Permainan Semesta

122 26 3
                                    

Tidak biasanya anak sulung Tuan Andromeda memanaskan mobil di hari weekend seperti ini, dia terlihat sudah rapi dengan pakaian kasualnya. Menunggu adik-adik yang sedang bersiap-siap.

Renjana memutar-mutar dadu di tangan,menunggu kedua adiknya bersiap di dalam. Mungkin mereka akan membawa rumah dan seisinya, padahal tadi Renjana sudah bilang, bawa barang secukupnya saja tapi sepertinya mereka tidak mendengar omongan yang lebih tua.

Ketiganya sudah siap, Renjana menancap gas menuju vila Bogor milik keluarga, mereka berlibur tanpa memberi tahu Ayah dan Bunda yang sedang berada di luar kota. Ketiga bersaudara itu acuh seakan hal tersebut bukan hal besar untuk di khawatirkan.

“Ada tukang buah-buahan! Lulut mau beli Lulut mau beli!”

“Mana? mana?”

Lulut dan Rajendra turun dari mobil menghampiri tukang buah- buahan yang berada di minimarket dekat pom bensin, keduanya heboh memilih buah yang mau mereka beli, saat Lulut membawa buah kedondong si Rajendra mencibir,“kamu masih kecil jangan makan yang asem-asem, beli buah melon saja sama telor puyuh."

Rajendra menjauhkan serbuk cabai dalam botol dari jangkauan Lulut, dia tidak mau kalah. Meloncat-loncat menggapai serbuk cabai tersebut. Aksi keduanya mengundang perhatian dari orang-orang yang mengantri BBM disana, mereka merasa gemas dengan interaksi keduanya apalagi saat Lulut menggembungkan kedua pipinya marah.

Tidak tega melihat adiknya kesal, Rajendra menyodorkan bubuk cabai itu sembari mengancam kecil si adik,“jangan banyak-banyak! Nanti kamu sakit perut.”

"Iya-iya bawel banget sih!"Hardik Lulut merasa kesal.

"Nggak ada uang kecil Saja?" Tanya pedagang buah kepada kedua kakak beradik itu, nominal uang yang Rajendra berikan cukup besar.

"Aduh saya nggak punya Kang." Tidak mungkin mereka tidak jadi membeli, Lulut saja sudah habis dua plastik melon,"Lut, kamu punya uang kecil? Ini nggak ada kembaliannya."

Lulut menggeleng kecil, menelan sisa-sisa buah melon dalam mulutnya."Coba aku tanya kak Jana."

"Kakak mu itu mana mungkin bawa uang cash, beli es cekek aja pake kartu kredit."

Setibanya kembali ke mobil, kepala Renjana seperti mau pecah, melihat Rajendra dan Lulut membawa banyak buah-buahan ke dalam mobil.

“kalian mau jualan?! Aku udah bilang beli secukupnya! Secukupnya!”

“Tadi nggak ada kembali, jadi kita beli aja semua. Abang juga nggak bawa uang cash kan? Yaudah ini makan enak lho.”

"Nggak!"

••••

Mobil fajero yang di Kendarai Renjana memasuki halaman Villa, suasana sejuk dan asri menyambut mereka dengan ramah, halaman di depan Rajendra di penuhi bunga, tidak! Bukan hanya bunga tapi juga tanaman buah naga.

Ini yang Rajendra rindukan dari tempat ini, di sini banyak buah-buahan tumbuh makmur. Ia mengambil satu buah naga untuk Rajendra makan bersama saudara-saudaranya.

Ah! Mungkin bukan untuk mereka saja tapi juga untuk Naradipha dan Kenzie, beberapa sekon lalu ruang obrolan WhatsApp Rajendra sangat berisik dengan keirian kedua sahabatnya.

“Aku bawain kopernya, abang sama Lulut masuk saja duluan.” Cowok itu mengeluarkan dua koper kecil dalam bagasi, Rajendra menggeleng pelan melihat perbedaan antara mereka, Renjana, manusia anti ribet itu hanya membawa tas selempang entah muat
apa saja.

Photograph✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang