Perasaan itu hanya satu, untuknya atau untuk dirimu sendiri
.
.
.
.
.
.
.
.Hampir dua jam lamanya gadis itu mengunci diri dalam Toilet. Ibunya sudah berusaha membujuk Youna untuk keluar, mengetuk-ngetuk pintunya, meminta maaf berkali-kali.
Hal itu tidak pernah berhasil, sia-sia saja. Bujukan hanya membuat kondisi semakin emosional, tak terkendali. Youna tenggelam dalam tangis. Pada akhirnya semua menyerah, Ibu dan Ayah kembali ke kamar, berdebat dan meratapi perbuatan mereka. Seperti itu.. Terus, dan berulang.
Meninggalkan putrinya melampiaskan segala emosi dalam sunyi. Gadis itu berteriak, mengeluarkan segala tangis dan isi hatinya di dalam. Mengeluh, bertanya-tanya, kenapa harus menjadi seperti ini?
Ia menatap pantulan dirinya dalam cermin, wajahnya berantakan, rambutnya terurai dengan asal. Pipinya masih basah, ia menyeka hal itu kasar sekali lagi.
Youna dengan tatapan kosong, keluar dari rumah nya. Ia berjalan di kegelapan malam. Jalanan disekitar cukup sepi, ini sudah larut. Langkahnya terhenti, ia terduduk membisu disebuah kursi umum.
Gadis itu melamun dengan pakaian tidurnya. Ekspresi wajahnya sangat berantakan, ia hanya butuh ruang untuk sendiri.
Bermenit-menit lamanya, ia terduduk diam disana, hingga sebuah sinar lampu mobil menyorot perempuan itu. Sebuah mobil hitam yang tampak tak asing menepi, menghampiri Youna yang masih terduduk.
Kaca mobilnya terbuka, disusul turun nya seorang pria muda. "Youna!"
Pria itu menggoyang-goyangkan bahu Youna pelan, berusaha menyadarkan nya. Ia terduduk disamping Youna "Ngapain kamu disini?"
"Ini sudah larut, bahaya"
Seketika lamunan Youna pecah, ia menoleh kesamping. Menatap sosok Juan lama, gadis itu menghela napas, menggeleng sadar. Emosinya terpancing, air matanya jatuh secara tidak sengaja.
Youna mengalihkan pandangan nya, tetapi Juan menarik tubuh gadis itu pelan, posisi kepalanya sekarang menyender dibahu Juan.
"Aku benci saat orang-orang bersedih"
"Jadi, Jangan bersedih lagi"
"Ayo kita pulang.." Juan mengenggam tangan Youna, mengajaknya untuk diantarkan pulang. Youna melepas tangan itu paksa "Gue bisa pulang sendiri"
Youna terbangun dari senderan nya, gadis itu beranjak dari kursi. Ia berjalan pergi, mengikat rambutnya yang terurai. Menghiraukan seluruh perkataan dan perhatian pria itu.
"Tunggu" Juan ikut berdiri, menggenggam tangan Youna sekali lagi, menahan nya pergi.
"Lepasin"
Juan akhirnya menurut, ia menatap punggung Youna dengan perasaan hatinya yang tak nyaman. Gadis itu terus pergi, semakin menjauh. Dan kemudian menghilang di belokan jalan.
⚪⚪⚪
Tringg
"Pak! Bukain pak!!" bel Sekolah berbuyi, satpam segera menutup gerbang menghalau para siswa yang terlambat untuk masuk.
Di pagi yang cerah, menuju siang sebenarnya. Rutinitas pelajar kembali dilaksanakan. Tapi banyak dari mereka yang datang terlambat, mungkin karena ini hari Senin.
Beberapa memohon, memelas dan merayu Bapak Jung, satpam legendaris sekolah mereka. Bahkan ada yang memberi janji dengan sogokan berupa makan siang. Tetapi Satpam Jung sudah kebal, dia tidak akan termakan bujuk rayu siswa-siswa modelan mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk, Everest
Ficción GeneralPrinsip nya tinggi seperti namanya, Everest. Berlatar belakang di sudut kota Seoul, kehidupan remaja Everest tak pernah semulus sesuai rencana. Menjalani hari tanpa orangtua, ia hanya tinggal di rumah dengan bangunan sederhana, sendirian. Dirinya ta...