☀️ Final

70 12 11
                                    

Hari demi hari berlalu, keadaan Rachel perlahan membaik. Siang itu sesuai sama rencana Azam, mereka berdua mau kerumah Azam buat minta restu dari kedua orang tua Azam.

Setelah udan tangis tempo hari yang lalu. Rachel akhirnya tetep sama Azam, karena jujur aja dari hati kecilnya Rachel tentu masih pengen sama-sama bareng Azam.

Awalnya kedua orang tua Rachel juga berat, mengingat kesalahan yang dilakukan sama anaknya tentu mereka enggan untuk melepas Rachel sama Azam.

Sampailah akhirnya sepasang anak manusia itu di rumah Azam. Kedatangan keduanya di sambut oleh Mbok Rum. Rachel berusaha mempertahankan senyum manisnya walaupun sebenernya dalem hatinya udah dagdigdug ser nggak karuan saking takutnya sama reaksi keluarga Azam liat Rachel disana.

"Ma, Pa Azam pulang..." ucap Azam di ambang tembok pembatas antara ruang tamu dan juga ruang keluarga.

Kedua orang tua Azam yang sebelumnya sumringah seketika luntur tatkal melihat presensi Rachel yang berdiri di samping putra sulung mereka.

"Mama sama papa nggak seneng Azam pulang?" Tanya Azam berusaha mencairkan suasana.

Sang mama kemudian dengan cepat merubah ekspresinya. "Ya seneng dong...mama udah kangen banget sama abang gantengnya mama."

"Azam sama Rachel boleh kan duduk disini?" Azam nih beneran berlagak kayak orang asing di rumah sendiri demi ayang.

Tio pun kemudian mengangguk lalu mengisyaratkan Azam untuk duduk begitupun dengan Rachel.

"Ma, pa aku langsung ke intinya aja ya? Azam sebenernya pulang punya alasan lain." Azam mulai percakapan serius antara dia sama kedua orang tuanya.

"Alasan apa?" Tio pura-pura kepo.

"Azam mau nikahin Rachel."

Dengan kalimat itu Tio dan Jingga kompak melebarkan matanya. Jelas mereka udah tau dengan kabar burung tentang Rachel, baik yang udah dibumbuin maupun masih mentahan.

"Kamu gila hah? Dia hamil bukan anak kamu loh!" Jingga berdiri dari duduknya. Beneran dia nggak habis pikir sama apa yang diutarakan sama anak sulungnya beberapa detik yang lalu.

Tio mengangguk setuju dengan sang istri. "Kamu nggak bercanda kan?"

Azam menggeleng sebagai jawaban. "Enggak pa, Azam serius."

Jingga seketika meminjit pelipisnya. "Kalo dia hamil anak kamu it's okay tanpa pikir panjang mama ijinin kamu. Tapi sekarang? Kamu mau seumur hidup ngurusin darah daging orang?"

"Jangan gila kamu Zam!" Tio juga nggak habis pikir sama keputusan anaknya ini.

Diam-diam Rachel yang menunduk meremas gaun yang dia pake. Dia udah nebak bakalan begini ketika Azam minta izin buat nikahin dia. Lagian orang tua mana juga yang setuju anaknya nikah sama cewek yang hamil anak orang lain?

Beberapa saat kemudian mengusap pelan punggung tangan Rachel seolah menenangkan Rachel. "Aku nggak gila. Itu udah jadi keputusan aku."

"Kamu udah pikirin semuanya? Dampak buat kamu kedepannya?" Tanya Tio memastikan.

Azam mengangguk yakin.

Jingga menggelengkan kepalanya dramatis, mau sekuat apapun dia larang, anak sulungnya yang punya sifat keras kepala nggak bakalan nyerah gitu aja. Jadi nggak ada yang bisa Jingga lakuin lagi selain bilang.... "Terserah kamu."

☀️☀️☀️

"Jadi terbang malem ini?" Tanya Rachel sesampainya mereka di apartemen yang di beli sama Azam buat mereka seminggu yang lalu tanpa sepengetahuan orang tuanya. Orang tua Azam cuma tau kalo Azam nggak pulang pasti nginep di studio atau di rumah Om Jean.

[ii] A S M A R A L O K ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang