02. Fiancè

100 10 1
                                    

"Apa kamu bilang?! Tunangan?!"

Eric langsung menciut mendengar suara bentakan kakaknya, ia berlutut di hadapan gadis itu sambil memejamkan kedua matanya seperti sudah pasrah dengan apapun yang akan Estelle lakukan padanya.

"Kenapa kamu tidak bilang hal yang sepenting ini?!!"

"Maaf, kak. Karena terlalu fokus pada para bibi, aku jadi lupa dengan tunangan kakak."

Plak plak plak

"Dasar bodoh! Dasar bodoh!" Bentak Estelle sambil memukul kepala adiknya berkali-kali.

"Aduh! Aduh! Iya, iya! Aku salah. Tapi tolong berhenti dulu," ucapnya sambil menahan kedua tangan Estelle.

"Kakak boleh melanjutkan marahnya nanti, tapi ada yang penting dari itu sekarang. Tunangan kakak sedang berada di bawah dan sebentar lagi akan ke sini."

"Apa?! Jadi sekarang aku harus apa?! Bagaimana kalau dia tahu aku-"

"Tenang... kakak tenang dulu. Kakak tidak perlu banyak bicara, karena nanti aku akan membantu kakak. Nah, sekarang lebih baik kakak berbaring dulu, nanti biar aku yang mengurus sisanya."

"Baiklah," ucap Estelle sambil menuruti peritah adiknya dengan berbaring di tempat tidur.

"Dia orang yang seperti apa? Bagaimana aku harus bersikap padanya?" Tanya Estelle.

"Hmm... kakak dan dia saling membenci. Jadi kakak hanya perlu terlihat tidak tertarik akan kedatangan-"

Tok tok

"Itu pasti dia!" Bisik Eric.

Eric berjalan ke arah pintu, kemudian membukakan pintu itu.

"Oh, hai kakak ipar, lama tak berjumpa. Haha..." Sapa Eric sambil tertawa garing.

"Hai, adik ipar, kenapa kamu ada di sini? Bukannya ini kamar tunangan-ku?"

'Suara berat itu... pasti suaranya!'

Estelle merasakan jantungnya berdebar tak karuan. Ia takut jika nanti membuat kesalahan dan malah ketahuan.

"Ah... itu, soalnya kakak minta dipijitkan kakinya, jadi..."

"Hm, baiklah. Apa aku boleh masuk? Kenapa kamu menghalangi jalan?"

"Ah, sorry! Silahkan masuk~!"

Krieeet

Pintu terbuka lebar, menampakkan sosok pria berpakaian formal dengan seikat bunga di tangannya.

Manik matanya yang berwarna biru itu melirik gadis yang sedang terbaring di ranjang. Satu sudut bibirnya terangkat, menciptakan senyuman tipis yang tampak menyebalkan.

"Halo, tunangan-ku. Apa kabar~?"

Estelle tak menjawab apa-apa karena terlalu kesal dengan tatapan lelaki itu yang tampak seperti sedang mengejeknya. Sekarang Estelle paham kenapa Eric bilang dia membenci lelaki itu.

"Kenapa datang?" Tanya Estelle malas.

"Haha... apa begitu sikapmu pada tunangan yang sudah rela datang untuk bertemu denganmu?"

'Wah, aku merasa sangat terhormat!'

Pria itu berjalan ke arah Estelle, kemudian menaruh bunga yang ia bawa di atas nakas.

"Pergilah, aku tidak ingin melihat wajahmu," ucap Estelle sambil membalikkan badan memunggungi pria itu, kemudian menutup wajahnya dengan selimut.

"Hm? Padahal kita baru saja bertemu setelah sekian lama, tapi kamu malah mengusirku?"

Who Are YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang