☀️ Udara kota Seoul

53 13 11
                                    

Azam menatap lamat-lamat wajah cantik nan tenang khas orang tidur nyenyak di hadapannya. Mulutnya sedikit terbuka dengan lengannya memeluk boneka kecil kesayangannya. Azam tersenyum lalu mengecup bibir yang sedikit terbuka itu dan mengusap pelan helaian rambut lembut Sang terkasih.

Di luar sana burung-burung berkicau menyambut pagi hari dengan semburat sinar surya yang siap menghangatkan hari. Senyum manis Azam perlahan mengendur kala sekelebat pemikiran yang berusaha ia enyahkan mendadak muncul kembali.

Terhitung Azam udah sekitar 2 bulan nggak pulang ke kampung halaman dan selama itu Rachel nyusulin cuma sekali. Azam maklumin karena tugas Rachel sebagai seorang mahasiswi semester akhir banyak. Apalagi Azam tau wishlist Rachel yang lulus tepat waktu.

Jadi Azam ngerti banget kok kalo dunia Rachel nggak harus tentang Azam dan selalu Azam terus. Tapi kalo dipikir-pikir Azam selalu ngerasa kurang tanpa Cel, namanya juga kan bucin parah nggak ada yang nandingin. Bahkan nih kalo sampe Cel minta dibeliin lahan di bulan bakalan dibeliin.

"Cel, bangun...udah pagi." Azam bersuara sembari mendekatkan bibirnya tepat di samping telinga Rachel yang masih tertidur pulas di hadapannya.

Rachel hanya menggeliat pelan lalu memindahkan boneka kecil yang berada di tengah-tengahnya dan beralih memeluk aroma maskulin yang menguar dari tubuh Sang terkasih.

"Gini aja dulu, aku kangen banget sama kamu." Gumamnya yang masih jelas bisa di dengar oleh Azam.

Lantas Azam membalas memeluk Rachel lalu memejamkan matanya perlahan. "Nikah yuk."

"Hm?" Rachel yang semula memejamkan matanya lantas membuka matanya perlahan lalu mendongak menatap wajah Azam yang tenang.

"Random banget pagi-pagi udah ngajakin nikah." Cibir Rachel setelahnya sembari memukul pelan dada bidang Azam.

Azam tertawa kecil mendegar balasan Rachel. "Ya mau gimana lagi Cel? Lo kalo nggak segera gue kasih hak paten keburu digondol orang lain."

"Enggak lah. Yakali gue mau sama orang lain." Balas Rachel dengan yakin membuat Azam menatapnya dengan tatapan yang deep sedalam cintaku pada Sunwoo.

Entah kenapa Rachel yang biasanya salting kalo diliatin Azam kala itu malah gugup jantungnya berdetak lebih kencang dari sebelumnya. "Perasaan gue nggak enak." Ucap Azam tiba-tiba.

"L-lo kenapa sih Zam?" Tanya Rachel berusaha menyembunyikan kegugupannya.

Bukan tanpa alasan Rachel gugup, ya pasti kalian tau kenapa. Rachel bego sih, udah tau Azam punya insting kuat malah main-main.

"Nggak. Lupain aja. Bangun deh lo masakin apa gitu buat gue." Azam akhirnya memilih untuk menyibak selimut tebalnya dan beranjak dari tempat tidurnya. Hari itu Azam lumayan punya banyak kegiatan. Contohnya mau nonton mas Asnawi main bola.

Rachel yang masih dalam posisi rebahan merengut kesal menatap punggung Azam yang mulai membuka gorden ruang kamar bernuansa putih abu-abu tersebut. "Pacar rasa babu nih boss!!!"

"Itung-itung latian jadi istri yang baik dan benar." Balas Azam tanpa menolehkan kepalanya.

"Zam." Panggil Rachel.

Azam hanya berdeham pelan membalasnya. Beneran ini perasaan Azam yang tadinya udah nggak enak sekarang tambah nggak enak kayak masakannya Rachel.

"Kalo gue hamil? Lo bakalan gimana?"

"Nikahin lo." Jawab Azam tanpa basa-basi dulu apalagi latihan olah vokal dulu.

"Sekalipun itu bukan anak lo, lo tetep nikahin gue?" Azam mengerutkan dahinya sedikit bingung mendengar pertanyaan yang meluncur dari belah bibir perempuan yang bisa dibilang udah hidup sama dia selama bertahun-tahun.

[ii] A S M A R A L O K ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang