Tidak pernah ada

128 26 5
                                    

Rajendra bukan tidak bisa bela diri, Ia bisa Taekwondo, Rajendra belajar bela diri tanpa sepengetahuan Ayah dan Bunda. Untuk apa? Untuk melindungi orang-orang yang penting dalam hidupnya, contoh Naradipha. Rajendra tidak terima temannya di perlakukan tidak sopan seperti itu,“dia sering berperilaku gak sopan gitu ke kamu?"

"Udah nggak usah di bahas, mending sekarang kamu makan."

Rajendra menurunkan sendok berisi bubur itu,"harus! Dia sudah keterlaluan berani raba-raba bagian tubuh kamu? Selama beberapa Minggu ini juga kamu kelihatan suka melamun di sembarang tempat, di perpustakaan, di halte bis, di pos satpam."

Gadis itu membating sendok yang di pegang, dengan pelan, tidak menimbulkan kekagetan untuk si lawan bicara hanya saja dari tatapannya ia merasa muak dan jengah dengan keadaan,"Itu bukan urusan kamu Jendra! Sekarang makan. Kamu harus minum obat."

“Itu urusan aku! Kamu temen aku! Kenapa? Dia udah sejauh mana ngelakuin hal-hal brengsek sama kamu? Aku bisa hajar dia, kamu tahu sendiri. Aku belajar bela diri untuk melindungi orang-orang yang aku sayang.”

Kenzie mundur, memutar langkah menjauh. Ia tidak sanggup jika nanti Ia mendengar Rajendra mengungkapkan perasaannya kepada Naradipha.

Ia yakin keduanya menyimpan rasa yang sama, saat mereka berdua berboncengan berdua dengan sepeda waktu itu, Kenzie melihat binar di mata Naradipha, wajahnya tenang. Tidak seperti dengan dirinya gadis itu selalu menutup diri, enggan bercerita.

Sudah kepalang salah paham, Cowok keturunan Jepang itu melangkah Pergi dari sana. Ia tidak tahu bahwa Naradipha sedang menyimpan bom yang bisa meledek kapan saja. Dan bukan hanya Rajendra yang akan menjadi korban dari ledakan bom itu.

•••••

Keadaan rumah sama seperti dulu, masih ada Bunda yang memasak sarapan dengan menu sayur ada Ayah yang membaca koran sembari meminum teh hangat di meja makan. Dan kedua saudaranya juga ada di sana, memakan makanan masing-masing dengan tenang.

Di atas piringnya hanya ada kerupuk dan kecap, Ia bukan marah kepada Bunda karena masalah minggu kemarin tidak,tidak akan pernah dan tidak akan pernah bisa. Ia bahkan sudah meminta maaf atas sikapnya di rumah sakit. Namun Bunda enggan merespon beliau tidak berucap apa-apa saat Rajendra meminta maaf.

Lulut kembali dingin, padahal hubungan persaudaraan mereka bertiga mulai membaik. Tapi entah badai dari mana, Lulut kembali bersikap dingin dan sinis kepada nya.

“Jangan di buang bekalnya, kalo kamu nggak suka bawa pulang lagi atau kasih ke temen kamu. Itu mubazir, Bunda sudah susah payah buat bekal itu untuk kamu bahkan setiap hari Bunda harus bangun sebelum Adzan subuh.”

“Lo mau?! Nih! Gue kasih.”Lulut melemparkan kotak bekal itu ke muka Rajendra,"dasar tukang iri! lo emang nggak pernah suka sama kelahiran gue kan? lo selalu ingin menjadi kesayangan Bunda Ayah dan kak Jana." Napas Lulut menggebu-gebu, kedua tangannya meremas udara,"dari waktu kita kecil lo emang selalu mau gue celaka! Bahkan lo mau gue mati Rajendra."

"Astagfirullah, kakak nggak pernah mau menyelakakan Kamu, kamu adik kakak. Apalagi sampai ingin kamu mati. Itu nggak bener, jangan tanamkan pemikiran seperti itu di hati Kamu lut."

Lulut maju selangkah, meraih kerah seragam kakaknya."Bohong! Waktu kecil lo ceburin gue ke kolam ikan! Dan kemarin di puncak lo mau nyelakain gue lagi! Gue pikir Lo kakak yang baik yang mau melindungi saudara-saudaranya, ternyata gue salah. Lo cuma manusia egois yang gemar mencari perhatian."

"Masalah kolam ikan, kakak minta maaf. Kakak dulu belum cukup dewasa untuk memahami semuanya. Kamu bener, awalnya kakak nggak mau punya adik. Tapi setelah melihat kamu lahir kakak mendengar suara tangisan kamu untuk pertama kalinya, disana kakak mulai sayang dan menerima peran baru kakak untuk menjadi kakak kamu. Melindungi kamu dari orang jahat di luar sana, Kakak mohon lut. Maafkan kakak, kakak sayang sama kamu. kita mulai dari awal lagi ya?"

“Nggak lo anjing! Anjing banget! Gue nggak bisa lagi percaya sama orang kaya lo!”

Kepingan kenangan dulu saat Rajendra menenangkannya saat hujan datang, memeluk tubuhnya saat petir saling menyambar, melindungi dari amukan Ayah. membuat dada Lulut semakin sakit.

Ternyata kebaikan itu hanya sandiwara, pada akhirnya Rajendra tetap sama seperti dulu; tidak menginginkan kelahirannya. Om Patra benar seharusnya Ia tidak pernah memberi ruang untuk Rajendra di hidupnya.

“Lut,” di mata itu Lulut bisa melihat penyesalan dan rasa takut yang begitu besar, namun ia kembali menyangkal bahwa itu hanya sandiwara semata."Dengarkan kakak dulu. Kakak mohon jangan kaya gini, kita sudah terlalu jauh...kakak mau kita seperti saudara-saudara lain di luar sana, saling menyemangati disaat hari yang kita jalani berat, belajar bersama saat ujian datang melakukan hal-hal sederhana yang membuat kita bahagia."

Rajendra berjongkok di hadapan adiknya memeluk anak berseragam SMP itu erat,"kakak mohon terima kakak sekali lagi..."

"Jangan....jangan kaya gini." anak itu mendorong tubuh Rajendra menjauh, Lulut tidak mau pertahanannya runtuh lagi. Cukup sekali ia di bodohi dan cukup sekali di bohongi.

"Lulut sayang, kamu diapain lagi sama dia."

Sakuntala menatap nyalang Rajendra, teriakannya barusan mengundang atensi banyak orang. Rajendra kembali menjadi bahan perbincangan dan rasa penasaran siswa dan siswi sekolah pun semakin besar.

Dulu dia pernah terlibat diantara Baron dan Renjana sekarang dia terlihat mengobrol dengan anak bungsu pemilik sekolah.

"Jendra? Lo oke kan? Kenapa kaya mau nangis gitu?"

"Nggak, gue nggak papa kok bang. Sana, udah di panggil ke aula sama ... Tuan Andromeda."

Tuan Andromeda memeluk kedua anaknya bangga di aula sana, Renjana memenangkan kembali olimpiade bulan ini dan Lulut berhasil memenangkan lomba pidato bahas Inggris.

Jelas di atas sana kedua orang tua ini sangat bangga atas pencapaian anak mereka, Baron memang gugur di olimpiade tadi dia berhasil memenangkan turnamen Basket dan Naradipha membanggakan sekolah dengan lomba marchingnya, jangan lupakan Kenzie dia berhasil meraih mendali emas untuk kemenangan di bidang taekwondo. Hal yang sangat ingin Rajendra tekuni.

Lulut menangis sesegukan di aula mereka semua mengira anak itu menangis karena telah memenangkan lomba selama dua tahun berturut-turut tapi kenyataan. Lulut Hiranya menangis karena Ia barusan saja merelakan sesuatu yang dari dulu memang tidak pernah bisa ia paksakan.






tbc

Jangan terkecoh dengan kisah percintaan para anak manusia ini guys! Cerita KND tetap cerita Brothership.

Sebenarnya Lulut bisa aja memaafkan Rajendra tapi karena ada pihak ketiga di antara mereka jadi susah. Lulut anak baik anak lugu maka dari itu dia mudah di provokasi.


13. 11. 2O22

Republish : 16 Januari 2O23

Photograph✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang