1

2.9K 139 2
                                    

Dibesarkan dalam keluarga yang hangat dan penuh kasih sayang. Gio tumbuh menjadi pria yang sangat menghormati wanita.

Arfian dan Olivia berhasil mendidik anak-anak mereka tentang bagaimana caranya menghargai para wanita.

Waktu terasa cepat berlalu. Gio sudah memasuki usia yang matang untuk menikah. Namun sepertinya ia belum memiliki niat untuk menjalin hubungan atau komitmen apapun.

Sore ini Gio, Olivia dan Arfian sedang berkumpul di halaman belakang rumah mewah keluarga Yudhistira.

"Delia pulang. Ma.. Pa.."

Kebiasaan si bungsu adalah berteriak saat masuk rumah.

"Mama di halaman belakang." Sahut Oliv.

Terdengar langkah berlari mendekati halaman belakang.

Gio membalikkan tubuhnya menatap adik bungsunya itu. Ia merentangkan kedua tangannya lebar-lebar, Delia langsung menghambur ke pelukan kakak sulungnya.

"Mas kapan sampai?" Tanya Delia menyandarkan punggungnya dengan nyaman di dada Gio.

"Udah dari siang. Kamu sore banget balik sekolah."

Di belakang Delia menyusul si kembar. Gerry sedikit lebih tinggi dari Derry, meskipun Derry adalah kakaknya.

"Kalian darimana?" Tanya Gio.

"Ngampus lah Mas." Jawab Gerry.

"Kalian coba bohongin Mas ya. Mana ada ngampus sampai sore."

Derry meraih buah apel di atas meja.

"Kalau gak percaya ya udah." Sahutnya membela Gerry.

"Mas tumben ke sini? Lagi gak sibuk?" Tanya Delia yang berada di pangkuan Gio.

"Mama bilang disuruh ngumpul." Jawab Gio.

"Bukan Mama. Papa kalian yang nyuruh ngumpul." Sahut Oliv.

"Emang mau ngapain sih Pa?" Tanya Gerry, si kembar yang paling besar rasa penasarannya.

"Papa mau bahas soal warisan."

"Ya ampun Papaaa.." sontak keempatnya menjawab Arfian.

Oliv tertawa melihat Arfian diserang beramai-ramai.

"Kenapa?" Arfian menatap satu persatu anak-anaknya.

"Kan udah diputuskan dari lama, kalo perusahaan biar Mas Gio aja yang pegang." Sahut Derry.

"Papa cuma mau bagi rata warisan untuk kalian. Jadi kalau Papa pergi nanti, kalian gak rebutan harta." Jawab Arfian santai.

"Mas." Tatapan tajam Oliv menatap suaminya.

"Aku berbicara fakta, sayang."

Tatapan tak suka masih terlihat jelas di mata Oliv karena ucapan Arfian.

Situasi menjadi awkward karena ulah Arfian yang memancing kemarahan Oliv.

Oliv beranjak dari sana.

"Hayo Papa.. Lagian Papa ada-ada aja. Malah bahas warisan." Ledek Gerry.

"Papa kasih kamu bagiannya satu senti aja." Ucap Arfian menatap Gerry.

Pria tua itu bangkit dan mengejar Oliv ke dalam rumah.

"Kapan nikah Mas?"

Tatapan horor kali ini dari Gio tertuju pada Gerry.

"Nanti. Tunggu Delia tamat SMA." Jawab Gio berusaha kalem.

"Keburu bangkotan gak sih? Ya kan Mas?" Ia bertanya pada Derry.

The Archer [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang