A G R 18

16 2 0
                                    

XVIII. Kepastian

Aqilla baru keluar kelas setelah menyelesaikan beberapa data yang perlu di urus selama ia menjabat sebagai ketua basket. Dulu, Aqilla tidak akan merasa lelah jika hal itu berkaitan dengan basket, tapi sekarang rasa nya melelahkan.

Saat Aqilla ingin melangkah kan kaki nya, hujan turun tanpa aba-aba. Aqilla tidak membenci hujan, tapi bukankah lebih bagus jika gerimis dulu sabagai pertanda bahwa akan ada hujan besar. Sial nya ia selalu lupa membawa payung yang selalu disediakan Maya.

"Kualat kan lu Qil, makanya dengerin kata nenenk Qil." Gerutu nya.

Getaran di saku seragam nya membuat Aqilla mengurungkan niat nya untuk menerobios hujan..

Arsenio .G.
Parkiran mobil deket gerbang, Buru!

Aqilla jelas tidak paham makasud dari pesan itu.

Me
Masud nya apa?

Arsenio .G.
pulang sama gua, gak pake lama.

Aqilla tidak bodoh, jika dia hanya terdiam selama 5 detik untuk keterkejutan nya, mungkin saat dia berlari mobil Gilang sudh tidak ada. Jadi sebelum itu terjadi Aqilla segera berlari ke tempat dimana Gilang menunggunya.

"Maaf basah jok nya." Kata Qilla yang memilih langsung masuk ke dalam mobil, ketimbang berbasa-basi dengan mengetuk kaca mobil yang akan membuat baju nya semakin basah.

"Gua gak bawa jaket cadangan, gua juga gak sedia anduk di mobil." Ucap nya.

Qilla menggeleng tegas. "Gak papa gua biasa ko."

"Jadi kalo nanti lu sakit gua yang kena, iya kan?" Kata Gilang sarkas.

"Aku gak akan sakit cuman karna kena air hujan Gilang, jadi buruan jalan sebelum hujan tambah deres." Entah mengapa rasanya kata-kata itu seperti kekhawatiran yang ditunjukan untuk Aqilla..

Gilang memilih menyala kan mobil nya, mejawab seperti apapun berdebat dengan Aqilla akan selalu kalah, atau memang Gilang sengaja mengalah.

"Jadi siapa yang ngerequest kamu buat anterin aku pulang?" Tanya Aqilla.

"Gua yang mau sendiri."

Aqilla tertawa pelan,"Oh ya."

Gilang mendengus kesal, Aqilla memang tertawa tapi nada berbicara nya terdengar sangat menjengkelkan.

"Disuruh Mars."

"Padahal aku bisa pulang naik angkot."

"Emang harus nya lu mandiri." Balas Gilang

"Tapi alhamdulillah Gilang baik mau nganterin, jadi bisa berduan deh." Ucap Qilla dengan senyum girang nya.

"Gilang," panggil Aqilla saat Gilang hanya diam saja.

"Hem."

"Kamu ada niatan buat suka sama aku?" Tanya Aqilla yang tidak takut sedikit pun, atas jawaban yang akan dilontarkan dari mulut sadis milik Gilang .

Gilang menatap ke arah perempuan di samping nya sebentar, sebelum akhirnya memutuskan pandangan lebih dulu.

"Lu tahu jawaban nya Qil."

"Yang ada di hati aku si jawaban nya, ada." Kata Aqilla percaya diri.

Gilang menggelengkan kepalanya, memang dia yang salah menjawab. Seorang Aqilla tidak akan pernah meyerah secepat itu, bukan. "Pake otak biar masuk akal, hati gak punya akal."

"Sejak kapan hal yang berhubungan dengan cinta masuk akal."

"Qilla-"

"Iya Lang iya, aku serahin semua sama semesta kalo gitu. Semoga semesta baik biar kamu jadi punyaku." Aqilla menatap Gilang penuh harap, tatapan Aqilla sangat berharap bahwa semesta memang sebaik itu padanya.

ARSENIO GILANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang