A G R 16

7 1 1
                                    

XVI. Maaf

"Kenapa gak bilang dulu atuh kalo mau main." Ucap sang nenek.

Qilla memeluk tangan nenek nya erat. "Maaf ya cinta, tadi Qilla lupa hp nya mati terus ketiduran." Satu kebohongan terlontar dari mulut nya.

"Untung si Cya telfon nenek, coba kalo enggak, udah nenek samperin ke sekolah Qill." Maya mengelus kepala cucu nya sayang, Aqilla Eunoia yang dibesarkan nya seorang diri, dan berharap Qilla merasa cukup dengan semua kasih sayang yang Maya berikan.

"Nek Qilla suka sama temen sekelas Qilla deh, tapi dia belum suka Qilla."

"Sabar atuh Qill nanti juga suka." Saut Maya.

"Orang nya dingin nek, mana ketus banget tapi Qilla suka."

"Qilla gak ada masalah selagi dia gak nyakitin kamu, denger ya Qill suka boleh tapi kalo udah berlebihan gak bagus, apalagi kalo sampe nyakitin Qilla."

"Gilang namanya nek dan dia gak pernah nyakitin Qilla, Gilang baik dengan cara nya sendiri." Jelas Aqilla.

"Gilang yang tadi nganterin?" Tanya Maya.

Aqilla menangguk. "Ganteng kan nek?."

"Yah lumayan lah, masih gantengan suami nenek tapi." Jawab Maya percaya diri.

"Iya emang Kakek Aqilla paling ganteng." Kata nya membenarkan, Maya tertawa mendengar jawaban cucu ya.

Aqilla bahagia, walaupun hari ini terasa berat tapi Ia bahagia. Melihat senyum Maya membuat Dunia nya baik-baik saja, Maya adalah poros hidup nya, tujuan hidup nya, dan Semestanya.

𝓐 𝓖 𝓡

Aqilla sudah menebak akan banyak pertanyaan yang dilontarkan teman-teman nya hari ini, tapi saat masuk kelas mereka terlihat biasa saja.

"Tumben gak nanya-nanya." Ucap Qilla heran.

"Nunggu lu sendiri yang cerita." Jawab Elina cuek.

Aqilla menghela napas, Ia lebih baik diomelin dibanding harus melihat seorang Elina mendadak diam dan berubah dingin.

"Maaf ya gu-"

"Harus nya Gilang yang ngomong gitu." Potong Rachel.

"Qill belum terlalu jauh untuk berhenti." Kata Jovita.

"Gilang brengsek." Umpat Elina.

"Na, nanti orang nya denger." Bisik Qilla tak enak hati.

Elina menatap Qilla tak habis pikir. "Lu di jadiin sandra sama musuh dia Qill, terus gak dianterin pulang, jelas-jelas lu gak bawa apa-apa dan lu masih jaga hati dia."

"Gua tau lu baik Qill, Aqila Eunoia akan selalu baik gua tau itu, tapi stop, lu gak akan jadi pendosa cuman karna marah dan nampar itu cowo." Tambah Jovita.

"Qill, nenek pasti gak nanya apa-apa soal muka sama lebam yang ada di jidat lu, tapi tanpa gua kasih tahu, lu yang paling paham apa yang ada dipikiran nenek, gimana panik dan khawatir nya dia." Ucap Freya.

Freya benar Maya tidak bertanya apapun, dan Qilla belum berani untuk bercerita ia memilih diam.

"Qill." Arthur datang bersama dengan Mars, Qilla sudah sangat paham apa arti kedatangan dua laki-laki itu.

"I'm Fine." Ucap nya.

"Berdiri Qill." Perintah Mars.

Qilla mungkin akan menolak jika Mars menyuruh nya dengan nada dan wajah yang biasa, tapi kali ini wajah itu terlampaui serius.

"Mars marah banget Qill." Bisik Elina.

Mars kemudian menarik tangan Aqilla menuju meja seseorang, yang seharus nya malu berhadapan dengan gadis yang bahkan tidak menunjukan amarah sedikit pun atas sikap brengsek nya.

"Minta maaf ." Gilang menatap Mars datar, hanya Mars yang akan seberani ini jika menyangkut Aqilla, bahkan Arthur yang sebegitu suka nya dengan Aqilla pun tidak akan seberani ini memerintah ketua dari Lakeswara itu.

"Ini yang gua tunggu-tunggu jiwa seram nya Mars keluar." Bisik Freya semangat.

"Diem ah Ya, gak lucu kalo suara lu kedengeran sampe sana mana lagi hening gini." Peringat Jovita.

Di tempat nya Aqilla meneguk ludah kasar, setelah sekian lama Aqilla tidak pernah melihat Mars semarah ini, ternyata masih semenyeramkan dulu.

"Mars udah mau masuk, Gilang udah minta maaf juga kemaren." Ucap Aqilla.

Mars menatap Aqilla tajam. "Aqilla gimana kalo gua patahin tangan nya Reynar."

Aqilla melotot kaget. "Jangan gila ya anjir."

"Jadi biarin dia minta maaf, seengak nya harus ada yang tanggung jawab." Ucap Mars.

"Buru Lang, Mars agak serem kayanya kesurupan reok." Ujar Aitar.

Arkhan hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah sodara nya itu, Aitar memang tidak bisa membaca kondisi.

"Maaf gua yang salah." Permintaan maaf itu di sampaikan dengan nada datar, tidak ada senyuman maupun tampang yang bersahabat.

Tapi percayalah Aqilla senang, dimata indah itu terdapat ketulusan. Aqilla sudah sedari kemarin melihat tatapan itu, tatapan yang meyiratkan bahwa laki-laki itu merasa amat bersalah.

"Mars udah kan, sekarang balik ke kelas." Kata Aqilla.

Mars mengangguk, tidak bisa berharap lebih, Gilang memang pandai soal mengontrol wajah.

"Thur balik juga."

"Qill nanti pulang boleh aku anter?" Tanya Arthur.

Qilla mengangguk, Ia sudah sangat merasa bersalah kepada laki-laki itu. Dari yang Aqilla dengan Arthur mencari nya sampai harus mendorong motor yang kehabisan bensin, jadi tidak salah bukan jika Qilla berterimakasih.

Setelah kepergian Mars dan Arthur, Aqilla meliahat ke arah Gilang. Laki-laki itu masih menatap nya, jika sedang tdalam kondisi baik-baik saja mugkin Qilla akan berteriak kegirangan, kapan lagi Gilang menatap nya terang-terangan.

"Yah Lang di cuekin sama Qilla." Ledek Aitar.

"Masih untung dicuekin, gua jadi Aqilla gua mutilasi Gilang." Tambah Gavano.

"Lang." Panggil Arkhan.

"Hem."

"Syarat pertama jadi Ketua Lakeswara apa?" Tanya Arkhan, dan Gilang paham kemana arah pembicaraan ini.

"Betanggung jawab." Jawab nya.

"Jadi lu tahu harus apa, kalo gak memenuhi syaratkan."

"Gua akan mundur kalo udah tiba waktu nya Khan." Jawab Gilang.

𝓐 𝓖 𝓡

Nah loh mas Gilang lupa apa gimana syarat jadi Ketua Lakes 😩 duh ga redo kalo mas Gilang turun ranjang
Eh turun tahta 😭🙏🏻

Ini kapal nya berlayar kapan si gak sabar deh bestie 😭

Jujur dikit lagi berlayar tapi sabaran yak karna abis uas dan upm dan mengurus segala urusan kampus aku jadi jarang update, nah mumpung sekarang dah libur, lumayan nih bisa post terus xixixi

DON'T FORGET VOTE , COMMENT DAN SHARE 🙏🏻❤️😍😘

ARSENIO GILANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang