6. Hujan

266 50 5
                                    

∆ HAPPY READING ∆

Nanon memberhentikan motornya di depan gerbang rumah orang. Ia kembali mengecek hp nya dan mencocokan lokasi.

"Bener gak sih?" Tanyanya pada diri sendiri. Mata Nanon menelisik masuk ke halaman rumah. Tak sengaja ia melihat sepeda yang kemarin Chimon naiki.

Di lain sisi, Gun baru saja membuka pintu rumahnya. Ia berniat membuang sampah. Namun fokusnya tertuju kepada seorang remaja laki-laki yang berada di depan gerbang rumahnya.

"Chimon! Itu temen kamu udah dateng!" Teriak Gun. Nanon yang mendengarnya pun mengalihkan pandangan ke arah Gun. "Iya mi, sebentar."

Chimon sedikit berlari menuju ke gerbang rumahnya. "Kenapa ga langsung masuk aja tadi?" Tanya Chimon sambil membuka gerbang rumahnya.

"Ga enak, baru pertama." Chimon hanya mengangguk dan menyuruh Nanon membawa motornya masuk. Nanon memberi salam kepada Gun lalu mengikuti Chimon masuk ke dalam rumah.

"Mereka belum dateng?" Tanya Nanon ketika sudah duduk di sofa. Chimon meletakkan camilan di meja lalu duduk di depan Nanon.

"Belum. Lagian ini masih jam setengah sepuluh."

Ah Nanon lupa. Ia memang sengaja datang lebih awal untuk menemui Chimon.

Eh bukan, maksudnya karena ia bosan di rumah. Iya bosan.

"Kamu di sini dulu ya? Bentar aku kebelakang dulu." Chimon beranjak dari sana. Mata Nanon menelisik setiap sudut dan jatuh pada figura besar yang di dalamnya berisi foto Chimon dan kedua orang tuanya.

Tak lama Chimon datang dengan memangku sebuah kucing. Mata Nanon seketika membulat. "Kucing itu?!" Teriaknya dalam hati.

***
"Yang serius dong Ssing! Bagian lu ini masih sisa banyak banget." Kesal Lily. Sedari tadi Ssing malah asik dengan dunianya sendiri. "Sabar ya ibu ketu yang cantik, gue tuh lagi peregangan istirahat gitu." Jawabnya sambil menggoda.

Lily memutar bola matanya malas. Pandangannya kini teralihkan ke Chimon dan Nanon yang masih fokus dengan bukunya. "Kalian berdua udah mau selesai?"

"Dikit lagi,"

"CHIMON! AJAK TEMAN-TEMAN KAMU MAKAN DULU!" Teriak Gun dari arah dapur. Ssing yang mendengar kata makan pun langsung berdiri, "Siap om!" Ssing sudah berlari ke arah meja makan. Entahlah, apa lelaki itu tak tau malu? Baru saja pertama kali datang ke rumah ini sudah seperti rumah sendiri.

"Gue yang malu." Ujar Nanon kemudian meletakkan pulpennya ke meja. Chimon terkekeh pelan. "Ayo makan dulu."

"Om, ijin ke kamar mandi sebentar ya?" Nanon berdiri dari duduknya. "Iya, itu liat kan kamar mandinya?" Ujar Gun terkekeh sambil menunjuk ke kamar mandi yang memang terlihat oleh mata.

"Kalo ga liat sih si Nanon buta, tan." Sahut Ssing sambil memakan ayam goreng. Gun kembali terkekeh, "Kamu lucu juga. Habisin ya makanannya, Om ke kamar sebentar mau telpon papinya Chimon." Gun meninggalkan mereka di sana.

"Eh Mon, bapak lu cantik banget deh, walau lakik."

"Haha kamu bisa aja, Ly."

Sedangkan di lain sisi, Nanon baru saja keluar dari kamar mandi. Tiba-tiba ada sesuatu yang mneganggu jalannya. "Meow, meow,"

Nanon tampak terkejut, lalu ia pun berjongkok mengelus kucing itu. Kucing yang di lehernya ada kalung bertuliskan Viho.

"Pantes aja ga pulang, ternyata udah nyaman di sini." Lirih Nanon. Ah ini memang kucing milik Tay, ayahnya.

Terlalu Rumit || NamonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang