ACT III: Black Blood Gang

5 4 0
                                    

“Informasi baru nih.” Dua buku ada di tangan gue, masing-masing membahas geng incaran. “Yang satu bikin heboh karena insiden di J square. Satunya lagi disegani akibat teror mantan geng.”

“Lapor, komandan!” Sosok jangkung masuki ruangan gue dengan nyaring. Tunggu, nyaring? Gak mungkin salah dengar gue. Tapi, keberuntungan gak berpihak sama gue kayaknya. Depan mata terlihat perawakan dia yang jelas bukan standar cowok tengah sedekapkan tangan di belakang. Simpelnya, dia bukan pengawas atas misi gue. “Barusan saya temukan insiden yang berhubungan dengan geng Semar.”

“Benarkah?” Alis gue terangkat sempurna. “Jelaskan.”

“Siap, komandan!” Sekejap dia entakkan kaki beralaskan sepatu boot sebelum balik ke posisi semula. “Saya minta maaf atas keterlambatan dalam mengetahui kehebohan ini, sehingga yang saya dapatkan hanya ratusan korban dengan luka kebanyakan lebam kena benda tumpul. Luka paling parah jatuh kepada luka di kepala dan muka. Kabar baik, saya mendapat petunjuk pelaku lewat interogasi dengan salah satu korban. Ciri-cirinya satu wanita dan satu laki-laki berumur 16 tahun. Kata dia, yang beraksi kebanyakan dari wanita. Bahkan rencana awal geng Semar adalah mengincar laki-laki yang berperan sebagai pelaku. Kabar buruknya, dia mengalami trauma sehingga informasinya terbatas.”

“Geng Semar targeti cowok yang berpihak sama seorang wanita?” Gue tunjuki buku jurnal penelitian geng Semar. “Coba sambungi informasi mereka dengan catatan yang ini, Nay,” kata gue menunjuk halaman kiri.

Selama dia membaca, gue menambahi, “Bisa saja alasan mereka incar tuh cowok karena kehebatan dia semasa insiden di J square.”

“Saya rasa Anda benar,” kata Din----namanya Dinda. “Dan balik lagi sama alasan geng Semar dalam insiden di gedung mati, berarti cowok itu dalam posisi mantan geng Semar. Soalnya, di sini tertulis dia masih menjadi anggota----eh, pemimpin. Dia menduduki sebagai ketua geng Semar. Mungkin mereka incar dia untuk bergabung ke gengnya lagi dan menyerang kita.”

“Tepat sekali. Targetku selanjutnya cukup mudah sekarang. Pertama aku ingin cari tau siapa dua orang yang menorehkan kejahatan di jurnal penelitian ini, tapi salah satunya sudah kutemukan. Namanya Bagas kan di situ?”

“Iya, komandan.”

“Oke.... Bagian Bagas bakal masuk ke target dua: Aku harus ketemu Bagas dan mencegahnya untuk sebuah imbalan berupa menggali semua informasi yang dia tau mengenai geng Semar. Tinggal sosok bernama Daniel ini nih.”

“Komandan sudah tau dia?”

“Dari nama dan muka, aku sudah tau. Bahkan dari awal ketemu aja aku merasa curiga. Untuk meluluhkan hati dia pun susah saking minimnya informasi tentang dia. Tapi yang paling utama dari strategiku memerangi mereka....” Gue lebih milih bersandar sambil amati beberapa foto amatir yang tertempel di halaman buku. “Aku harus cari tau kenapa Bagas, Daniel, dan satu orang misterius disegani banyak orang termasuk geng Semar dan geng Darah Hitam.” []

Pain Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang