Seolah mendapatkan kembali kesadarannya, Gio bangkit. Ia duduk memandangi wajah cantik Bella yang saat ini tergolek pasrah di hadapannya.
Gio menarik tangan Bella untuk ikut duduk. Ia masih bisa menguasai dirinya, meskipun saat ini dirinya sangat-sangat ingin lebih.
Gio tersenyum tipis menatap Bella. Pria itu bangkit dari duduknya dan meraih kaos yang ada di sisi kanan ranjang. Ia ke kamar mandi untuk memakai pakaiannya dengan cepat.
Mereka memilih makan siang dari layanan pesan antar. Setelah selesai makan siang, mereka duduk di ruang TV.
"So?" Gio menggantung pertanyaannya.
"Hmm?"
"Bolehkah aku bertanya padamu?"
Bella meraih gelas jus jeruk miliknya. Ia mengangguk sebagai jawaban.
"Benarkah kau ke NY hanya ingin bertemu teman mu?"
Bella tak langsung menjawab.
"Mengapa kau selalu berada dalam bahaya? Sewaktu di Indonesia pun, kau hampir mati di gang itu. Aku rasa ini semua bukan kebetulan saja. Dan kenapa kau bisa menyelamatkan ku dari para penjahat yang menodongkan senjata itu?"
Mendapat pertanyaan bertubi-tubi, Bella meletakkan gelasnya dan menarik nafas panjang. Ia menekuk lututnya dan menyandarkan dagunya di lutut.
"Karena ada seseorang yang menginginkan aku mati."
Gio sedikitnya sudah memikirkan jawaban ini akan keluar dari mulut Bella. Tapi tetap saja, ia masih terkejut mendengarnya langsung.
"Ada seseorang yang benar-benar menginginkan kematian ku." Ucap Bella terdengar cukup tenang, namun juga cukup takut menceritakan kelanjutannya.
"Saat di Indonesia, aku mendapat telepon dari nomor misterius. Aku tidak bisa mengenali suaranya karena diubah dengan efek. Tapi aku yakin kalau itu bagian dari mereka. Penelepon misterius itu mengatakan padaku untuk datang ke kafe di perempatan dekat Fried Chicken."
Gio ingat itu kafe tempat ia menunggu Delia waktu itu. Dan juga tempat ia bertemu Viona. Kafe itu tak jauh dari gang tersebut.
"Aku hampir sampai di kafe. Saat itu aku melihat mu keluar dari mobil mu yang terparkir di sana. Namun saat kau melangkah masuk kafe, ada 2 orang yang menempelkan sapu tangan padaku. Setelahnya aku tak ingat. Dan saat sadar, aku ada di gang itu."
Bella menjelaskan.
"Lalu orang-orang di hotel?" Tanya Gio penasaran.
Bella menggeleng.
"Aku tidak bisa menjawab itu sekarang."
"Kenapa?"
Bella lagi-lagi hanya menggeleng. Gio hanya mengangguk kecil. Ia menghargai privasi Bella.
"Aku harus kembali. Teman ku menunggu."
Gio bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamar tamu untuk mengambil pakaiannya. Ia melipat pakaiannya dan menggulungnya agar lebih mudah dibawa. Saat akan keluar, ternyata Bella ada di depan pintu.
"Aku akan meminta maaf sebelumnya."
"Untuk?" Gio mengangkat sebelah alisnya.
Wanita itu maju dan mengalungkan tangannya di leher Gio, ia mencium bibir Gio. Mendapat serangan tiba-tiba dari Bella, Gio justru menikmatinya.
Ciuman mereka semakin dalam, Gio menjatuhkan pakaian yang ia pegang dan memeluk tubuh Bella. Ia membaringkan tubuh wanita itu ke ranjang. Bella melepas ciumannya karena hampir kehabisan nafas.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Archer [END]
FantasySEQUEL OF "SEKILAS MATA" ⚠️ 18+ Read, Vote, Comment. 😘✌️ Check Another Story From Me.. 🤍 Thank you