13. be with you

42 7 10
                                    

Bersamamu cinta menjadi sesuatu yang gila dan sulit dijelaskan, tidak dapat dilihat tetapi dapat dirasakan
.
.
.
.
.
.
.
.

"Hei! Jangan macam-macam! Atau nyawamu akan habis disini!"

"Tidak, hidupku tidak akan berhenti karena ulah orang seperti kalian!"

"Penjahat, brengsek!!!!" Ia menendang kaki salah satu pria itu sampai berteriak "AAKKKKK!"

"Macam-macam ya?" yang satunya tersenyum smirk.

Suk

Tancapan yang sempurna.

Gadis itu menarik nafasnya, itu cukup menyakitkan. Kondisi nya tiba-tiba sunyi. Semakin hening, dirinya masih syok dengan matanya menatap kearah depan.

"Anne! sadar" suara itu seakan membuatnya bangun, ia merasa ada dekapan hangat di area depan tubuhnya. Annette dibuat terkejut saat melihat kebawah "Everest!!!" gadis itu berteriak, tatapan nya syok melihat tubuh lelaki itu memeluknya dengan erat dan pisau nya tertancap tepat di tas ransel milik Everest.

Sekarang mereka bertiga berkelahi tanpa senjata, dengan mudah Everest mengalahkan dua pria itu. Mereka babak belur hebat, suara keributan akibat perkelahian Everest akhirnya membuat kericuhan besar.

"YAAAAA!! SHIBALLLLL!"

"Oah, wae?!" Everest tersenyum miring dan mengunci pergerakan salah satu pria jahatnya, yang satunya berusaha menolong tetapi gerakan cepat darinya membuat ia terhindar dari pukulan keras lelaki tersebut. Satu pukulan mengenai rahang bawah penjahatnya. Kedua pria itu akhirnya saling memukul satu sama lain tanpa sengaja.

Mendengar suara ricuh yang mengusik malam, beberapa orang keluar menyaksikan perkelahian yang terjadi. Beberapa juga ikut membantu dan menelpon polisi untuk datang. Setelah mereka berdua terkapar, sirine polisi terdengar, mereka akhirnya tiba di tempat kejadian dan memborgol kedua pria itu.

"Berandal sialan!" Everest menendang masing-masing para penculik yang terborgol sebagai penutupan. Mereka terbaring lemas dengan sekujur luka di wajah dan badan. Akhirnya kedua pria itu berhasil tertangkap dan diamankan ke dalam mobil polisi.

Annette memundurkan langkahnya, ia bersandar dan terduduk lemas pada dinding jalan buntu tersebut. Masih berusaha mencerna kejadian barusan, Annette terbungkam hingga akhirnya Everest menundukkan badan kearahnya dan bertanya "Kenapa bisa sampai kaya gini, Anne?"

"Lo ga kenapa-kenapa?"

"Gue khawati-"

"Harusnya gue yang tanya!"

"Kenapa lo berani peluk gue?! Kalau tadi lo gapake tas ransel, pisau itu bisa ngebunuh lo, Rest!" nafas gadis itu terengah-engah, emosi nya pecah saat itu juga. Air matanya perlahan jatuh, ia tidak pernah menyangka akan dihadapkan dengan kejadian seperti ini.

Everest memeluk gadis itu sekali lagi, menyeka air matanya pelan dan menatapnya sendu. "Aku gapapa Anne"

"Sekarang kita harus pulang.."

"Ini sudah larut" ia menggandeng tangan gadis itu dengan tulus. Membuat nya bangun dari senderan dan berjalan kedepan. Mengajaknya untuk diantarkan pulang.

"Annette Lee.."

Suara yang tak akan pernah terdengar, dan mungkin tidak bermaksud untuk di dengar

⚪⚪⚪

Gerimis kecil membungkus kota. Air-air itu jatuh dari langit dengan tenangnya, Annette bergumam sendiri dalam terjangan angin malam. Ia memegang kedua lengan nya perlahan dan menggeseknya pelan, berusaha memghangatkan badan.

Malam ini, akhirnya ia sudah lebih berdamai dengan keadaan. Everest melihat wajah cantiknya dari pantulan spion. Tetapi tetap saja, lelaki itu masih belum tega menanyai kronologi nya lebih lanjut.

Hingga tiba-tiba pikiran mereka seakan tersambung, Annette bertanya lebih dulu "Kamu kok, bisa ada disana?" tanyanya.

Everest melirik lagi kearah spion, ia menjelaskan bahwa saat gadis itu menolak ajakan nya, ia sempat melihat surat yang Annette tunjukkan. Walaupun suratnya usang, tulisan nya juga memudar, tetapi masih bisa terbaca dengan jelas.

Entah mengapa hatinya seakan berbicara untuk mengikuti Bus yang gadis itu tumpangi. Everest mengendap-endap terus mengikuti kemana dia pergi, melewati gang-gang kecil, dan bersembunyi sesaar. Tentunya tanpa Annette sadari.

Hal ini awalnya berjalan lancar "Hingga ternyata, takdir membuat niatku tetap terwujud dengan mengantar mu pulang"

Motor Everest masih dalam perjalanan menuju apartment milik Annette. Beberapa waktu kemudian ia memarkirkan kendaraan nya tepat di tempat tinggal gadis itu
"Mau, aku bantu?" tawarnya.

"Gapapa, aku bisa sendiri" Annette menggeleng. Tersenyum tipis.

Everest akhirnya ikut masuk ke kawasan Apartment gadis itu, dia menemani Annette  menaiki lift nya yang sudah masuk kedalam duluan. Disusul langkah Everest yang memencet tombol lantai tujuan.

Pintu lift tertutup, dan perlahan mereka mulai naik ke lantai atas. Annette yang berada di belakang terpaku melihat tas ransel dalam punggung lelaki itu yang sobek akibat kejadian tadi. Sobekan dari tusukan pisau itu cukup parah, tas nya rusak. Itu mungkin bisa menggambarkan luka fisik yang akan diterima Annette jika Everest tadi tidak datang tepat waktu.

Masih di dalam lift, gadis itu mengetuk pelan bahu Everest. Merasa ada sentuhan Everest reflek menoleh ke belakang "hm?" ia bertanya.

"Terima kasih, ya" ia tersenyum perlahan.

"Nice to help" lelaki itu memiringkan wajahnya sebentar dan balik tersenyum.

Mereka keluar dari lift hingga sampai tepat di depan pintu. Belum sempat Annette membuka pintunya, Bi Seo sudah mengagetkan mereka berdua dengan ekspresi seriusnya "Dari mana aja Kakaaa??"

"Aduh.. Bibi khawatir" Bi Seo sudah siap dengan seribu pertanyaan memenuhi otaknya.

"Yaampun, ini ganteng? Siapa Anne?"

"Tasnya sampai robek gitu loh?"

"E-e" belum sempat Annette berbicara, lelaki itu memotong duluan.

"Ini gapapa kok, Ahjumma"

"Tadi ada sedikit kecelakaan kecil" ia mengerinyitkan sebelah matanya, lanjut mengangguk.

Mata gadis itu terbelalak "Kecil? lo hampir mati Rest!" kesalnya dalam hati.

Dirinya menatap Everest tak percaya tetapi lelaki itu tersenyum santai seolah tak mengalami kejadian apapun "Ganteng" bisiknya kearah telinga gadis itu.

Annette menyikutnya pelan "Aish!" Everest terkekeh, menyembunyikan perutnya yang ngilu akibat sikutan gadis dihadapan nya itu.

Bibi dengan senyuman menawarkan pria muda itu untuk mampir sebentar dilanjut dengan Annette yang mengangguk "Mampir dulu Rest?" tawarnya kembali.

"Gausah.. Emm"

"Banyak pesanan di Toko"

"Aku duluan ya, Bi" ia menunduk tersenyum dan berpamitan.

Lelaki itu akhirnya berjalan keluar, melambaikan tangan nya pada Annette yang juga ikut tersenyum.

⚪⚪⚪

#To be Continued

akhirnya kita ketemu lagih🙀😻

aaaa iyaaa-! kalo mau komen gaskeun jangan malu-maluukk. makin rame aku makin seneng:D

sekian chapter kali ini, papaii !

luvv -cheeseylis

17/March/2022

Untuk, EverestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang