11. Kado Untuk Rio

220 46 7
                                    

HAPPY READING

"Loh kok ke sini? Bukannya mau beli hadiah buat ponakan kamu?" Chimon turun dari motor Apon. Tadi Apon meminta tolong kepada dirinya untuk membantu memilihkan hadiah untuk ponakannya. Sebab besok ponakan kecilnya berulang tahun.

"Bentar, Mon."

"Ini ngapain malah ke rumah Nanon?"

"Bentar tungg- nahh itu orangnya." Apon menunjuk ke arah Nanon yang beru keluar rumah dengan kunci motor di tangannya. Nanon mendekat ke arah mereka berdua.

"Lah ga jadi sama gue?" Tanya Nanon heran ketika melihat Chimon yang berdiri di sebelah motor Apon.

"Jadi, lo sama Chimon ya yang pergi? Gue nitip ada urusan mendadak soalnya."

"Hah? Kok gitu. Kan yang ulang tahun ponakan kamu." Jawab Chimon. Nanon hanya mengangkat sebelah alisnya.

"Gue ada urusan banget ini beneran deh, bantuin gue ya? Plisss ultahnya besok lagi." Apon menangkupkan kedua tangannya.

"Tap-"

"Udah ya, ini ATM gue kalian bawa aja. Beli terserah kalian. Gue duluan, Saint udah nungguin." Apon menyerahkan kartu ATM nya ke Nanon dan ia langsung menancap gasnya.

Nanon menatap motor sahabatnya yang semakin lama menjauh. Apon memang seperti ini, jika sudah bersama Saint tidak bisa di ganggu gugat. Ingin sekali Nanon menolak pergi, namun kasian juga Rio-ponakan Apon. Apalagi Nanon juga dekat dengan bocah itu.

.
.

Mereka berdua keliling mall sedari tadi tanpa tau apa tujuannya. Tiba-tiba Chimon berhenti dan berjongkok membuat langkah Nanon ikut terhenti. "Cape banget, dari tadi jalan mulu ga tau mau beli apa."

"Sini." Nanon membawa Chimon untuk duduk di kursi. Chimon hanya menurut. "Lo tunggu di sini bentar." Nanon meninggalkan Chimon di sana. Tak lama ia kembali membawa dua botol air minum untuknya dan Chimon.

"Makasih."

"Hm."

Seketika mereka tak ada interaksi satu sama lain. Chimon yang sibuk menggesek-gesekkan sepatunya ke lantai, dan Nanon yang sibuk memandang sekeliling.

"Ini mau beli apa? Aku aja gak tau ponakan Apon umur berapa dan sukanya apa." Dengus Chimon. Oh ayolah, ingin sekali ia memenggal kepala Apon. Nanon tak menjawab, matanya masih fokus melihat sekeliling.

Tak sengaja Nanon melihat toko berbagai macam permainan robot. Ia ingat, Rio sangat menyukai robot. "Ayo ikut gue."

"Eh tunggu!" Chimon mengerjar langkah Nanon.

"Gue mau bayar ini bentar, lo tunggu di sini jangan kemana-mana." Chimon hanya mengangguk. Ia berdiri di depan toko sambil melihat-lihat berbagai jenis robot itu.

Chimon mendengus kesal, tadi Nanon berkata sebentar namun apa buktinya? Hampir 30 menit Chimon berdiri di sini.

"Sorry lama." Ujar Nanon yang berdiri di belakang Chimon. Chimona berbalik, matanya fokus ke dua totebag yang Nanon bawa. "Kok dua?"

"Ini dari gue satu."

"Ihh aku juga mau beli kado dong."

"Emang lo kenal ponakan Apon?" Chimon hanya menggeleng. Membuat Nanon terkekeh pelan. "Ya tapi pokoknya mau ngasih kado."

"Iya-iya terserah. Ayo ke toko lain." Nanon menarik tangan lelaki mungil itu namun tak ada pergerakan. "Aku ga bawa uang sama sekali. Bahkan hp aja engga."

Nanon mengerutkan keningnya. "Ihh ini gara-gara Apon tadi buru-buru banget." Chimon mengerucutkan bibirnya lucu. Ingin sekali Nanon mencubit pipinya gemas. Ah, sadar Non, kamu udah punya Prim.

"Pake uang gue dulu nanti gapapa."

.
.

"Selamat pagi ya ahli neraka!" Seru Ssing ketika baru saja masuk ke dalam kelas.

"Khusus lo neraka itu mah." Sinis Lily yang mendengar teriakan Ssing. "Nanti abang bawa dede Lily biar romantis deh."

"Dihh ogah, najis! Lo aja sono."

"Yaudah gimana kalo ke pelaminan? Mau?" Seketika sorakan dari anak kelas mulai riuh. Lily menenggelamkan kepalanya ke meja. Malu. Dasar Ssing sialan.

Ssing terkekeh melihat gerak-gerik LiLy. Ia berjalan ke arah bangkunya.

"Ohm mana?" Tanya Apon. Biasanya Ssing dan Ohm selalu berangkat bersama bukan?

Ohm memelototkan matanya kaget. "Ohm?! Anjing anjing gue lupa jemput dia woyy!! Tadi gue telat bangun makanya langsung ke sekolah." Ssing membalikkan badannya hendak keluar dari kelas lagi. Namun tak jadi saat melihat Ohm datang bersama Aj dan Jj.

Ohm menatap Ssing tajam. Ssing yang di tatap seperti itu hanya cengengesan. "Wuihh Ohm, baru berangkat nih? Wahh sama si kembar ya." Ssing bertanya canggung.

"Si Ssing goblok, kasian anak orang kek orang ilang di depan rumah sendirian nungguin elo cok." Ujar Aj.

"Hooh anjim, untungnya gue niat lewat komplek si Ohm dan untung juga tadi pake mobil." Sahut Jj.

Ssing menampilkan giginya. "Anu itu gue lupa hehe. Maap ya Ohm? Sumpah gue lupa beneran deh." Ohm mengangkat kedua jarinya. Ohm yang kesal hanya melirik ke arah Ohm dan melewatinya begitu saja.

"Mampus lo haha." Tawa Apon terdengar. Tak hanya Apon, semua murid di dalam kelas tertawa melihat ekspresi yang di tampilkan oleh Ssing. Termasuk Chimon.

Nanon menoleh ke arah lelaki manis itu yang sedang tertawa. "Lucu." Ujar Nanon lirih dengan senyum kecil.

.
.

"Kado buat ponakan kamu ada di rumah aku, Pon." Chimon berkata saat mereka hendak keluar dari kelas. Bel pulang sekolah sudah berbunyi.

"Nanti gue ambil. Eh tapi nanti sore lo di rumah kan?" Soalnya mau sekalian gue berangkat ke rumah si Rio.

"Di rumah kok. Emang acaranya jam berapa?"

"Malem sih, lo mau ikut? Kata si Nanon lo suka anak kecil kan?"

"Iya suka, tapi engga deh. Nanti malem ada acara sama papa."

"Oh oke. Btw, makasih ya sekali lagi udah bantuin cariin kado buat ponakan gue."

"Iya, tenang aja."

Apon hanya mengangguk. "Kalo gitu gue duluan ya? Mau bareng?" Tawar Apon. Chimon menoleh ke arah Nanon yang masih duduk di bangkunya. Kemudian ia menatap Apon seraya menggeleng. "Engga usah, kamu duluan aja."

"Okedeh, duluan ya Mon. Woii Non! Duluan ya gue, thanks sekali lagi buat pilihan kadonya kemarin." Ujar Apon sedikit keras.

Setelah Apon pergi, Chimon berjalan ke arah Nanon. Ia memegang pundak lelaki itu. "Non?"

Sang empu pun mendongak dan mendapati Chimon di depannya. "Hm?"

Chimon memberikan dua lembar uang berwarna merah ke arahnya, "Ini uang yang kemarin aku pinjem buat beliin kado Rio."

Nanon menatap uang itu lalu beralih menatap Chimon. Ia berdiri dan mengambil tasnya di kursi. "Ga usah. Buat lo aja." Ujarnya lalu berjalan keluar dari kelas.

"Eh? Engga. Ini kan kemarin aku minjem.",

"Gue bilang gausah."

"Ya tapi kan itu jadinya kamu yang beliin."

"Gue ikhlas."

"Ya tapi aku ga mau. Kan aku mau kasih ke Rio." Chimon tetap menyodorkan uang itu ke arah Nanon. Nanon menatap dingin lelaki mungil di depannya. "Gue gasuka di bantah ataupun di tolak." Ujarnya dingin lalu meninggalkan Chimon di kelas sendirian.

.
.
.

To be continue

Terlalu Rumit || NamonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang