04. Come

4.5K 521 224
                                    

Alen mengusap wajahnya sambil menghela napasnya berat, terlihat sekali jika lelaki itu lelah. Alen baru saja mendengar kabar jika anak perempuannya telah memberikan ponselnya ke abang-abang grab dengan mudahnya, alasannya karena anaknya itu tidak membawa uang untuk membayar sopir grabnya.

"Pinter banget anak gue Ya Allah," ucap Alen pelan.

"Papaaa jangan marahin Neiii! Huaaa! Mamaa papa kayanya mau marah dehhh huaaa!" Neira menangis sambil memeluk Raina dan menatap Alen takut-takut.

Raina mendekap Neira sambil mengelus-elus rambut panjangnya yang halus, "Enggak Nei, papa ga marah sama kamu," kata Raina.

"Boong, itu liat mukanya nyeremin udah kaya mau nerkam Nei," ujar Neira.

Aksa yang baru saja turun dari kamarnya, langsung menciptakan wangi parfum yang menyeruak masuk ke hidung, cowok itu berpakaian seperti ingin pergi. Alen yang menyadari itu langsung bertanya.

"Mau kemana Ca?"

"Mau ke Rumah Sakit pa," balas Aksa sambil menghampiri tiga anggota keluarganya itu.

"Ngapain?" tanya Raina barengan dengan Alen.

"Mau jengukin orang yang udah nolongin Neira," balas Aksa.

Alen dan Raina mengerutkan keningnya tanda bingung, "Emangnya Neira habis kenapa?"

"Nei habis jatuh," cetus Neira.

"Kok bisa?"

"Bisa aja, kan dibisain Pa," sahut Neira.

Lagi-lagi Alen menghela napasnya lelah, sepertinya dulu saat dirinya dengan Raina memproduksi Neira ada yang salah. Makanya jadilah seperti ini. Dan, bertepatan saat itu Raina baru menyadari adanya luka ditangan Neira.

"Ini?" tunjuk Raina sambil sedikit mengangkat tangan Neira, lalu Neira mengangguk.

Alen melihatnya, lalu pandangannya menoleh kearah Aksa, menunjukkan tatapan tanya.

Aksa yang paham akan hal itu pun langsung berucap, "Tadi Nei nekat nyusulin Aksa ke sekolah, naik grab tapi ga punya uang, terus akhirnya Nei bayar pake hp nya---"

"Stop. Langsung aja, jangan ingetin itu lagi, bikin stress," potong Alen.

Aksa kemudian berdehem, "Oke Pa."

"Nei mau nyebrang jalan, tapi dia ga liat kanan kiri, jadinya ada mobil yang hampir nabrak dia, tapi untungnya aja ada cewek yang dorong Nei ke pinggir jalan, jadinya cewek itu yang ke tabrak mobil, sampe jadinya dia sekarang masuk Rumah Sakit. Makanya Aksa mau jengukin dia sekarang," jelas Aksa.

Untuk yang ketiga kalinya lagi-lagi Alen menghela napasnya berat, lelaki itu menatap Neira yang sedang bersembunyi ditubuh Raina.

"Punya anak gini amat, astaghfirullah." gumam Alen, sebenarnya ia ingin marah tetapi tidak bisa. Apalagi saat melihat Raina yang menunjukkan wajah seperti bicara "sabar Alen..."

"Lain kali Neira jangan nekat kaya tadi ya? Kan bahaya, nanti kalau Nei kenapa-napa gimana? Cukup hp nya Nei aja yang jadi korban, Nei jangan..." ujar Raina.

Neira mendongak menatap wajah Raina, gadis itu memasang wajah yang sedih sekali, "Iya Ma, maafin Nei..." kata Neira lalu Raina mengangguk.

Lalu Neira perlahan mencuri pandang ke arah Alen, takut sekali untuk menatap mata papanya itu. "Paa..."

"Hm?"

"Maafin Nei yaa gara-gara ga bawa uang jadinya Nei kasih hp nya ke abang grabnya..." Neira menunduk. "Nei takut nanti kalo dibawa ke kantor polisi karena ga bisa bayar, makanya Nei kasih aja hp nya. Lagian katanya abang berbagi itu indah, bisa dapet pahala, yaudah deh kasih aja hp nya..." ujar Neira.

Hai, Aksa!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang