ancaman Sadewa.

Sejak saat itu tidak ada yang mau berteman dengan Naradipha terkecuali Rajendra sebagai tetangga.Sadewa percaya kepada Rajendra tidak terbesit kecurigaan kepada anak itu, tapi kepercayaan Sadewa rusak saat hari dimana Naradipha mengaku diperkosaan.

Hembusan angin membelai rambutnya hal itu membuat Naradipha mengigil kedinginan tapi bukan karena angin tapi karena ada tangan dingin yang mendarat di sela-sela pipinya.

Buru-buru Naradipha menjauh dari Jendela menutup gorden itu dengan dua tangan gemetar, anak lelaki itu menyeringai melihat Naradipha menjauh, jika Naradipha menjauh maka dia akan semakin mendekat dekat sampai tubuh mereka terpojok.

"Donat madu dari Kenzie, katanya lo suka." Dia mengarahkan tatapannya ke atas kasur disana ada satu box Donat kesukaan Naradipha.

Ia juga merusak pertemanan mereka, Naradipha merasa dirinya begitu buruk! Menjadi penyebab kehancuran, kebencian untuk persahabatan mereka.

"Anak Ayah mau apa Hmmm? Nanti Ayah belikan." lelaki itu mencondongkan diri ke area perut Naradipha.

"Enyah dari sini!" Ia muak dengan laki-laki di depannya ini, dia sangat tidak tahu diri setelah Sadewa memberikannya kehidupan layak mengapa balasan seperti ini? Memang tidak semua manusia paham konsep balas budi.

Baron mencengkeram kedua pipi Naradipha dengan kasar, Ia tidak peduli dengan tetasan air mata yang keluar dari mata polos itu yang paling penting sekarang adalah tujuannya untuk menghancurkan Renjana Arutula.

"Bagus Naradipha ternyata lo bukan hanya bisa mendesah."

kata-kata kotor tersebut tidak pantas Baron layangkan kepada putri Sadewa sangat terlihat tidak tahu diri manusia ini. Pelaku sebenarnya sedang merasa puas hati serta terlindungi di rumah Naradipha sendiri.

"Pergi! Dasar manusia jahat! Pergi!"

Naradipha melempar semua barang yang ada di meja riasnya dengan amarah yang membuncah! Kenapa ! Kenapa dulu Ia tidak menolak sekeras mungkin untuk kehadiran Bestari dan juga Baron mungkin sekarang Naradipha tidak akan menderita Rajendra serta Kenzie tidak akan saling membenci, kehidupannya akan terus baik-baik saja.

Photograph✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang