14. Who?

23 8 3
                                    

"Ini tentang ayah Anda."

"... Ya?!"

Kedua mata Estelle seketika membelalak saat mendengar kalimat sir Harvey barusan. Ini sungguh di luar prediksinya. Bagaimana bisa seseorang yang tidak ia kenal tiba-tiba membicarakan tentang ayahnya.

"A-Anda mengenal ayah saya?"

"Ya, saya mengenalnya. Mungkin Anda tidak mengingatnya, tapi dulu kita juga pernah bertemu saat Anda masih kecil."

"A-apa? Bagaimana bisa?"

Sir Harvey menghela nafas pelan, kemudian menundukkan pandangannya. Perlahan-lahan raut wajahnya berubah sedih, membuat Estelle yang melihatnya mulai kebingungan.

"Sebenarnya saya adalah salah satu polisi yang menangani kasus kematian ayah Anda."

Estelle terkejut untuk kesekian kalinya. Ia sampai tak bisa berkata-kata lagi mendengar pernyataan pria itu.

"Penyebab kematian ayah Anda bukanlah karena kelelahan, tapi keracunan."

Sir Harvey mengangkat kembali pandangannya untuk melihat reaksi Estelle. Pria itu tampak terkejut setelah melihat reaksi Estelle yang biasa saja, seolah-olah ia sudah mengetahui fakta itu.

"Apa Anda sudah mengetahuinya?"

"Ya, saya sudah mengetahuinya. Lalu, apa alasan Anda tiba-tiba mengajak saya berbicara empat mata seperti ini?"

"Saat itu saya sudah curiga bahwa penyebab kematian ayah Anda adalah karena racun. Itu karena sebelum autopsi saya melihat urat tangan ayah Anda berwarna aneh, namun entah kenapa hasil autopsinya malah mengatakan bahwa penyebab kematian beliau adalah karena kelelahan."

Raut wajah Estelle terlihat tidak baik. Kedua tangannya mengepal erat berusaha menahan gejolak emosi yang muncul dari dalam dirinya.

"Lalu, Anda mengabaikan hal itu begitu saja?"

"Saya ingin meminta maaf pada Anda dengan tulus, Miss. Saya sangat menyesali semua yang sudah saya perbuat saat itu. Saya sungguh menyesal."

Estelle tak menjawab. Ia memalingkan wajahnya sambil berusaha keras menahan amarahnya.

"Setelah membaca hasil autopsi itu saya langsung melapor pada atasan saya bahwa ada yang aneh dengan hasil autopsi itu."

Kalimat yang baru saja diucapkan sir Harvey membuat Estelle kembali menoleh padanya.

"Namun, saya malah dimarahi habis-habisan dan diancam akan dipecat jika membicarakan tentang itu lagi."

Keduanya terdiam beberapa saat, memberi sedikit jeda untuk mengontrol emosi mereka.

"Miss, mungkin ini akan terdengar seperti pembelaan. Tapi saat itu saya masih muda dan baru bekerja setengah tahun, karena itu saya terpaksa mematuhi perkataan atasan saya saat itu. Tapi percayalah, setelah bertahun-tahun berlalu tak pernah sekalipun saya merasa tenang. Bahkan meskipun saya sudah naik pangkat, menikah dan memiliki anak, tak pernah sekalipun saya terlepas dari rasa bersalah pada keluarga Anda. Saya sungguh menyesal. Maafkan saya karena sudah menjadi orang pengecut. Maafkan saya karena tidak berani mengungkapkan kebenarannya saat itu."

Sir Harvey membungkukkan punggungnya 90° pada Estelle untuk memperlihatkan bahwa ia sungguh menyesal atas semua yang sudah ia lakukan di masa lalu. Di sisi lain, Estelle sudah berlinangan air mata semenjak sir Harvey menceritakan masa lalunya. Hatinya sakit membayangkan bagaimana posisi sir Harvey saat itu.

"Sudah cukup, tolong angkat kepala Anda. Saya bisa mengerti kenapa Anda melakukan itu. Lagi pula semuanya sudah lama berlalu, dan sekarang saya baik-baik saja."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Who Are YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang