Happy reading guys...........
*****
Saat sedang asik menikmati quality time nya Zhisu dibuat geram oleh kedatangan selir Wang Rouyen yang mengacaukan mood nya seketika. Bagaimana tidak jika datang tiba-tiba dengan marah-marah tidak jelas bahkan sampai menghinanya.
"Dasar wanita SAMPAH berani sekali kau menggoda yang mulia Kaisar." Zhisu hanya mengedikkan bahunya tidak peduli yang membuat amarah selir Wang Rouyen semakin membuncah.
Jika di fikir-fikir lagi selama seharian ini dia tidak menggoda suami menyebalkannya itu lalu apa maksud dari selir kurang ajar satu ini?.
Selir Wang Rouyen berjalan mendekati Zhisu yang sedang asyik menikmati tehnya di gazebo yang ada di taman dengan wajah geram, dia menjambak rambut panjang permaisuri Huang Zhisu dengan amarah yang membumbung tinggi dan membuat cangkir teh yang tadinya berada di tangan Zhisu terjatuh.
"Aaarrgghh...." Zhisu berteriak bukan karena sakit akibat tarikan dari selir ular itu tapi karena terkejut saat merasakan ada yang menarik rambutnya dengan tiba-tiba.
Zhisu membalikkan badannya dan melihat selir Wang Rouyen yang tersenyum sinis kearahnya, karena terlalu geram dengan tingkah dari salah satu Selir kurang ajar suaminya itu dengan segala kekuatan yang dimilikinya Zhisu mencoba untuk melepaskan cekalan selir Wang Rouyen pada rambutnya dengan susah payah dan akhirnya berhasil.
Ming Fei yang menyaksikan kejadian tidak terduga itu menutup mulutnya terkejut dengan satu tangan, ingin melerai tapi tidak berani jadi dia hanya bisa berdoa dalam hati supaya junjungannya itu baik-baik saja.
"Apa maksud selir rendahan sepertimu berlaku tidak sopan padaku?." Zhisu dengan geram menekan setiap kata yang diucapkannya dan mengeluarkan sedikit aura intimidasi nya. Bahkan para pelayan dan prajurit yang sedang bertugas mengerubungi mereka untuk melihat kejadian yang menghebohkan ini.
Ming Fei mencoba untuk membubarkan massa yang sedang berkerumun untuk menonton pertunjukkan yang sedang terjadi.
"Kau bertanya apa maksudku? MAKSUDKU ADALAH MEMBERIKAN PELAJARAN PADA WANITA MURAHAN SEPERTI MU." Zhisu menutup matanya saat mendengar teriakan di akhir kalimat yang diucapkan oleh salah satu ular berbisa yang saat ini sedang berdiri di hadapannya itu dengan wajah memerah menahan emosi. Dia paling tidak suka jika ada orang lain berteriak di depan wajahnya.
"Kau menghinaku murahan heh? Lihatlah penampilan mu sudah seperti wanita yang bekerja di rumah bordil. Riasan wajah yang tebal pakaian yang sangat terbuka dan sikapmu ini semakin menujukkan bahwa kau lah wanita RENDAHAN itu." Zhisu tersenyum smirk saat berhasil memancing emosi wanita ular di depannya ini.
Plak.
Mereka semua yang ada disana membulatkan mata terkejut bahkan ada beberapa dari mereka yang menutup mulutnya dengan satu tangan karena terkejut. Ming Fei berjalan menghampiri junjungannya berniat ingin menanyakan keadaan junjungannya itu tapi terhenti karena melihat Zhisu yang menatap nyalang padanya dan mengangkat salah satu tangannya.
"Hahaha.... kau berani menamparku? Baiklah kau yang memulai ini semua lebih dulu jadi jangan salahkan aku jika setelah ini kau tidak akan bisa makan selama 3 hari." Zhisu tertawa menyeramkan membuat nyali mereka sedikit menciut saat merasakan aura yang mencekam yang menguar dari tubuhnya.
"Huh.. Sudah lama aku tidak meregangkan otot-otot tanganku ini." Zhusu tersenyum smirk dan melemaskan seluruh otot-otot tangannya dengan melakukan pemanasan sebelum memulai pertunjukan yang sebenarnya.
Bugh.
Mereka semua melotot kan mata tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka lihat saat ini.
"Hah, membuang tenaga ku saja. Kau bukanlah tandingan ku selir Wang Rouyen. Kalian bawa selir kurang ajar itu kembali ke kediamannya." Selir Wang Rouyen jatuh tersungkur saat mendapatkan sebuah bogem mentah di wajahnya. Bahkan kini wajahnya sudah membiru setelah mendapat hadiah dari Zhisu. Dia menyentuh wajahnya yang terasa sakit lalu tak lama setelah itu dia jatuh pingsan.
"Oh iya, jangan lupa panggilkan tabib istana untuk mengobatinya. Aku tak yakin jika rahangnya itu akan baik-baik saja." Zhisu menatap lawannya yang kini tengah tersungkur di tanah itu dengan senyuman mengerikannya bahkan Ming Fei dibuat bergidik ngeri saat melihat betapa berbahayanya junjungannya itu.
Karena terlalu geram dengan sikap kurang ajar dari salah satu selir suaminya itu Zhisu meninju wajah selir ular itu sebagai pelajaran untuknya.
"Baik Permaisuri." 2 orang prajurit membopong tubuh selir Wang Rouyen dan membawanya kembali ketempat asalnya diikuti oleh beberapa pelayanan dibelakang mereka.
"Apalagi yang kalian lihat heh? APA KALIAN INGIN KU HAJAR JUGA HAH? BUBAR SEMUANYA." Mereka semua lari kocar-kacir saat mendengar suara menggelegar milik permaisuri Huang Zhisu yang menyuruh mereka untuk bubar dan mendapat tatapan mematikan darinya. Ming Fei bahkan sampai bergidik ngeri saat mendengar suara penuh emosi dari junjungannya itu dia bahkan sampai menutup mata saat mendengar teriakannya.
"Ming Fei kita kembali sekarang, mood ku sudah kacau karena ulah wanita ular itu." Zhisu menepuk lengan Hanfunya untuk membersihkan debu yang menempel karena tertiup angin.
"Ba-baik Permaisuri." Ming Fei berjalan tergesa-gesa untuk mengikuti langkah kaki Zhisu yang lumayan lebar meninggalkan taman istana.
*****
Kabar mengenai perkelahian sengit antara selir Wang Rouyen dan Permaisuri Huang Zhisu sudah tersebar dengan cepat keseluruh penjuru Kekaisaran dinasty Huang. Bahkan kabar ini sampai terdengar ke telinga kaisar Huang Qianfan dan Ibu Suri Huang Xiong Lue.
"IBU SURI HUANG XIONG LUE MEMASUKI RUANGAN." Teriak seorang prajurit yang bertugas di depan paviliun Bulan. Zhisu yang mendengar itu langsung berdiri dari duduknya dan merapikan penampilannya.
"Salam Ibu Suri semoga hidup seribu tahun lagi." Ibu Suri hanya tersenyum menanggapi salam hormat dari menatu kesayangannya itu.
"Silahkan duduk Ibu, ada perlu apa hingga Ibu sampai harus datang kemari?." Zhisu memberi kode kepada Ming Fei untuk menuangkan teh kedalam gelas. Masih dengan senyum yang menghiasi wajah ayunya yang mulai keriput Ibu Suri Huang Xiong Lue meminum teh yang telah disediakan untuknya sebelum memulai percakapan.
"Aku datang kemari untuk melihat keadaanmu. Apakah kau terluka? Apakah Selir itu melukaimu?." Zhisu tersenyum simpul saat melihat raut khawatir dari ibu mertuanya itu. Senyum wanita paruh baya itu lenyap seketika dan digantikan dengan raut wajah khawatirnya.
"Aku tidak apa-apa Ibu, Ibu tidak perlu khawatir aku sudah memberinya pelajaran yang setimpal untuk perlakuannya yang seperti itu padaku. Bagaimana keadaannya sekarang ya?." Ucap Zhisu sambil meletakkan jari telunjuknya di depan dagu seperti sedang berpikir.
"Astaga, ya dewa! kenapa dengan pipimu Shu'er? Apakah ini sakit?." Zhisu menyentuh tangan Ibu Suri yang sedang mengusap pipinya yang memerah dan terdapat cap lima jari hasil karya dari selir Wang Rouyen.
"Saatnya memulai drama kecil ini." Batin Zhisu tersenyum licik dengan rencana yang difikirkannya barusan, sepertinya akan sedikit menarik jika dia menambahkan sedikit bumbu dalam rencananya.
"Sshh... Ini sedikit sakit Ibu, Selir Wang Rouyen menamparku dengan sedikit keras tadi tapi sekarang sudah baik-baik saja." Dengan memasang wajah seolah-olah dialah yang tersakiti disini semakin membuat Ibu Suri merasa iba padanya. Beruntunglah kau permaisuri Huang Zhisu karena menjadi menanti kesayangannya dari ibu Suri.
"Tidak bisa jika dibiarkan seperti ini kau harus segera diobati. PELAYAN PANGGILKAN TABIB SEKARANG." Para pelayan yang mendengar teriakan menggelegar dari wanita nomor satu di Kekaisaran dinasty Huang itu langsung berlari kocar-kacir untuk menghampiri kediaman tabib istana dan membawanya ke hadapan Ibu Suri.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Empress From The Future [End]
FantasyApa yang akan terjadi jika seorang gadis dari masa depan bertransmigrasi ke dinasty China? Seorang gadis yang mati karena pilihannya sendiri, karena dia menolak perjodohan oleh orang tuanya. Saat dia mati jiwanya tidak pergi ke alam baka, tapi mal...