Gio berdiri di depan gerbang markas Louis. Ia melirik arloji di pergelangan tangannya, pukul 6 sore. Ia tidak berencana memancing keributan. Namun tetap saja, bahkan kehadiran Gio saja sudah memancing keributan.
Gerbang terbuka otomatis. Seorang pengawal mengarahkan Gio ke ruangan Louis. Untuk pertama kalinya mereka bertemu.
Gio menatap wajah pria yang menjadi dalang kematian ayahnya. Ia benar-benar ingin menghajar pria tua di hadapannya saat ini, tapi ia juga tak ingin mati hari ini.
"Selamat datang, Yudhistira." Sapa Louis dengan cukup ramah. Gio tak menjawab apapun.
Ia duduk di kursi berbatasan meja dengan Louis.
"Senang rasanya, akhirnya seorang Yudhistira menemui ku. Aku dengar kabar bahwa keluarga mu termasuk orang yang angkuh sampai tak berkeinginan menemui pebisnis lain." Ucap Louis panjang lebar.
"Singkat saja." Ucap Gio tiba-tiba.
"Hmm? Kenapa harus disingkat? Bukankah lebih menyenangkan berbincang seperti ini."
"Aku datang bukan untuk berbicara dan berbual pada mu. Jadi berhentilah bersikap manis yang terlihat menjijikkan itu. Jauhi keluarga ku, atau kau akan merasakan akibatnya."
Louis tertawa sangat keras mendengar ucapan Gio. Ia menganggap Gio hanya sebagai anak kecil yang coba mengancamnya.
"Apa kau sudah makan? Sepertinya pikiran mu sedang tidak waras, Yudhistira."
"Ingat saja ucapan ku. Jangan pernah lagi menyentuh keluarga. Atau kau dan bisnis mu akan runtuh. Entah secara langsung ataupun perlahan."
Gio melangkah keluar dari ruangan tersebut. Louis masih tertawa menanggapi ucapan Gio.
Ponsel Gio bergetar di saku jaketnya saat ia melewati gerbang markas Louis. Gerry menelepon. Tidak biasanya. Gio berjalan menjauh dari markas tersebut. Ia sampai di parkiran mobilnya.
"Halo Ger?"
"Mas—"
"Ger? Gerry?"
Suara dari seberang sana berubah.
"Peringatan pertama."
Deg..
Deg..
"Ger??"
"Gerry, jawab Mas."
Sambungan telepon terputus. Gio menelepon Derry.
"Halo Mas?"
"Kamu dimana Der? Gerry bareng sama kamu?"
"Aku baru selesai mandi Mas. Mau ke kampus. Gerry tadi katanya mau jogging keliling komplek."
"CARI GERRY SEKARANG!!" Gio bahkan tanpa sadar meninggikan suaranya.
"Kenapa Mas? Dia paling di dekat sini aja kok."
"Cari Gerry sekarang, Der. Mas mohon." Gio berlutut di tanah. Suaranya bergetar cemas.
"Kenapa Mas? Iya ini aku cari."
"Cepat Der. Sekarang."
Gio meremas ponselnya erat. Panggilan masih terhubung, ia menunggu kabar dari Derry tentang Gerry.
*
Derry berlari keluar kamar. Ia langsung menuju gerbang.
"Ada apa Mas? Kok tumben lari-lari?"
"Mang, Gerry ke arah mana tadi?" Derry bertanya pada penjaga gerbang dengan terburu-buru.
"Ke sana tadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Archer [END]
FantasySEQUEL OF "SEKILAS MATA" ⚠️ 18+ Read, Vote, Comment. 😘✌️ Check Another Story From Me.. 🤍 Thank you