28. Masa Kelam

85 9 0
                                    

Setelah sampai disebuah tempat makan kaki lima yang begitu ramai pengunjung, Aksa langsung memesankan 2 mangkuk bakso untuk dimakan ditempat dan 3 porsi bakso untuk dibawa pulang. Untuk siapa? Mamanya, Neira dan Pak Udin. Kalau Papanya mah nggak usah dibeliin, kan Alen selalu pulang malam.

"Ca, aku suapin yaa, kasian masa makan pake tangan kiri," ucap Shanin sambil mengambil alih sendok yang tadinya dipegang oleh Aksa menggunakan tangan kiri.

Aksa seketika langsung mengulas senyum dan menerima suapan bakso dari Shanin. Mereka tidak peduli dengan pengunjung lain yang sedang makan di sini, dunia terasa milik berdua dan yang lain ngontrak.

Ujung-ujungnya pun mereka makan dengan satu mangkuk dan satu sendok berdua dengan bakso milik Aksa, sesudah habis maka bakso milik Shanin yang lanjut mereka makan.

"Sebenernya aku bisa makan sendiri walaupun pake tangan kiri, tapi...aku sengaja pura-pura kesusahan aja biar bisa disuapin hehe," ujar Aksa jujur saat bakso keduanya telah habis.

"Ih dasar, kirain gak bisa beneran, ternyata emang mau manja!" ledek Shanin.

"Gapapa lah manja sama cewe sendiri, masa gak boleh sih," sahut Aksa disusul meminum es jeruknya.

"Yaudah ayo anterin aku pulang, si Lilo kasian belum aku kasih makan tauuu," ujar Shanin.

"Lilo? Siapa?" tanya Aksa dengan ekspresi yang tidak santai, keningnya mengerut.

"Ish masa gak tau sih, si Lilo itu kucing aku, kamu belum pernah aku ceritain ya?" tanya Shanin.

"Oalah kocheng, kirain ekhem-ekhem," balas Aksa dengan tampang sinis.

"Apaan coba," cibir Shanin.

"Ayooo pulang Aca, aku udah kenyang," cengir Shanin pada Aksa.

"Nggak usah nyengir-nyengir kayak gitu bisa nggak? Bahaya," ucap Aksa sambil menatap wajah Shanin yang kini langsung berubah ekspresi menjadi bingung.

"Kenapa???" tanya Shanin dengan dua  mata yang melebar.

"Makin cantik soalnya, ntar cowok-cowok yang ada di sini naksir lagi sama kamu, aku gak siap buat berantem soalnya, masih sakit," balas Aksa lalu cowok itu langsung berdiri untuk membayar bakso mereka.

Setelah mendengar perkataan Aksa barusan, kedua pipi Shanin langsung bersemu merah tanpa ia sadari, gadis itu juga jadi senyum-senyum sendiri sambil memperhatikan punggung Aksa sampai akhirnya cowok itu kembali dengan keresek berisi 3 bungkus bakso lalu mengajak Shanin untuk kembali ke mobil dan pulang.

Setelah mengantarkan Shanin pulang dan memastikan gadis itu sudah masuk ke dalam rumah dengan selamat, barulah Aksa menyuruh Pak Udin untuk kembali melajukan mobilnya. Saat mobil Aksa sudah tidak berada dipekarangan rumahnya, Shanin pun langsung berjalan ke ruang tengah dengan ekspresi wajah yang menggelap dalam waktu seperdetik saja.

Gadis itu berjalan dengan napas yang memburu, ubin rumahnya basah karena minuman alkohol yang berceceran. Dengan kasar Shanin langsung melemparkan tas ranselnya ke arah laki-laki yang tengah terkapar lemas karena terlalu banyak minum.

"Mau sampe kapan Ayah kayak gini? Minum, judi, taruhan, mainin cewek, mabok terus-terusan, ngabisin duit buat hal yang gak berguna. Ayah gak bosen?!" pekik Shanin dengan suara yang sedikit meninggi karena terbawa emosi.

Kenzo membuka kedua matanya yang terlihat begitu sayup, dengan lingkaran hitam dan bola mata yang agak memerah, lelaki itu menertawakan perkataan Shanin, seakan tidak pernah peduli dengan apa yang dikatakan oleh anaknya itu.

"Lo!" tunjuk Kenzo pada Shanin, "Gak usah ngurusin gue, lagian duit yang gue pakai juga duit gue sendiri, bukan duit lo," ujar Kenzo.

"Tapi Ayah juga ngejual barang-barang peninggalan Bunda, bahkan kalung Shanin yang dikasih Bunda juga Ayah rampas waktu itu," ucap Shanin mengingat kejadian beberapa bulan lalu. Sungguh, hati Shanin masih meninggalkan bekas luka saat kalung pemberian Bundanya diambil paksa oleh Ayahnya pada saat itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hai, Aksa!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang