9

899 81 2
                                    

Keberadaan Gio di Amerika masih menjadi rahasia sampai hari ia harus menghadiri rapat klien. Ia menjadi sorotan karena menghadiri sendiri rapat tersebut. Sementara kabar duka di keluarganya masih cukup baru.

Kaki jenjangnya melangkah keluar gedung karena rapat sudah selesai. Ia biasanya akan berlama-lama dan mengobrol sesama pebisnis dan kliennya. Namun kali ini tidak.

Sampai di pintu lobby, matanya menatap wanita cantik yang baru keluar mobil. Dinilai dari pakaiannya, sepertinya ia tidak berurusan dengan bisnis di sini.

Wanita itu berbalik badan dan tanpa sengaja tatapan mereka bertemu.

Untuk beberapa saat waktu terasa aneh bagi Gio. Raut wajah wanita di hadapannya ini seolah terlihat cemas sesaat, namun setelah melihatnya jadi berusaha netral kembali.

"Oh. My life saver."

Wanita cantik itu adalah Arabella. Bella yang sama yang ia temui di rumah sakit seminggu lalu. Bella yang ia selamatkan dari gang sempit itu.

"Kau di sini?" Tanya Gio.

Bella tersenyum manis sambil mengangguk.

"Aku ingin mengunjungi salah satu teman ku yang tinggal di sini." Jawab Bella.

"Oh begitu."

Gio melirik mobil yang tadi dinaiki Bella. Rasanya ia tak percaya kalau Bella hanya mengunjungi temannya di sini. Bagaimana untuk percaya, Bella baru saja keluar dari mobil BMW M5 edisi 35 tahun yang diproduksi hanya 350 unit di dunia.

Setelah terjebak dengan situasi awkward sesaat, Bella buka suara.

"Bagaimana kalau kita minum kopi sebentar."

Gio yang merasa bahwa jadwalnya senggang pun menyetujuinya.

"Boleh saja."

Bella mengajak Gio naik ke mobilnya. Mereka mencari kafe untuk sekedar ngobrol.

"So, apa kau sedang bekerja di sini?" Tanya Bella meletakkan gelas kopinya di atas meja.

"Hmm. Begitulah. Aku benar-benar tidak menyangka kita akan bertemu di sini. Indonesia dan New York sangat jauh."

Gio terkekeh pelan mengakhiri kata-katanya. Bella tersenyum tipis menanggapi ucapan Gio.

"Oh ya, berapa lama kau akan di sini?" Tanya Bella lagi.

"Belum di pastikan."

Bella mengangguk kecil. Situasi kembali hening. Lagu yang terputar di kafe sangat membantu karena mereka benar-benar tak berkata apapun.

Ponsel Bella bergetar di atas meja. Wanita itu meraih ponselnya.

"Maaf, aku akan angkat telepon sebentar."

Gio mengangguk, wanita itu ke arah toilet untuk mengangkat panggilan.

Saat Bella berjalan ke arah toilet, Gio menatap punggung wanita itu. Tiba-tiba ingatannya kembali pada wanita yang sama yang ada di kamera CCTV. Entah hanya perasannya saja atau memang benar sesuai dugaannya, Gio mengikuti Bella ke arah toilet. Langkahnya berhenti saat mendengar suara Bella menelepon di balik tembok lorong arah toilet. Ia belum benar-benar masuk ke toilet.

"Sudah ku katakan, aku tidak terlibat hal menjijikkan seperti itu!" Suara Bella terdengar menahan emosi.

"Terserah saja! Yang pasti aku tidak bisa melakukan apapun itu."

"What? Darimana Daddy tau itu?"

Bella berbalik badan, dengan segera Gio mundur agar tak kelihatan. Nasib baik di pihak Gio. Ia tak ketahuan oleh Bella.

"No, Dad. Stop hurting, please!"

Bella berjalan masuk ke toilet. Gio menyandarkan punggungnya ke tembok. Ia penasaran dengan siapa Bella menelepon. Padahal wanita itu adalah orang asing, tapi firasatnya mengatakan bahwa Bella ada hubungannya dengan wanita di CCTV.

Cukup lama ia di balik tembok lorong toilet, Gio terkejut saat Bella yang baru saja keluar toilet sudah berdiri di hadapannya. Pria itu sempat tenggelam dalam pikirannya sendiri.

"Oh, astaga."

Bella mengelus dadanya karena terkejut.

"Sedang apa kau di sini?"

Gio tak menjawab. Namun tiba-tiba ia menarik tubuh wanita itu. Posisi mereka berbalik, Bella terkurung di antara lengan Gio. Tanpa aba-aba, pria itu mencium bibir Bella.

Bella sangat terkejut karena perlakuan Gio, membuatnya sempat tak membalas ciuman Gio. Pria setinggi 185 cm di hadapannya ini mundur selangkah setelah menciumnya.

"A–apa yang kau lakukan?" Bella tak marah, namun ia sangat amat terkejut.

Untuk sesaat wajah Gio tampak menahan emosi. Namun pria itu langsung menguasai dirinya sendiri. Ia tersenyum menatap Bella.

"Mencium mu."

"Wh–why?"

Gio kembali tak menjawab. Kali ini ia maju selangkah. Dengan gerakan yang lebih lembut dari sebelumnya, ia kembali mencium bibir Bella. Tangannya menyusup ke punggung wanita itu, merapatkan tubuh mereka.

Untuk beberapa saat, seolah hanya ada mereka di dunia ini.

*

Beberapa saat yang lalu. Bella masuk ke toilet. Ponsel Gio bergetar di saku jasnya.

Jack is calling..

"Halo."

"Aku berhasil mendapatkan data tentang wanita cantik yang terekam CCTV di markas Louis Gang."

"Benarkah? Siapa dia?"

"Arabella."

Gio merasa jantungnya berdetak lebih cepat.

"Arabella?"

"Ya. Nama yang cantik, bukan?"

"Beri aku informasi lainnya."

"Arabella Louis Zaneta. Dia adalah anak kandung dari Louis yang di sembunyikan dari dunia. Karena Louis menganggap anak itu bisa jadi kelemahannya dalam berbisnis. Aku berhasil mendapatkan data tentangnya dengan bantuan teman-teman ku. Arabella sedari kecil sudah disembunyikan ke luar negeri. Salah satunya adalah Indonesia. Bukankah itu negara mu?"

Gio hampir menjatuhkan ponselnya mendengar ucapan Jack.

"Beri aku informasi yang lain."

"Jika ingin tau lebih banyak, sebaiknya kau kembali ke apartemen sekarang agar aku bisa memberitahu secara langsung."

"Baiklah. Aku segera ke sana."

"Oh ya. Ada hal yang membuat ku bingung."

Gio hampir memutuskan panggilan, namun kembali mendengarkan Jack.

"Apa itu?"

"Arabella berada di Indonesia selama hampir 5 tahun terakhir. Ia sama sekali tak pernah kembali ke New York. Tapi salah seorang teman ku berhasil mendapatkan data penerbangannya ke New York. Aku sudah melihat dan cross check datanya, di hari kita melihatnya di CCTV pertama kali. Itu hari dia datang. Tiba-tiba ia datang ke New York setelah berita kematian Ayahmu terdengar ke seluruh kalangan pebisnis? Bukankah menurut mu aneh? "

Gio terbungkam mendengar berita yang sangat mengejutkannya itu.

Ia memutuskan panggilan Jack.

✨✨

Hope you enjoy this story. :)

Tbc..

The Archer [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang