Suasana malam kota Jakarta memang begitu indah. Banyak lampu jalan dan lalu lalang kendaraan menambah kesan indah jika di liat dari atas sini.
Brakk
Pintu kamar Nanon dibuka dengan keras. Nanon yang sedang duduk di balkon kamarnya langsung menoleh.
"Sorry, ga sengaja hehe." Frank menyengir. Ia menutup pintu kamar Nanon pelan dan ikut duduk di sebelah kembarannya ini.
"Ada apa?" Nanon tidak mengalihkan pandangannya dari jalanan. "Gue udah bilang ke papa biar bisa sekelas sama lo." Frank merangkul pundak kembarannya ini.
"Di bolehin?" Tanya Nanon remeh sambil memandang ke arah Frank.
"Engga." Nanon terkekeh mendengar jawaban dari saudaranya ini. "Kan lu udah tau, kita mana di bolehin satu kelas dari dulu. Lu kan pasti ada di kelas atas gue."
"Ya kan namanya juga usaha."
"Usaha yang tidak membuahkan hasil."
"Kok lu jahat sama kakak lu ini sih, Non?"
"Gue bilang kenyataan. Papa lu mana ngebolehin anak kesayangannya satu kelas sama anak yang ga di anggap ini. Masih syukur bisa satu sekolah."
Deg
Jawaban Nanon menembus ulu hati Frank. Frank menatap ke arah Nanon yang memandang bintang di langit. Frank tak bodoh. Ia melihat Nanon sedang menahan bulir kristal menetes ke pipinya.
"Mau denger cerita ga, Frank?" Tanya Nanon tanpa mengalihkan pandangannya. Ia memang dari dulu tidak memanggil Frank dengan embel-embel 'kak'. Lagian cuma selisih 5 menit lahir bukan?
"Ga perlu. Gue tau cerita apa yang bakal lu ceritain." Sahut Frank cepat membuatnya terkekeh kembali. "Lu bosen ya sama cerita gue?"
"Non!"
"Kenapa? Ga usah bosen lah. Kan gue udah pernah bilang ceritanya tuh real life."
Tanpa aba-aba dengan segera Frank menubruk tubuh kembarannya ini. Perlahan bulir kristal membasahi bahu Nanon. Dada Frank terlihat naik turun, lelaki itu menangis dalam dekapan kembarannya.
"Kok lo yang nangis sih? Harusnya kan gue ck. Lemah lu ah." Sempat-sempatnya Nanonn berbicara seperti itu. Frank melepas pelukannya. "Gue sayang banget sama lu, Non."
"Apa gue bisa percaya?"
"Bisa! Lu bisa percaya sama gue."
"Tapi gue takut kejadian lama terulang lagi haha."
"Non . . . Maafin gue."
"Tenang aja, udah gue maafin kok."
***
"Mon ihh jangan di ambil, sini balikin ihh." Chimon menyembunyikan hp Love di belakang tubuhnya. Kini mereka sedang berada di pasar malam yang letaknya tak jauh dari rumah mereka."Gamau. Abisnya kamu main hp mulu dari tadi, akunya di cuekin."
"Ihh itu tadi tuh lagi bahas tugas kelompok buat besok Chimon ihh." Love masih berusaha mengambil hp miliknya. "Kan masih besok tugasnya, sekarang ya sama aku dulu." Love menghentikan aksinya. Ia berdiri di depan Chimon menatapnya.
"Kok kamu jadi egois sih, Mon? Kamu jadi ga pernah ngertiin aku."
Chimon memasang wajah bingung. Egois? Dirinya egois? Bukankah yang egois itu malah sih Loverrukk? "Maksud kamu apa?"
"Kamu itu egois, Mon! Kamu jadi ga bebasin aku lagi. Kamu egois pokoknya."
"Bukannya kamu yang lebih egois? Sejak kamu pindah ke Jakarta kamu jadi sering cuekin aku. Aku ajak jalan ada aja alasannya. Aku chat kamu selalu slow respon. Kamu pacar aku Love. Wajar dong aku pengen perhatian lebih dari kamu! Oh atau jangan-jangan kamu selingkuh kan!" Tanpa sadar suara Chimon kini meninggi. Ia tak sengaja membentak pacarnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlalu Rumit || Namon
Teen Fiction[HIATUS] WARNING !! Cerita ini mengandung unsur BL. HOMOPHOBIC JAUH-JAUH SANA !! . Menceritakan tentang kisah percintaan masa remaja pada umumnya. Nanon Korapat, sosok lelaki yang cuek, selalu egois dan keras kepala. Lelaki itu mempunyai sang kekasi...