11. Minimarket

3.2K 448 295
                                    

Aksa langsung mengerutkan keningnya dalam, cowok itu malah terkekeh. "Apa?"

Nadira yang mengetahui respon Aksa barusan, berhasil membuat tubuhnya panas dingin, degup jantungnya juga berpacu tak keruan, Nadira jadi takut ingin mengatakannya.

"Kamu kenapa malah ketawa? emang ini lucu ya?" tanya Nadira dengan keberaniannya.

"Iya kali."

"Kok gitu?" tanya Nadira.

Aksa melirik Nadira, terlihat sangat tidak santai, "Dua tahun Nad, lucu ya."

Tangan kanan Nadira bergerak untuk meraih tangan Aksa, "Aksa..."

"Apa?"

"Kita masih bisa temenan atau sahabatan kan? jangan jauhin aku ya, aku nggak mau kamu menghindar," ujar Nadira.

"Apa alasan kamu minta selesai?" tanya Aksa, cowok itu menghiraukan ucapan Nadira yang barusan.

"Kar--" belum sempat Nadira menjawab, Aksa sudah memotongnya terlebih dahulu, "Karena udah ada cowok lain. Bener kan?" tanya Aksa sarkastik.

Pernapasan Nadira rasanya langsung tercekat saat mendengar perkataan sarkas Aksa barusan, tangan yang semulanya menggenggam tangan Aksa perlahan-lahan mulai mengendur.

"Kenapa tiba-tiba pucet mukanya? kamu sakit?" tanya Aksa.

Nadira menggeleng, "Kamu...tau dari--"

"Alung." sahut Aksa cepat. "Beberapa minggu yang lalu waktu kamu nyamperin aku ke ruang OSIS, setelah beberapa hari kita nggak ngobrol atau  pun ketemu. Waktu itu sebenernya kamu udah mau minta putus kan?" tanya Aksa.

Nadira menarik napasnya, rasanya dadanya sangat sesak sekali mendengar Aksa mengatakan hal itu, "Maaf Sa..."

"Nggak perlu minta maaf, dengan cara ini sekarang gue tau mana yang beneran tulus dan mana yang pura-pura." ujar Aksa, menatap Nadira sekilas lalu menatap ke depan.

"Aku nggak pura-pura Aksa...aku beneran sayang sama kamu, dua tahun itu lama, nggak mungkin aku bertahan selama itu sama kamu kalau cuma pura-pura." balas Nadira, kedua matanya seketika memanas dan perih.

"Oh gitu, yaudah. Gue selama ini cuma nungguin lo jujur sama apa yang udah lo lakuin dibelakang gue," ujar Aksa.

Nadira semakin merasakan sesak didadanya saat Aksa kini sudah mengganti kata dengan 'lo-gue' lagi, sama seperti dulu saat mereka masih berteman. Padahal Nadira yang ingin mengakhiri, tetapi Nadira juga yang merasa sakit hati.

"Aksa kalo ngomong jangan kasar-kasar," pinta Nadira pelan.

Aksa menoleh, "Siapa yang kasar?"

"Kamu. Nada bicaranya langsung berubah."

Aksa tak menanggapinya, cowok itu malah berbicara seperti ini, "Udah selesai kan? Boleh gue pergi?"

"Kan...kamu marah..."

"Siapa yang marah? Pernah lo liat gue marah?" Aksa balik bertanya.

"Kamu marahnya kaya gini, diemin orang, nyuekin orang, terus ngilang." kata Nadira, Aksa memang tidak pernah berkata kasar pada perempuan saat sedang marah, ia lebih sering memendam dari pada menunjukkan.

"Iya."

"Kita beneran putus?" tanya Nadira dengan hati-hati.

Aksa menatap Nadira dengan tatapan datar, "Siapa yang ngomong siapa yang nanya. Aneh." kata Aksa, terlanjur tidak suka.

"Kamu nggak ada niatan buat mempertahanin hubungan ini?" tanya Nadira.

"Hubungan yang mana? kan udah diputusin tadi, yaudah selesai kan?" Aksa bertanya dengan santai.

Hai, Aksa!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang