2

1.5K 113 0
                                    

Kegaduhan malam tak terelakkan saat keempatnya berkumpul bersama di ruang tv. Tentu ada sumber dari kegaduhan tersebut. Siapa lagi kalau bukan si kembar.

"Itu musuhnya di depan ku Mas."

Si kembar sedang bermain game online di ponsel.

"Ya sabar. Aku gak liat."

"Ish. Lama. Keburu mati aku."

"Derry.. Gerry.. Suara kalian dua lebih kuat dari tv-nya." Tegur Oliv.

"Iya maaf Ma. Buruan Mas."

Keduanya masih asik bermain game.

Kriingg..

Telepon rumah berdering keras. Gio duduk di sofa dan posisi terdekat dengan telepon pun mengangkatnya.

"Halo."

"..."

"Halo, siapa ini?"

"..."

Ia menjauhkan gagang telepon dan memastikan bahwa panggilan sudah terhubung.

"Halo?"

Namun tetap tak ada jawaban. Gio menutup panggilan tersebut.

"Siapa Mas?" Tanya Oliv menatap Gio.

"Gak  tau Ma. Gak ada suaranya."

"Paling orang iseng." Sahut Arfian yang sedang menonton TV sembari berbaring memeluk putrinya.

"Yah.. Gak jadi chicken." Protes Gerry.

Ia ikut berbaring di sebelah Delia yang sedang menonton TV. Sementara Derry duduk di sofa bersama Gio.

Gerry sedari kecil suka sekali mengganggu Delia. Saat ini ia menggelitik pinggang adiknya itu sampai Delia hampir menangis.

"Ger." Panggil Gio.

"Iya Mas?"

"Daripada kamu gangguin Delia, mending ke kamar Mas. Di dalam koper Mas ada keripik kayaknya."

Gerry dengan semangat langsung bangkit.

"Koper mana Mas?" Tanya Gerry.

"Kenapa nyimpan makanan di koper Mas? Nanti ada semut loh." Ucap Oliv.

"Koper hitam yang dekat Meja. Cari aja. Jangan buka koper abu-abu."

"Oke Mas." Gerry segera naik menuju kamar Gio.

"Lupa Ma. Tadinya mau Mas keluarkan. Tapi lupa." Ia menjawab pertanyaan Oliv.

Derry sedari tadi diam dan hanya fokus dengan ponselnya.

✨✨

Malam semakin larut. Gio sedang duduk di balkon kamar pribadinya yang menghadap ke arah kolam renang.

Ia tak bisa tidur. Entah kenapa, namun perasaannya sedikit tak tenang.

Ia keluar kamar dan menuju dapur untuk mengambil minum. Matanya menatap sekeliling rumah yang diterangi cahaya gemerlap.

Tatapannya berhenti di satu titik. Ada Arfian duduk dipinggir kolam renang. Meskipun cukup gelap, namun masih cukup terlihat jika ada orang yang duduk di sana.

Dapur dan kolam renang tak terlalu jauh. Dengan konsep rumah yang menjadikan kaca tebal sebagai pembatas, sangat membantu melihat ke arah kolam renang semakin jelas.

Gio berjalan mendekati Arfian.

"Pa."

Arfian sedikit terkejut dengan kedatangan Gio.

The Archer [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang