Bawa aku kembali, aku tidak ingin pergi
.
.
.
.
.
.
.
."Anak nya gabisa di boongin sih"
"Yaudah, balik aja ke kelas masing-masing"
"Sesuai rencana ya, di Taman Kota depan sekolah"
Evelyn, Alva, Dion, dan Everest akhirnya kembali ke kelasnya masing-masing. Memulai mata pelajaran hari ini.
Mereka bertindak sewajarnya saja, hingga waktu untuk pulang sekolah akhirnya tiba.
Evelyn mengajak sahabatnya itu mampir ke Taman Kota, disana sudah ada teman-teman yang lain menyiapkan kejutan.
Annette menikmati harinya dengan penuh senyuman. Satu-satu dari mereka memberi hadiah ulang tahun yang manis, mulai dari Alva, Dion, kemudian Evelyn, dan Everest.
Gadis itu membuka sebuah kotak kecil yang berpita ungu, disana ada miniatur kecil berbentuk burung.
"Ini sama seperti yang aku beli dulu"
"Waktu pertama kali aku tau kamu bekerja di Toko Paman Kim sendiri"
"Iya.. Aku buatkan satu lagi untukmu"
"Agar yang satunya tidak merasa kesepian" lelaki itu tersenyum.
"Terima kasih ya" mereka berpelukan dengan hangat, di iringi tepukan tangan kecil.
Lalu sesosok lelaki lain datang mendorong Everest menjauh dari Anne. "Happy birthday Annette"
"Here is your present, hope you like it" Juan memberi kotak mewah bewarna putih itu pada Annette. Kotak itu berisi parfum yang ia beli kemarin, bersama Youna..
"Aku cuma bisa kasih parfum"
"Semoga kamu suka aroma nya ya"
"Kamu tidak perlu tau harganya, yang pasti ini branded" Juan mengucapkan itu dengan tekanan.
"Loh?" Alva dan Dion mengerinyit.
Annette menatap sebentar mata Everest "Terima saja.." lelaki itu mengangguk menenangkan.
Annette terpaksa menerima hadiahnya karena ia mau menghargai perbuatan Juan. Tapi kejadian tak mengenakkan akhirnya terjadi.
Juan mendorong bahu Everest "See?"
"Atleast gue ngeluarin uang buat kasih dia hadiah yang layak"
"Gak kaya lo! Cowok miskin!"
Bugh!
Ia memukul wajah Everest saat itu juga.
Botol kaca parfum itu terjatuh dari genggaman Annette. Kepingan nya berserakan, gadis itu benar-benar tidak menyangka apa yang baru saja ia lihat "Stop!"
"Lo kenapa?!" Annette berlari memegangi Everest, lalu menatap Juan serius.
Lelaki itu tersenyum miring.
Juan hendak menghajar Everest sekali lagi tetapi tubuhnya di tahan oleh Dion "Gila ya lo Ju?"
"Manusia berandal! Gapunya otak!" Dion menahan badan Juan, sedangkan lelaki itu memberontak.
Everest menaikkan wajahnya, lalu mengusap darah yang menetes dari pelipis nya. "Cukup, lepasin Di"
"Rest?! Lepasin gimana?!"
"Gabisa masa mau lo lepasin gitu aja?"
"Itu faktanya, gak ada yang salah dengan apa yang ia ucapkan"
"Hadiah saya tidak layak.. ya?"
"Nggak! Ngga, Rest" Annette menatap wajah Everest.
"Rest?!" Alva tersulut.
Everest kemudian menyeka air mata yang jatuh dari pipi perempuan itu. "Sekali lagi, Happy Birthday Anne.."
"Sorry.. I ruined your special day"
"Gue harus pergi.." Everest berjalan menjauhi Dion, Alva dan Juan. Meninggalkan Annette dan Evelyn.
Disana akhirnya Juan melepas badan nya dari Dion, lalu terkekeh.
"Segitu doang? Cupu lo Rest!"
"Rest! Everest! Tunggu!" Annette berlari mengejar Everest yang sudah menancapkan gas motornya. Hingga tiba-tiba kepalanya seakan berputar.
Indra penglihatan gadis itu menurun tiba-tiba. Pandangan nya gelap, Annette berusaha menggelengkan kepala nya. Tapi Annette seakan sudah tidak kuat menahan sakit kepalanya, badan nya lalu tergeletak di jalan begitu saja.
"Anne! Annette!" Evelyn berlari melihat Annette yang sudah tergeletak disusul Alva dan Dion.
Sementara itu dalam perjalanan pulang, langit menggelap. Hujan turun disaat hati Everest beradu. Dia lemah, cupu, meninggalkan orang yang ia sayangi begitu saja hanya karena perkataan orang lain.
Hingga tiba-tiba poselnya bergetar, membuat Everest memberhentikan laju motornya dan berteduh sesaat.
Terlihat beberapa missed call dari teman-teman nya.
"Rest, Annette pingsan"
"Dia masuk rumah sakit"
"Lo bisa dateng sekarang?"
"Ada kabar yang gaenak, gue gamau kasih tau lo di chat"
Everest membaca hal tersebut semakin dibuat bersalah. Ia menerobos hujan, tidak perduli. Hingga sampai di depan rumah sakit. Everest memasuki lorong nya dengan rambut yang basah. Ia melangkahkan kakinya perlahan.
"Dion, Alva, Evelyn"
"Dimana Annette?..." mereka yang terduduk spontan berdiri melihat keadaan Everest yang ternyata tak kalah kacau.
"Yang sabar ya, Rest.."
Everest memasuki ruang inap Annette yang masih terpejam. Terlihat Seo dan Fez terduduk disamping nya dengan perasaan cemas.
"Paman, Bibi"
"Maafin Everest ya, Annette jadi begini sekarang"
"Gak sayang.. Kamu tidak perlu minta maaf" Seo mengangkat suara.
"Kapan Annette akan sadar Bi?"
Bibi menghela nafas panjang "Maaf ya Sayang, kalau kabar ini akan menghancurkan hati mu"
"Annette.."
"Dia sudah lama mengidap hepatitis kronis"
"Dan sekarang ia di vonis gagal hati"
"Keadaan hati nya tidak stabil"
"Penanganan berjalan terlambat, ini sudah takdir nak"
"Sekarang Annette terbaring disana"
"Dalam keadaan"
"Koma.."
Everest terdiam. Hatinya hancur sejadi-jadinya. Ia tidak menyangka, Annette yang ceria, yang keras kepala, berani memberontak jika dirinya benar, menyimpan rasa sakit yang dalam
"Sekarang kita hanya bisa berdoa"
"Supaya Annette cukup kuat untuk bisa bangkit dari koma nya"
"Paman dan Bibi keluar sebentar ya Nak" Fez dan Seo meninggalkan ruangan.
"Anne, don't you know?.."
"Aku bahkan belum sempat ngungkapin perasaan aku"
"Kamu jangan pergi gitu aja ya, Anne.."
⚪⚪⚪
#To be Continued
siap-siap, habis ini ending!!
luvv -cheeseylis
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk, Everest
Ficção GeralPrinsip nya tinggi seperti namanya, Everest. Berlatar belakang di sudut kota Seoul, kehidupan remaja Everest tak pernah semulus sesuai rencana. Menjalani hari tanpa orangtua, ia hanya tinggal di rumah dengan bangunan sederhana, sendirian. Dirinya ta...