XV.Rumah Shea
Aqilla benar-benar pulang sendiri, ia keluar rumah Gilang tanpa perencaan sedikit pun.
"Mana gak bawa hp sama dompet." Keluh nya.
"Aqilla." Panggil seseorang dari belakang.
Aqilla mengikuti arah suara nya. "Eh ka Shea."
"Aqilla abis dari rumah Gilang?" Tanya Shea.
"Iya ada urusan tadi." Jawab nya.
"Sekarang mau kemana?" Tanya Shea lagi.
"Mau pulang aja si." Jawab Qilla berbohong.
Shea terseyum, tanpa ragu gadis itu menarik tangan Aqilla untuk mengikuti nya.
"Mampir ke rumah gua dulu yuk."
Aqilla yang tidak tahu harus apa yang pasrah mengikuti Shea.
"Kebetulan orang rumah lagi pada pergi, kebetulan juga ada lu jadi gak sepi-sepi banget rumah."
"Aqilla udah makan?"
"Udah ko udah." Jawab Aqilla.
Aqilla mengikuti Shea menuju kamar nya, rumah gadis itu bisa dibilang jauh lebih luas dibanding rumah Gilang, belum lagi kamar Shea yang luas nya 5 kali lipat dari kamarnya.
"Duduk aja Qill gak usah sunkan."
Qilla menggaruk kepala nya gatal, bagaimana tidak sungkan ini baru pertemuan kedua mereka.
"Qill disini aja dulu nanti kalo udah gak bingung baru pulang." Ucap Shea.
Qilla kaget, bagaimana dia bisa tahu jika Qilla sedang bingung setengah mati.
"Ko tahu si kak."
"Muka lu uh kaya orang baru keluar Goa lingung." Jelas Shea.
"Masa si."
Shea mengangguk. "Bingung kenapa si?"
Qilla menimang-nimang sebentar sampai akhirnya memutuskan untuk bercerita kepada Shea.
"Bingung mau pulang naik apa, dompet sama hp masih di sekolah." Ucap Qilla.
"Loh lu cabut sekolah?."
"Engga gitu, tadi ada sedikit masalah terus ketemu Gilang, dibawa lah kerumah nya, tapi tas gua masih di sekolah." Jelas Qilla.
"Jadi maksud lu Gilang nyuruh lu buat pulang sendiri." Kata Shea kaget.
"Enggak gua yang mau pulang sendiri." Jawab Qilla.
"Bohong banget." Balas Shea.
Qilla hanya tersenyum kecut. "Segitu ketara nya."
Shea lagi-lagi mengangguk mengiyakan. "Pasti abis ini Gilang pusing nyariin lu." Ujar Shea.
"Gak mungkin, Gilang tuh Gak mau repot orang nya." Ucap Qilla.
"Tapi Gilang tuh orang yang bertanggung jawab. " Kata Shea serius.
Qilla tersenyum miris. "Sama lu doang kayanya kak."
"Qill, Gilang tuh emang dingin makanya harus sabar."
"Maksud nya?" Tanya Qilla bingung.
"Qill, muka lu tuh nunjukin semuanya, apalagi rasa suka lu sama Gilang." Ledek Shea.
Qilla refleks menutup wajah nya malu. "Apaansi ah."
"Gak usah ngelak, gua kalo jadi lu udah gua tampol si Gilang, berani nya ngajak doang gak nganterin." Kesal Shea.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSENIO GILANG
Teen Fiction"𝘼𝙠𝙪 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙢𝙚𝙢𝙞𝙣𝙩𝙖 𝙖𝙠𝙝𝙞𝙧 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙗𝙖𝙝𝙖𝙜𝙞𝙖, 𝙖𝙩𝙖𝙪 𝙖𝙠𝙝𝙞𝙧 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙨𝙚𝙢𝙥𝙪𝙧𝙣𝙖. 𝙃𝙖𝙣𝙮𝙖 𝙗𝙚𝙧𝙞𝙠𝙖𝙣 𝙖𝙠𝙝𝙞𝙧 𝙗𝙚𝙧𝙨𝙖𝙢𝙖𝙣𝙮𝙖 𝙞𝙩𝙪 𝙨𝙪𝙙𝙖𝙝 𝙘𝙪𝙠𝙪𝙥" -𝘈𝘳𝘴𝘦𝘯𝘪𝘰 𝘎𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨 𝘙𝘢𝘨𝘦𝘯𝘥𝘳�...