"Eh Chimon, udah lama ya kita ga ketemu." Singto yang baru keluar dari kamar melihat Chimon sedang duduk di sofa ruang tamunya.
"Iya om hehe." Chimon berdiri untuk memberi salam ke ayah dari kekasihnya itu. "Mau berangkat sama Love?"
"Iya om, itu papii di depan lagi nungguin." Singto hanya mengangguk paham. Ia memang mengetahui jika Chimon itu selalu di manja. Kekasih dari anaknya ini masih seperti anak kecil padahal usianya sudah dewasa.
Ia sempat berpikir. Bagaimana bisa Chimon yang notabenenya laki-laki di overprotektif oleh kedua orangtuanya? Bahkan dirinya saja tidak pernah mengatur-atur kehidupan putrinya. Menurutnya, jika Love sudah besar dan pasti sudah bisa menentukan jalan hidupnya. Mana yang baik dan mana yang buruk.
Ah ia juga sempat berpikir bahwa Love lebih cocok menjadi kakak Chimon dari pada kekasihnya. Tapi Singto tetap membiarkan pilihan mereka. Yang penting putrinya bahagia, ia juga akan bahagia.
"Ayo, Mon." Love mendekat ke arah mereka. "Papa bukannya tadi bilang udah telat mau rapat ya?"
"Eh iya. Papa duluan ya," Singto mencium kening putrinya sayang. "Chimon, om duluan ya."
"Iya om."
"Ayok berangkat sekarang." Ajak Love.
Keduanya pun berangkat ke sekolah bersama. Mereka duduk di belakang dengan Off yang menyetir.
Chimon mengantarkan Love ke depan kelasnya. "Eh Chimon imut." Prim yang ingin masuk ke dalam kelas menyapa Chimon yang berdiri di sana.
"Hai, Prim."
"Lu kok imut banget sih, Mon? Gue aja insinyur jadinya setiap ngeliat lo." Prim memutar-mutar tubuh Chimon layaknya barang. Love yang melihat kekasihnya di perlakukan seperti itu pun langsung menarik lengan Chimon.
"Kasian cowok aku tau!" Love membenarkan rambut Chimon yang berantakan akibat ulah sahabatnya itu. "Lucu banget kalian. Tapi bener deh Love, lu lebih cocok jadi emaknya Chimon dari pada pacarnya."
Love memelototkan matanya. Oh ayolah, tidak di Bandung tidak di Jakarta teman-temannya pasti berkata seperti itu.
"Ini buku kamu ketinggalan," Ujar Nanon yang baru datang. Prim pun menoleh ke arah suara. "Eh buku aku, makasih ya." Prim mengambil bukunya itu. Mereka tadi berangkat bersama menggunakan mobil.
Nanon mengacak rambut Prim sebentar, "Sana masuk, bentar lagi bel." Prim mengangguk. Matanya melihat sekeliling. Tak ada yang sedang memperhatikan mereka.
Cup
Prim mengecup pipi Nanon sekilas lalu berlari masuk ke dalam kelas menerobos Chimon dan Loverrukk begitu saja. Love mengerjapkan matanya beberapa kali. Bagaimana tidak? Ia melihat di depan matanya sendiri!
Sedangkan Chimon, ia terdiam terpaku. Entahlah, ada rasa aneh di hatinya. Dan entah kenapa seperti rasa . . . Nyeri?
Chimon menggelengkan kepalanya. Saat itu juga pundaknya di rangkul oleh Nanon. "Ayo bareng."
***
"Tapi aku udah beliin tiket buat kita nonton nanti.""Yahh tapi gimana? Aku di ajak Prim buat nemenin dia. Dia lagi di rumah sendiri sekarang."
"Ya tapi kan ada Nanon pacarannya, Love."
"Katanya dia gamau ngerepotin Nanon lagi. Lagian aku juga mau nginep di rumah dia."
"Kan nontonnya sore, abis itu aku anterin kamu ke rumah Prim kan bisa."
"Ihh tapi aku maunya ini abis pulang langsung ke sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlalu Rumit || Namon
Teen Fiction[HIATUS] WARNING !! Cerita ini mengandung unsur BL. HOMOPHOBIC JAUH-JAUH SANA !! . Menceritakan tentang kisah percintaan masa remaja pada umumnya. Nanon Korapat, sosok lelaki yang cuek, selalu egois dan keras kepala. Lelaki itu mempunyai sang kekasi...