15 (end)

1.6K 91 4
                                    

Sesuai saran Jack, Gio akhirnya menemui Amelia yang baru keluar dari rumah sakit. Wanita paruh baya itu sangat terkejut melihat Gio berdiri di hadapannya. Mereka sedang berada di basement parkir.

"Mengapa wajahmu sangat terkejut? Bukankah kau sudah menduga aku akan sampai sini? Bukankah sudah pernah ku katakan? Jangan menyentuh keluarga ku?"

Amelia tersenyum licik.

"Aku juga keluarga mu, Gio."

Gio terkekeh mendengar ucapan Amelia.

"Apakah ada keluarga yang membunuh keluarga lainnya?"

"Olivia bukanlah keluarga ku."

"Dia ibuku. Hati-hati bicaramu!" Peringat Gio pada Amelia.

"Aku tidak peduli hal itu. Dia yang merusak kebahagiaan ku. Harusnya aku yang bersama Arfian setelah Irene tiada. Harusnya aku yang menemani Arfian sampai hari tuanya. Tapi pria brengsek itu memilih jalang Olivia un-"

Bugh..

Gio menendang pintu mobil, akibatnya terdapat goresan di sana.

"Hati-hati bicaramu!"

"Tenanglah ponakan ku sayang. Aku harus melenyapkan Arfian, agar Olivia juga merasakan kesedihan yang ku pendam selama berpuluh tahun. Aku juga berencana melenyapkan Olivia dan anak-anaknya. Kau tidak termasuk, karena kau anak Irene. Ponakan ku tersayang."

"Kau berpura-pura baik di depan Ayah ku. Aku benar-benar tak habis pikir."

Gio kehabisan kata-katanya.

"Aku ingin membunuhmu, Amelia. Aku benar-benar ingin membunuhmu saat ini. Tapi ku rasa itu akan sia-sia. Aku tidak ingin mengotori tangan ku dengan darah wanita seperti mu. Aku berharap, sakit di tubuh mu akan terus menyiksamu. Ku rasa itu cukup untuk membuat mu sadar, apa yang kau lakukan itu benar-benar salah."

Gio melangkah meninggalkan Amelia. Wanita paruh baya itu menangis dalam diam. Entah untuk apa, tapi yang pasti Gio sudah benar-benar tak peduli.

Gio sudah berkemas untuk kembali ke Indonesia. Ia sudah berpamitan pada Jack, tak lupa berterima kasih. Hanya karena hal sepele dari masa lalu, banyak orang yang menjadi korban.

Ia kini berdiri di halaman depan apartemen Bella. Wanita itu keluar lobby dan langsung menghampiri Gio.

"Aku akan kembali ke Indonesia. Aku meminta maaf kepada mu dan juga Ayahmu. Masalah mu dengan ayahmu, sebaiknya maafkan dia agar bisa pergi dengan tenang. Aku pamit, Arabella."

Gio berdiri di depan Arabella yang sedari tadi hanya diam menahan diri agar air matanya tak terjatuh.

Pria itu tersenyum manis untuk pertama kalinya pada Arabella. Ia meraih tubuh Bella, memeluknya erat. Gio juga melakukan ciuman selamat tinggal untuk Arabella.

"Semoga kau temukan pria lain yang lebih baik, hmm." Gio mengacak rambut Arabella.

Gio melangkah mundur dari hadapan Bella. Ia memutar tubuhnya dan melangkah pergi dari sana.

Bella terpaku di tempat. Ia bahkan masih berduka tentang ayahnya. Kebenaran benar-benar terkuak saat Louis tertembak. Ia membutuhkan Gio sekarang, tapi ia juga tak bisa menahan pria itu untuk tetap di sini.

*

Hari kematian Louis.

"Daaaadddd..."

Bella berdiri di pintu masuk ruangan Louis. Ia melihat jelas sebuah peluru menembus kepala Louis. Dan itu bukan ulah Gio, karena saat itu senjatanya mengarah ke lantai.

The Archer [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang