Bantuan sekecil apapun, akan selalu bermakna bagi setiap orang
.
.
.
.
.
.
.
."Annette!!"
Evelyn berteriak histeris, ia masih kaget dengan kejadian tadi..
"Youna! Kau apa-apan?!" tangan Everest menangkis tamparan Youna. Syukurlah tangan Youna belum mendarat tepat di pipi kiri Annette.
"Ngapain lo ngebela dia Rest?!"
"Karena saya tau mereka tidak salah"
"Kau merasa paling kuat bukan? Sok senioritas!" Everest menggeleng tak percaya "Udah berapakali gue bilang? Jangan main tangan!"
Mata Youna berkaca-kaca, dia tak menyangka bisa dibentak oleh teman nya sendiri "Lo- bentak gue?"
Everest meghela napas panjang "Ann, kalian balik aja ke kelas. Udah pada dapet tandatangan semua kan? Biar masalah ini gue yang urus"
Evelyn menarik tangan sahabatnya itu untuk pergi. Sebenarnya Annette belum puas, tindakan Youna tadi sudah termasuk penindasan, harusnya dia kena hukuman! Tapi sudahlah, Everest ingin mengambil alih bukan?
"Juan! Nih pacar lo urusin!"
"Gue benar-benar gak nyangka, dia mau nampar adik kelas hanya karena masalah sepele!"
"Hah?" Juan yang masih melayani permintaan tandatangan terusik dengan teriakan Everest, ia akhirnya menyuruh semua siswa yang berekerumun untuk pergi.
"Youna, lo kenapa sih?"
Youna tak menjawab, tangisan nya malah makin menjadi-jadi. Ia seperti mengambil kesempatan dengan bersender di bahu Juan "Dia ngatain aku jelek!"
"Sebenernya gampang sih, tinggal laporin ke Guru BK"
Everest menatap Youna tajam yang masih saja terlihat menangis, gadis itu sekarang malah seperti anak kecil yang rewel meminta perlindungan Juan.
"Tapi gue gamau ikut campur masalah perempuan"
"Dan buat lo, Juan.. Kalau masih perduli sama Youna, suruh dia minta maaf! "
"Citra lo akan hancur sebagai Ketua SC kalau masalah gini aja masih mentingin ego"
Juan yang mendengar hal itu merasa tidak nyaman, ditambah lagi Youna yang masih saja menggelendoti badan nya.
Dengan risih ia mendorong pelan badan Youna yang terus mendekat "Lepasin"
"Ngapain malu? Youna kan pacar lo sendiri!" Everest memancing teman nya itu.
"Youna bukan siapa-siapa! Gue gak punya pacar!"
"HAH?" seluruh gadis-gadis di sekolah yang ingin kembali ke kelas tampak kaget, mereka mencari sumber suara itu.
Jijja?! Ini harapan baru bagi kita semua. JUAN TIDAK PUNYA PACAR!!
Ah tidak! Juan keceplosan! Dia dan Youna selama ini hanya berpura-pura pacaran tanpa adanya rasa. Semata-mata hanya untuk menetralisir sikap agresif para siswi sekolah.
Juan memukul dahinya, apa yang baru saja ia katakan? Dia membuat masalah baru! "Babe, kamu ngomong apasih?" tangisan Youna makin pecah mendengar nya.
Hal itu secara sengaja menyelamatkan mereka. Membuat para siswi yang hendak menghampiri jadi ragu akan status single Juan "Ah kayanya tadi Juan hanya bercanda! Yuk balik kelas!"
"Rumit.." Everest menatap lucu kearah Juan yang tampak dilema, dan Youna yang masih saja menangis. Ia pergi meninggalkan mereka semua begitu saja, menuju kelasnya.
Masalah selesai? Entahlah.
⚪⚪⚪
Hari pertama semester baru akhirnya terlewati dengan banyak peristiwa. Seluruh siswa hendak pulang menuju rumahnya masing-masing. Tak jarang, sambil menunggu Bus datang mereka membeli makanan ringan dulu di beberapa kloter kecil yang tersebar luas di jalanan.
Siswa yang berjalan kaki untuk pulang pun ramai, tapi para lelaki biasanya membawa kendaraan pribadi mereka, seperti mobil atau bahkan motor. Hal ini memang lazim terlihat dalam lingkungan sekolah.
Everest segera menaiki motor menuju rumahnya, mengganti pakaian dan langsung berangkat ke Toko Paman Kim untuk bekerja. Hampir tidak ada waktu istirahat sepulang sekolah baginya, walaupun Everest itu hanya bekerja part-time, tapi ia baru bisa pulang saat pesanan selesai, bahkan terkadang sampai larutmalam.
Dari jendela toko, Everest yang sedang sibuk terhalau melihat seseorang yang tampak kacau keadaan nya, seperti biasa.
"Ah, aku harap dia tidak membuat keributan lagi.."
Everest mengabaikan orang itu, hingga datang satu pelanggan yang tampak tak asing memasuki Toko "Yang mana yang cocok untuk nya ya?"
Annette, sendiri berjalan masuk ke Toko Paman Kim tanpa sengaja. Melihat-lihat barang yang terpajang cantik di etalase. Awalnya dia hanya ingin membeli salah satu produk dari kayu ini, tapi..
"Loh? Ka Everest?"
"Kerja disini?"
"Sejak kapan lo manggil gue Ka?" Everest masih sibuk memoles kayu nya, tanpa ia sadari gadis itu datang lagi.
"Sejak.. Gue tau lo kelas 11"
Everest menangguk saja, Annette langsung melontarkan pertanyaan nya "Kalo buat cowo yang bagus yang mana ya? Gue bingung"
"Cowo?" Everest menaikkan matanya keatas, siapa kira-kira cowo yang Annette maksud? Kenapa perasaan nya tidak enak ya? Aneh.
"Ini deh kayanya pas" dia belum sempat menjawab, Annette seperti sudah menemukan satu yang menurutnya cocok untuk orang yang ia maksud tadi.
"Buat siapa?"
"Buat-"
"Kepo ew"
Everest memutar bolamata nya sebal, memang tidak akan pernah benar jika bicara dengan gadis satu ini.
"Gaada diskon gitu? Kita kan-"
"Kita apa?" suaranya serak, tangan nya tak lepas dari polesan kayu. Ia menatap tajam Annette yang masih sibuk memegang figur kayu itu.
"Gak lah, bercanda"
"Bercanda apaan sih?"
"Hah? Enggak! Gue bercanda maksudnya gue ga akan minta diskon! Pikiran lo ga bener!"
"Hah?" Everest semakin dibuat bingung mendengar ucapan Annette yang tiba-tiba meninggi. Apa yang salah dengan mereka? Dua orang ini juga tidak tau.
⚪⚪⚪
#To be Continued
luvv -cheeseylis
15/December/2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk, Everest
General FictionPrinsip nya tinggi seperti namanya, Everest. Berlatar belakang di sudut kota Seoul, kehidupan remaja Everest tak pernah semulus sesuai rencana. Menjalani hari tanpa orangtua, ia hanya tinggal di rumah dengan bangunan sederhana, sendirian. Dirinya ta...