sometimes it hurts
.
.
.
.
.
.
.
.
."Lo tau kan gue bakal ngelakuin apa aja buat lo?"
"Asal lo ga kenapa napa!"
"ANJAY ez ezzzz! Alva gentle abis lah!" sahut Dion.
"Apaan si Va? Jangan gitu" Evelyn dengan gemas menyembunyikan sebuah senyum.
Mereka bertiga hang-out di sebuah kedai kopi, mebgobrol setelah membeli beberapa barang. Alva dan Dion memang sengaja mengajak Evelyn, sebagai opsi memilih hadiah yang tepat.
Tentu saja, mengajak Evelyn bukan semata-mata mencari hadiah yang cocok untuk cewek. Ini ada maksud lain juga, Dion aja yang ngangguk mau-mau an nemenin Alva. Tadi katanya Alva gentle man?? Masa modus beli hadiah berdua aja minta temenin Dion.
"Tangan lo Ev!" lelaki itu megambil sebuah tissue, lalu membalutnya untuk sementara.
"Pulang aja yuk? Nanti biar bisa cepat diobatin"
"Ya ampun Va, gapapa" Evelyn menggeleng dengan posisi telunjuknya yang masih di genggam Alva.
Dion disana mengerinyitkan mata "Idih" umpatnya dalam hati.
"Udah udah, ini udah gapapa" Evelyn menarik telunjuknya.
Ia kemudian memindahkan pandangan, samar-samar di kedai sebrang yang menjual fastfood, mata Evelyn seakan menyorot kearah kedua orang yang tampak tidak asing.
"Loh itu bukan nya Ka Juan? Sama Ka Youna ya?"
Alva dan Dion sontak menoleh kedepan, memfokuskan pandangan nya. "Lah iya? Ngapain mereka berdua disitu?"
"Balikan nih ceritanya?" tanya Dion.
"Gak tau juga sih?" sahut Evelyn.
Alva disana hanya mengangguk, sama sama keheranan. "Hubungan mereka ga jelas banget gasih?" batin nya.
⚪⚪⚪
"Ini udah mau sore, mau pulang kapan?"
"Dih? Lo ngusir gue nih?"
"Lah" Everest memundurkan kepalanya, lalu menggeleng.
"Gak gitu Anne, udah sore nanti dicariin Bi Seo"
"Yang ada gue di omelin, ngambil anak orang gak dipulangin"
Annette tersenyum saja "ahahaha iya iya tauu, bercanda Rest"
"Yaudah yuk"
Everest mengambil sepasang helm dan menyalakan motornya, lalu ia memasangkan helm itu pada Annette.
Annette terdiam membisu, ia sempat kaget "Hei?" lelaki itu melambaikan tangan nya.
"Sudah siap? Ayo naik" gadis itu pun mengangguk.
Ia menancap gas kemudian melajukan motornya di keramaian senja kota. "Hari ini langitnya cantik banget ya?"
"Iya, Annette menoleh kearah spion lalu tersenyum"
"Tapi masih cantikkan yang ini, mata lelaki itu memandang kearah Annette lewat pantulan spion"
"Apaan si Rest!" ia membuang pandangan, hatinya beradu. Tidak tau harus bertindak seperti apa.
Everest disana tertawa kecil, lalu kembali fokus pada stir.
15 menit berjalan..
"Sampai deh! Terima kasih ya Rest" Annette turun dari pijakan kaki motor Everest, lalu membuka helm nya disambut sebuah senyum dang anggukan kepala lelaki itu.
"Yaudah, nih" ia menyodorkan helm nya ke Everest.
Annette melambaikan tangan "Hati-hati ya jalan nya!" lalu tersenyum melihat Everest yang perlahan pergi.
Annette menaiki lift Apartment, lalu sampai di depan pintu hendak membuka nya. "Bibi, Anne pulan-"
Tiba tiba seseorang menarik pintu itu dari dalam. Anne terdiam kaget, mencerna apa yang baru saja ia lihat. "Paman!" ternyata disana ada Paman Fez terlihat tersenyum menyambut kehadiran nya, gadis itu memeluk Fez dengan hangat.
"Paman kapan sampai di Seoul? Kenapa tidak bilang sama Anne?" ia menaikkan kepalanya.
"Barusan tadi, tidak lama sebelum kamu pulang"
"Untuk apa Paman bilang? Ini kan kejutan! Siapa yang besok ulang tahun?"
"Paman.." Anne hampir saja meneteskan air matanya. Fez sudah seperti mengambil peran sebagai Ayah kandung nya sendiri, sudah lama sekali semenjak Ibu menghilang. Oh iya, Ayah ya? Memang aku punya Ayah? Aku bahkan tidak tau ayahku siapa.
"Anne, sudah ayo masuk" Paman Fez tersenyum gembira, mengajak Anne yang masih memeluk nya rindu seperti anak kecil.
"Okay"
⚪⚪⚪
Ia terbangun dari ranjang, bergegas ke toilet untuk mandi. Beberapa menit berlalu begitu cepat, Annette selesai merapihkan dirinya lengkap dengan seragam sekolah sekarang. Ia menatap dirinya pada cermin sesaat, lalu membuka ponselnya. Terlihat banyak notif dari aplikasi chat, berisi ucapan ucapan ulang tahun.
Anne turun dari tangga, lalu duduk di meja makan melahap sepotong roti. Paman datang menghampiri dengan senyuman, lalu disusul bibi dengan sebuah mangkok berisi sup rumput laut.
Sudah tradisi nya jika berulang tahun pasti memakan sup rumput laut. "Happy birthday Anne sayang" ucap Seo dan Fez. Mereka bertiga akhirnya larut dalam sebuah pelukan.
Anne selesai melahap roti dan sup nya lalu bibi memberikan sebuah obat "Nanti diminum ya" gadis itu mengangguk dan segera mengantongi obatnya. "Anne berangkat ya!" ucap Annette.
Ia berjalan ke halte terdekat, hendak duduk sambil menunggu bus untuk datang. Beberapa orang juga tampak sibuk menunggu disana, Annette terduduk di kursi halte paling ujung dekat kotak sampah. Ia merogoh kantung di rok sekolahnya, lalu mengambil sebuah bungkusan tablet kecil.
Gadis itu hampir saja mengambil botol minumnya, tapi ia tiba-tiba terdiam menatap obat itu sebentar. "Kamu tau gak? Aku capek loh harus bareng kamu terus.."
Annette lalu membuang obatnya di kotak sampah. Entah kenapa ia merasa lebih bahagia, sekali saja.. Ia hanya ingin hidup tanpa bayang-bayang obat untuk sebuah peyakit yang sudah lama ia derita. Anne dengan Hepatitisnya.
Lalu sebuah Bus datang, Annette menaiki bus nya dan bersiap menuju sekolah. Ia berdiri memegang pegangan bus saat kendaraan itu mulai berjalan. Langit pagi tampak cerah disinari cahaya matahari "Ibu? Kapan Ibu kembali?"
Beberapa menit berlalu..
"Nah itu tuh! Annette dateng!"
"Gausah di ucapin dulu! Pura pura gapeka aja"
"Kayak biasa aja ya? Kacangin aja" seru Everest pada Alva, Dion, dan Evelyn.
Annette berjalan mendekat dari arah koridor. "Ev!" ia menyapa. Tapi tentu saja teman-teman nya sengaja menyibukkan diri.
"Yahahahah ketebak banget"
"Lo pada ngerjain gue?" Annette tertawa saja lalu memasuki kelasnya.
Alva, Evelyn, Dion, dan Everest saling menatap saja. Alva menaikkan kepalanya sedikit, bertanya "Gimana?"
"Stst! Lanjut lanjut"
⚪⚪⚪
#To be Continued
luvv -cheeseylis
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk, Everest
General FictionPrinsip nya tinggi seperti namanya, Everest. Berlatar belakang di sudut kota Seoul, kehidupan remaja Everest tak pernah semulus sesuai rencana. Menjalani hari tanpa orangtua, ia hanya tinggal di rumah dengan bangunan sederhana, sendirian. Dirinya ta...