Bukan Salah Rajendra Ayah!

96 27 9
                                    

Jika jaring laba-laba diujung ruangan bisa berbicara maka dia akan mengeluh atas perlakukan manusia, setiap manusia memang pendosa. Oleh karena itu mereka terus berlindung dibalik kata manusia tempatnya berbuat kesalahan.

Namun jika sumber kehidupannya di sakiti lalu diperlakukan seperti hewan apakah dia akan diam? Jawabannya tidak! Bagi siapapun yang menyakiti putri tercintanya dia akan binasa.

Sadewa bukan datang sebagai teman Andromeda tapi sebagai seorang Ayah yang membelah kehormatan putri semata wayangnya. Sebelah tangannya sudah berlumuran darah sang mangsa tidak bisa melawan.

Rajendra sudah memohon ampun, Ia sudah menjelaskan sejelas-jelasnya bahwa dia bukan pelakunya. Sumpah demi tuhan Rajendra tidak pernah menyentuh Naradipha, tenggorokannya kering tidak bisa berbicara. Napasnya tidak beroperasi dengan benar, lehernya sakit terkena cekikan.

"Saya kecewa dengan kamu Rajendra! Saya benci ! Apa kamu tahu sehancur apa saya melihat Naradipha di perlakukan seperti itu oleh kamu? Kamu tahu! Hati saya sakit!"

Seluruh anggota keluarga diam tidak ada yang membelah tidak ada yang melawan sekalipun Kenzie ingin ambil alih di pertarungan! Bajingan itu!

Tidak ada alasan untuk membela, seluruh alur cerita tersusun sempurna. Pengakuan, saksi, menuduh Rajendra. Naradipha mengaku berpacaran diam-diam dengan Rajendra karena tidak mau kedua keluarga mengetahui hubungan mereka, tapi suatu hari Rajendran hilang akal lalu memperkosa Naradipha.

Bestari menemukan luka di kedua pergelangan tangan Naradipha, di bagian dada juga ada bekas sundutan rokok. Begitu kejam Rajendra kepada putri Sadewa, apa Sadewa pernah berbuat salah kepada keluarga Andromeda? Setahu Bestari mereka sudah berteman sejak dulu, karena itu mereka memilih bertetanggaan.

Jangan tanya keadaan Andromeda dan Sakuntala, mereka tidak ada kemauan untuk melindungi Rajendra, untuk apa melindungi anak seperti dia, sudah bodoh ditambah memiliki kelakuan seperti penjahat. Renjana ingin maju melindungi kembarannya, mereka tidak tahu sekuat apa ikatan antara Rajendra dan Renjana, dadanya ikut sakit saat dada Rajendra di injak oleh Sadewa, lehernya nyeri telinganya berdengung ngilu.

"Diam Renjana, biarkan Rajendra mendapatkan hukuman atas dosa-dosanya."

Kebetulan sekali Patra sedang berkunjung ke rumah, dia bisa menyaksikan adegan kekerasan itu secara langsung.

Dari dulu anak itu memang tidak ada gunanya, tapi Patra tidak tahu jika anak itu begitu liar dan menakutkan. Keputusan yang benar menjauh Lulut dari Rajendra, keputusan yang sangat tepat.

"Ayah tolong, bukan salah Rajendra Ayah. Bunda tolong percaya sama aku, sekali ini saja."

Rajendra terus memohon kepada Tuhan dan orang tuanya, untuk menyelamatkan Rajendra dari amukan Sadewa. Semua orang memalingkan wajah enggan melihat kepada Rajendra.

"Sekarang kamu ngaku! Kenapa kamu melakukan hal keji itu kepada anak saya!"

"Saya tidak melakukan hal hina itu Tuan, sekalipun saya mati hari ini ditangan anda, saya tidak akan mengakui dosa yang di perbuat oleh orang lain."

Sadewa memukul kepala Rajendra mengunakan pigura."Karena kamu! Masa depan anak saya hancur! Karena kamu Naradipha harus merasakan kekejian itu kelakuan bejad itu!"

"Saya nggak salah, mau semua orang disini memfitnah saya, Tuhan menjadi saksi jika omongan semua orang di rumah ini salah! Saya akan membuktikan kepada kalian semua jika itu tidak benar!"

Andromeda tidak pernah sekalipun melihat sisi Rajendra yang seperti ini, tangguh dan berpendirian, atau karena dia jarang memperhatikan anaknya itu? Tatapan Andromeda dan Rajendra bersibobrok, ada sorot terluka disana ada sorot kecewa, namun hatinya tidak tergerak sekalipun untuk membantu.

"Saya kasih kamu pilihan." Sadewa harus menyelamatkan kehormatan putrinya, Sadewa tidak mau Naradipha menjadi bahan gunjingan masyarakat,"jika kamu mengaku sudah menodai anak saya, kalian akan saya nikahkan, jika kamu masih mengelak tanpa bukti maka detik ini juga kamu akan saya bawa ke kantor polisi."

"Om! Kenapa harus menikahkan mereka! Om mau Naradipha hidup dengan lelaki brengsek seperti dia." ikatan pertemanan antara Kenzie dan Rajendra seutuhnya sudah lepas, dia bahkan menjadi golongan orang-orang yang memfitnahnya.

"Diam! Ini bukan urusan kamu Kenzie!" Kenzie mengeram marah, dia tidak bisa melihat Naradipha menikah dengan Rajendra tidak bisa!

"Sesulit itu untuk mengakui dosa yang sudah terbukti di depan mata?"

"mata manusia bisa saja salah!"

Rajendra menatap satu persatu orang-orang yang ada disini, rupanya rumah yang Rajendra tinggali terisi oleh orang-orang berhati dangkal, Rajendra selalu berharap Rajendra selalu berdoa agar Tuhan membukakan pintu hati mereka, tapi ternyata di situasi seperti ini pun hati mereka masih sekeras batu.

Ia pergi tanpa pamit tapi Rajendra janji akan membuat semua orang disini bungkam, atas kebenaran yang Ia dapatkan. Sekalipun waktunya hanya tersisa 3 hari.

"Mau kemana kamu Renjana?!" Andromeda menarik tas yang Renjana cangklong kan pada pundak, Ia tidak akan membiarkan anak sulungnya pergi.

"Kemana lagi? Nyusul kembaran aku! Aku percaya Jendra nggak salah, aku mau bantu dia untuk membuktikan kepada semua orang bahwa Rajendra nggak bersalah."

"Jelas-Jelas Rajendra bersalah, pengakuan Naradipha, kesaksian Baron dan Kenzie. Apa itu masih kurang untuk kamu? Dia hanya akan mempermalukan dirinya sendiri."

Renjana melepaskan cekalan tangan Andromeda, untuk saat ini tidak ada yang bisa menghalanginya untuk melindungi kembarannya, cukup waktu di rumah sakit Renjana menjadi pengecut cukup saat Rajendra di siksa di ruang kerja Ayah Renjana takut, kali ini saja Renjana ingin menjadi berguna untuk Rajendra.

"Satu kali kamu keluar dari rumah ini, kamu bukan anak saya lagi, otomatis dengan begitu kamu tidak bisa kuliah, kamu ingin masuk Harvard? Jangan bodoh Renjana. Kamu tidak akan pernah bisa masuk kesana tanpa bantuan saya."

Andromeda tahu betul kelemahan anaknya, dia mengunakan mimpi Renjana sebagai serangan, Sakuntala tidak banyak bicara tenaganya terkuras habis hari ini, Sakuntala berharap Renjana memutar langkah dan berbalik, kembali kepada pelukannya.

Rupanya tekad anak itu telah bulat pendiriannya teguh, Renjana melangkah tanpa melihat kebelakang. Sekali-kali Renjana harus berani bertaruh sekalipun mimpinya sendiri yang dia pertaruhkan.

"Kak Jana!"

"Lulut."

"Bawa kembali kak Jendra pulang kak! Aku percaya kak Jendra nggak salah, aku nggak punya kuasa aku nggak punya keberanian untuk membela Kak Jendra, tapi aku masih punya Tuhan, walaupun aku bukan hamba yang taat aku akan tetap berdoa untuk keberhasilan kalian."

Renjana mengelus pipi Lulut, menangkupnya untuk Ia tatap cukup lama," terima kasih sudah percaya dengan Jendra, dia pasti seneng denger kamu ngomong gini. Kamu harus tahu Lut, Jendra sayang banget sama kamu."

"Aku tahu, aku tahu!" Lulut mengusap air matanya." kak Jendra sayang aku dengan tulus, tanpa menuntut aku untuk menjadi sempurna, bawa pulang kak Jendra."






tbc

Jangan lupa vote dan tinggalkan komentar 🌼✨

Kalo ada typo tolong ditandai.

Teh ara
23 Januari 2O23

Photograph✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang