Nanon mengerjapkan matanya perlahan. Ia masih belum sadar dengan sempurna. Saat memegang gulingnya ia mengernyit heran. Ia membulatkan matanya ketika sadar bahwa dirinya sedang memeluk Chimon. Ah bukan hanya dirinya, laki-laki mungil di sebelahnya ini juga sedang memeluknya.
Nanon berusaha melepas pelukan Chimon. Bukannya di lepas, Chimon malah semakin mempererat pelukannya. "Mon, bangun udah pagi." Nanon menepuk pelan pipinya.
"Bentar papa, lima menit lagi. Chimon masih ngantuk." Chimon menjawab tanpa membuka matanya. "Mon bangun dulu, ini lengan gue sakit lu tidurin." Nanon berusaha mengalihkan kepala Chimon dari tangannya. Entah sejak kapan tangannya berubah menjadi bantal Chimon. Padahal semalam sebelum tidur, posisi mereka tidak seperti ini.
Chimon yang mendengar suara samar-samar pun mengerjapkan matanya. Ia memelototkan matanya kaget dan . . .
"Aduh bangsat!" Seru Nanon ketika tubuhnya tiba-tiba di dorong oleh Chimon hingga terjatuh dari tempat tidur.
"Eh? Maaf-maaf aku gak sengaja tadi. Astaga sini ayo aku bantu." Chimon yang mulai sadar kenapa bisa ada Nanon di kamarnya pun beranjak untuk membantunya berdiri.
"Ga usah." Sinis Nanon berusaha berdiri sendiri. "Lo apa-apaan sih main dorong aja."
"Y-yya aku kaget tiba-tiba ada kamu, mana pas banget muka kamu di depan aku. Siapa coba orang yang gak kaget." Jelas Chimon. Jujur ia merasa bersalah kepada Nanon. Apalagi tadi Nanon terjatuh cukup keras. "Maaf ya, Non?"
"Hm."
"Eh udah jam setengah tujuh! Cepetan mandi! Nanti kita bisa telat." Chimon geger sendiri.
"Seragam gue di rumah."
"Eh?" Chimon yang ingin membuka pintu kamar mandi ia urungkan. Laki-laki manis itu menoleh ke arah Nanon yang sekarang juga sedang memandangnya. Chimon menghembuskan nafasnya pelan. Ia berjalan ke arah lemarinya dan mengobrak-abrik isi lemari tersebut. Ia mengambil 2 seragam sekolah cadangannya dan membawa ke arah Nanon.
Nanon yang paham pun menerimanya, "Kekecilan semua."
"Aku ga punya seragam lagi."
"Yaudah bolos."
"Belum juga sebulan aku sekolah masa udah bolos sih?!"
"Terus lu maunya gimana? Yakali gue ke sekolah pake baju kekecilan."
Chimon tampak berpikir, "Kamu bolos gapapa, tapi aku mau berangkat."
"Lo mau ninggalin gue sendiri? Gak gak! Gak adil lah. Enak aja lo."
"Ya salah kamu gak pulang."
"Lo lupa dimana mobil gue?" Mendengar jawaban Nanon membuat Chimon terdiam. Laki-laki manis itu duduk di tepi kasur. "Yaudah iya bolos. Tapi kamu yang harus jelasin ke papa nanti." Nanon hanya berdehem.
Apa ini benar Nanon? Berdebat hanya karna masalah kecil? Dimana Nanon yang cuek? Dimana nanon yang dingin? Dan dimana Nanon yang bodo amatan?
Seketika semua hal itu lenyap begitu saja setelah kehadiran Chimon. Nanon yang dulu seketika terganti.
.
."Rumah kamu masih jauh?" Tanya Chimon. Mereka kini menaiki taksi untuk ke rumahnya. Mereka bosan tidak melakukan apapun. Ah bukan mereka, hanya Chimon. Chimon pun meminta Nanon mengantarkan jalan-jalan keliling Jakarta. Dari pada bolos hanya dirumah, membuat bosan.
"Dikit lagi."
"Kita mau pergi kemana aja, Non? Yang banyak pokoknya ya? Aku mau keliling sampe malem gapapa." Nanon hanya menjawab dengan deheman. Sebenarnya antara ikhlas tidak ikhlas lelaki itu mengantar Chimon untuk jalan-jalan. Jujur sebenarnya ia sangat malas keluar, namun Chimon terus memaksa dan merengek hingga membuat telinganya serasa ingin pecah.
Dan Chimon selalu berkata, "Kan tadi papa sama papi udah nitipin aku ke kamu, kalo kamu lupa."
Nanon hanya mendengus. Memang benar tadi ia menghubungi orang tua Chimon meminta ijin agar bolos. Oh ayolah, sejak kapan bolos ijin? Tanyakan saja kepada mereka.
"Rumah kamu besar juga." Celoteh Chimon sejak turun dari taksi. Nanon mengehala nafasnya. Entah helaan yang keberapa. Chimon selalu menceloteh tidak pernah diam, ia merasa sedang membawa seorang anak kecil berusia 5 tahun rasanya.
Nanon masuk ke dalam rumah diikuti Chimon di belakangnya.
"Nanon! Kamu kemana aja? Kok gak ngabarin sih? Papa sama abang kamu sampe panik nyariin kamu." Newwiee yang sedang di dapur langsung menghampiri putra bungsunya.
Papa dan abang-abang. Hanya mereka. Tidak dengan ayahnya. Catat itu.
"Nginep di rumah temen, pa."
Chimon tersenyum manis ke arah Newwiee yang baru sadar ada ke hadirannya. "Pagi om."
Newwiee membalas senyuman Chimon, "Pagi juga nak, siapa namamu? Kayaknya om baru liat dehh."
"Chimon om, teman barunya, Nanon."
Nanon mengernyitkan alisnya. Sejak kapan Chimon menjadi temannya?
"Ouh pantesan. Kalian udah makan?"
"Belum om."
"Yaudahh ayo makan dulu, udah mandi kan? Baunya udah wangi kok haha."
***
Kini kedua orang itu sedang duduk di sebuah kedai es krim di area taman. "Nanon ga suka es krim? Sini biar aku yang makan." Chimon mengambil alih mangkok dan sendok yang Nanon pegang. Nanon belum menjawabnya namun Chimon sudah mengambil mangkok itu."Aku suka banget tau sama es krim." Ujar laki-laki manis itu tanpa di tanya. Nanon hanya tersenyum menanggapi.
Nanon menatap Chimon lekat. Sedangkan yang di tatap masih sibuk dengan es krimnya. Nanon melihat di sekitar bibir Chimon terdapat es krim. Tangannya mengambil tisu dan mengelap area bibir Chimon.
Chimon yang di perlakukan demikian terkejut dan menegang. "Eh? Sorry-sorry gue reflek." Sungguh Nanon merutuki dirinya sendiri. Bagaimana bisa dia kelepasan.
.
."Besok jangan lupa ya, Non." Ujar Chimon ketika keluar dari mobil Nanon. "Iya, gue duluan." Nanon mengklakson dan melajukan mobilnya.
Chimon masuk ke dalam rumahnya dan merebahkan tubuhnya ke kasur. "Cape banget."
Tadi mereka pergi ke dufan. Chimon lah yang memaksa agar ke sana. Saat di dufan Chimon berlarian ke sana ke sini seperti anak kecil dan menaiki setiap wahana. Nanon hanya menggelengkan kepalanya gemas terhadap sikap Chimon.
Tadi juga sebelum pulang mereka mampir makan terlebih dahulu. Chimon beranjak dari kasurnya dan membersihkan diri dan segera tidur.
Sedangkan di rumah Nanon. Nanon baru saja memakirkan mobilnya ke garasi. Ia masuk ke dalam rumah dan melirik ke arah keluarganya yang sedang bercanda di depan tv.
"Masih inget pulang kamu?" Ujar Tay saat melihat Nanon. Nanon menoleh dan melihat ke arah Newwiee dan kedua abangnya yang seketika menggelengkan bersamaan. Nanon paham hal itu.
"Nanon cape' mau istirahat." Ia langsung beranjak dari sana menuju ke kamarnya.
.
.Malam berganti pagi. Nanon sudah siap dengan seragam sekolahnya. Ia turun dan berjalan ke meja makan yang sudah ada semua anggota keluarganya kecuali Tay. Lelaki itu sudah berangkat lebih dulu ke kantor karena ada masalah penting.
Nanon memakan makanannya dengan cepat. Ketika selesai ia langsung berdiri dan pamitan untuk berangkat. "Kamu gak berangkat bareng Frank aja? Kan satu sekolah." Ujar Newwiee.
"Iya Non, bareng sama gue aja."
"Gue bareng sama temen." Jawabnya dan langsung melesat dari sana.
.
.
.To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlalu Rumit || Namon
Teen Fiction[HIATUS] WARNING !! Cerita ini mengandung unsur BL. HOMOPHOBIC JAUH-JAUH SANA !! . Menceritakan tentang kisah percintaan masa remaja pada umumnya. Nanon Korapat, sosok lelaki yang cuek, selalu egois dan keras kepala. Lelaki itu mempunyai sang kekasi...